Viral Bocah di Tanjungbalai Meninggal Usai Vaksin Covid-19, Ini Kata Dinkes
Viral curhat orang tua seorang bocah di Tanjungbalai, Sumatra Utara, yang meninggal usai vaksinasi Covid-19.
Baru-baru ini, viral di media sosial, kasus seorang anak di Kota Tanjungbalai, Sumatra Utara (Sumut), yang meninggal usai melakukan vaksinasi Covid-19. Orang tua dari bocah tersebut tidak terima lantaran menduga anaknya meninggal gara-gara vaksin Covid-19.
Kasus ini viral usai orang tua dari bocah tersebut mengunggah kemarahan dan kesedihannya atas kepergian sang anak di akun Facebook miliknya, bernama Ray Al-Gaffar pada Selasa (25/1).
-
Kenapa video tersebut viral? Video yang diunggahnya ini pun viral dan menuai perhatian warganet."YaAllah Kau bangunkan aku tengah malam, aku kira aku mimpi saat ku lihat suamiku sedang sujud," tulisnya di awal video yang diunggahnya.
-
Apa yang terjadi di video yang viral? Video berdurasi 20 detik tersebut memperlihatkan seseorang yang diklaim sebagai Gibran yang sedang menggendong bayi sambil mengumandangkan takbir.
-
Kenapa video ini menjadi viral? Video ini viral dan sukses bikin warganet ikut sedih.
-
Apa yang terjadi dalam video viral tersebut? Video yang menampilkan seorang sopir truk video call dengan keluarga dan menyatakan tak memperbolehkan anaknya jadi polisi viral di media sosial. Video itu diambil di depan kantor Polsek Tebo Tengah, Kabupaten Tebo, Jambi.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
"JANGAN KALIAN KASIH ANAK KALIAN VAKSIN.. Disini aku mau bertanya sekarang anak MATI siapa yg tanggung jawab..aku tidak menyalah kan pihak sekolah krna mereka bekerja terpaksa harus melakukan ini..sekarang apa kami harus diam anak kami mati...," tulisnya dalam unggahan itu.
Diketahui, bocah tersebut diketahui berinisial SS yang berusia 10 tahun dan duduk dibangku kelas 4 SD. Ia sempat dibawa ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong dan meninggal dunia pada Minggu (23/1).
Unggahan tersebut sontak curi perhatian warganet. Saat ini, pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Tanjungbalai telah menanggapi video viral itu.
Berikut informasi selengkapnya.
Orang Tua Minta Dinkes Tanggungjawab
Facebook Ray Al-Gaffar ©2022 Merdeka.com
Dalam unggahan itu, orang tua korban mengaku anaknya sempat dinyatakan menderita demam berdarah. Namun, Ia sempat tak percaya anaknya dinyatakan demam berdarah. Sang anak pun mengikuti vaksinasi Covid-19 di sekolahnya dan kemudian mengalami demam tiga hari.
Satu minggu usai vaksin, korban sempat mengeluarkan darah dari hidung dan mulut dan pembuluh darah di otaknya pecah.
"setelah vaksin sang anak ngedrop demam hari ketiga satu minggu kemudian mengeluarkan darah dari hidung dan mulut yg ga berenti ternyata pembuluh darah otak sudah pecah...," tulisnya.
Kini, orang tua korban meminta Dinkes untuk bertanggungjawab atas apa yang dialami anaknya. Orang tua korban meminta agar kasus ini diselesaikan sampai tuntas.
"disini kami menunggu iktikad baik pemerintah Tanjung balai terutama dinas kesehatan untuk menyelesaikan kasus ini dan saya juga bertanya apakah keluarga Kalian dsuntik vaksin benaran atau hanya sekedar surat yg bisa dibayar.. tolong kasus ini selesaikan secara cepat aku disni butuh keadilan," lanjutnya.
Dinkes Bantah Tuduhan Orang Tua Korban
Facebook Ray Al-Gaffar ©2022 Merdeka.com
Terkait viralnya kasus ini, Plt Kepala Dinkes Kota Tanjungbalai Ali Azhari membantah tuduhan bahwa bocah tersebut meninggal gara-gara suntik vaksin Covid-19. Ali mengatakan bahwa bocah tersebut sebelumnya memang telah dinyatakan mengidap demam berdarah.
"Bukan karena vaksin, jadi kebetulan anak ini memang DBD," ujarnya, saat diwawancarai wartawan.
Ali menjelaskan, korban sempat dibawa ke klinik dokter pada Sabtu, 22 Januari 2022 dan kemudian dirujuk ke rumah sakit. Korban pun dibawa ke Rumah Sakit Hadi Husada. Di rumah sakit itu, oleh dokter korban dinyatakan DBD.
"Dokter juga sudah menanyai dan ternyata anak itu sudah demam sejak 6 hari sebelumnya, akibat DBD itu," tambahnya.
Ali pun mengaku pihaknya langsung memerintahkan untuk dilakukan fogging usai mendapatkan laporan adanya kasus DBD itu.