Viral Pendaki Rekam Aktivitas Kawah Merapi saat Berstatus Siaga, Ini Reaksi BPPTKG
Belum lama ini, beberapa video beredar luas di media sosial, memperlihatkan seorang pendaki merekam peristiwa longsoran material yang terjadi di Gunung Merapi.
Belum lama ini, beberapa video beredar luas di media sosial, memperlihatkan seorang pendaki merekam peristiwa longsoran material yang terjadi di Gunung Merapi. Video ini sebelumnya diunggah oleh akun Instagram @laharbara dan sontak jadi pembicaraan warganet. Pasalnya, saat ini Gunung Merapi sedang berstatus siaga.
Menurut unggahan tersebut, peristiwa itu terjadi pada Jumat (27/11). Dalam video lain yang diunggah, pemilik akun juga merekam kondisi tebing kawah serta memperlihatkan keberadaan kubah lava yang diperkirakan memiliki tinggi 75 meter.
-
Apa yang terjadi di video yang viral? Video berdurasi 20 detik tersebut memperlihatkan seseorang yang diklaim sebagai Gibran yang sedang menggendong bayi sambil mengumandangkan takbir.
-
Kenapa video tersebut viral? Video yang diunggahnya ini pun viral dan menuai perhatian warganet."YaAllah Kau bangunkan aku tengah malam, aku kira aku mimpi saat ku lihat suamiku sedang sujud," tulisnya di awal video yang diunggahnya.
-
Apa yang terjadi dalam video viral tersebut? Video yang menampilkan seorang sopir truk video call dengan keluarga dan menyatakan tak memperbolehkan anaknya jadi polisi viral di media sosial. Video itu diambil di depan kantor Polsek Tebo Tengah, Kabupaten Tebo, Jambi.
-
Dimana Gunung Piramida yang viral itu berada? Laman South China Morning Post melaporkan, video viral itu memicu perdebatan di platform media sosial, dengan sejumlah pengguna berspekulasi gunung-gunung di wilayah Anlong itu mungkin menyimpan makam kaisar-kaisar kuno.
-
Kenapa video ini menjadi viral? Video ini viral dan sukses bikin warganet ikut sedih.
Melansir dari Liputan6.com, viralnya video ini mendapatkan tanggapan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Pihak BPPTKG berharap, kejadian ini tak terjadi lagi.
"Kejadian kemarin, ada teman kita yang mendaki ke puncak, itu tidak bisa dibenarkan karena dapat membahayakan diri sendiri," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso pada Siaran Informasi Merapi yang ditayangkan melalui akun Youtube resmi BPPTKG pada Sabtu (28/11). Berikut pernyataan lebih lanjut dari pihak BPPTKG terkait kejadian ini.
Berbahaya karena Gunung Merapi dalam Kondisi Tak Stabil
Instagram/@laharbara ©2020 Merdeka.com
Agus mengatakan, yang dilakukan pendaki dalam rekaman video tersebut sangat berbahaya. Pasalnya, berdasarkan data-data BPPTKG menunjukkan bahwa tebing kawah Gunung Merapi dalam kondisi tidak stabil.
Belum lagi, pada Minggu (22/11) terjadi guguran dinding kawah di Lava 1954 yang disebut sebagai kejadian luar biasa, karena volume yang runtuh cukup besar dan kejadian tersebut mengubah morfologi puncak.
"Kita bisa bayangkan jika kita berada di situ maka itulah kondisi yang sangat berbahaya," ungkapnya.
Gunung Merapi Dipantau dengan Teknologi Canggih
Instagram/@laharbara ©2020 Merdeka.com
Selain itu, Agus menegaskan, BPPTKG telah menggunakan berbagai teknologi canggih untuk memantau visual Gunung Merapi sehingga warga tidak perlu melakukan upaya pengamatan langsung dengan mendaki ke puncak.
"Perubahan morfologi Merapi dapat diamati dari berbagai sisi dengan akurasi yang memadai. Teknologi drone dan satelit memungkinkan mendapatkan data visual tanpa harus memasuki daerah bahaya," tegasnya.
Identitas Pendaki dalam Video Viral
Sementara itu, Koordinator Bidang Operasi Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) DIY, Endro Sambodo mengatakan, pendaki dalam unggahan video tersebut merupakan relawan asal Selo, Boyolali, Jawa Tengah, bernama Bakat Setiawan atau kerap disapa Lahar.
Tak diketahui juga bagaimana Lahar dapat mendaki hingga mencapai puncak Merapi sebab dua jalur pendakian di Selo, Boyolali dan Sapuangin, Klaten telah ditutup sejak status Gunung Merapi aktif normal dinaikkan ke waspada pada Mei 2018.
"Kurang tahu apakah sudah berkoordinasi dengan pemangku wilayah setempat karena Merapi saat ini hanya bisa didaki dari Selo, Boyolali dan Sapuangin, Klaten," katanya.