Wafatnya Pakubuwana XII 11 Juni 2004, Raja Kasunanan Surakarta Paling Lama
Pakubuwana XII adalah raja Kasunanan Surakarta yang menjabat paling lama, yakni 1945 hingga 2004. Putra Pakubuwana XI ini lahir dengan nama asli Raden Mas Suryo Guritno. Setelah pengangkatannya sebagai raja, ia mendapat panggilan kehormatan ‘Sinuwun Amardika’, karena diangkat jelang kemerdekaan Indonesia.
Pakubuwana XII adalah raja Kasunanan Surakarta yang menjabat paling lama, yakni 1945 hingga 2004. Putra Pakubuwana XI ini lahir dengan nama asli Raden Mas Suryo Guritno. Setelah pengangkatannya sebagai raja, ia mendapat panggilan kehormatan ‘Sinuwun Amardika’, karena diangkat jelang kemerdekaan Indonesia.
Tepat hari ini, 11 Juni pada tahun 2004 lalu, Pakubuwana XII tutup usia. Pakubuwana menjabat sebagai raja jelang kemerdekaan Indonesia, yakni 11 Juni 1945. Di awal pemerintahannya, ia sering didampingi ibunya, Raden Ayu Kuspariyah atau GKR Pakubuwana.
-
Apa yang terjadi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada Minggu (12/5)? Baru-baru ini Kabupaten Agam, Sumatera Barat baru saja tertimpa musibah bencana alam banjir bandang lahar dingin pada Minggu (12/5) kemarin.
-
Apa yang terjadi saat serangan harimau di Sukabumi? Biasanya warga yang menjadi korban harimau akan diterkam tiba-iba, diseret ke hutan dan keesokan hari jasadnya sudah dalam bentuk tulang belulang.
-
Dimana Tari Rayak-rayak Sukabumi berasal? Tari ini merupakan kesenian asli wilayah Sukabumi, dan menjadi warisan turun temurun dari nenek moyang.
-
Kapan Hari Lebah Sedunia diperingati? Setiap tahun pada tanggal 20 Mei, dunia merayakan Hari Lebah Sedunia, sebuah peringatan yang mengingatkan kita semua tentang makhluk kecil yang memiliki peran besar dalam kelangsungan hidup planet kita.
-
Dimana Suku Haloban tinggal? Di Kabupaten Aceh Singkil tepatnya di Kecamatan Pulau Banyak Barat, terdapat sebuah kelompok suku yang keberadaannya cukup jarang terkespos oleh media yaitu Suku Haloban.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
Kemudian pada era setelah kemerdekaan, Pakubuwana XII memperoleh pangkat militer letnan dari presiden Soekarno. Hal ini yang kemudian membuatnya sering dipercaya mendampingi presiden meninjau ke beberapa medan pertempuran. Berikut riwayat singkat Pakubuwana XII yang dilansir dari Liputan6.com dan sumber lainnya:
Riwayat Pendidikan Pakubuwana XII
Pakubuwana XII lahir dengan nama asli Raden Mas Suryo Guritno. Ia adalah putra Pakubuwana XI yang lahir dari permaisuri Koespariyah pada tanggal 14 April 1925.
Pada masa kecilnya, Suryo Guritno pernah bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) Pasar Legi, Surakarta. Saat masih kecil, ia sering dipanggil Bobby oleh teman-temannya. Suryo Guritno termasuk siswa yang mudah bergaul dan hubungan dengan teman-temannya berlangsung akrab.
Waktu masih kecil, ia gemar mempelajari tari-tarian klasik. Adapun tarian yang paling digemari adalah Handaga dan Tari Garuda. Suryo Guritno kecil juga gemar mengaji pada Bapak Pradjawijta dan Bapak Tjandrawijata dari Mambaul Ulum.
Selain itu, ia juga memiliki hobi panahan. Mulai tahun 1983, Suryo Guritno terpaksa berhenti sekolah sekitar lima bulan karena harus mengikuti ayahnya yang memperoleh mandat mewakili kakeknya, Pakubuwana X, pergi ke Belanda bersama raja-raja Hindia Belanda menghadiri undangan perayaan peringatan 40 tahun kenaikan takhta Ratu Wilhelmina.
Kemudian Suryo Guritno melanjutkan pendidikan ke Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS) bersama beberapa temannya. Dua tahun setelah itu, terjadi pecah Perang Pasifik, dan waktu itu bala tentara Jepang menang melawan sekutu dan Hindia Belanda pun jatuh ke tangan Jepang. Pada tanggal 1 Juni 1945, Suryo Guritno berduka. Ayahanya, Pakubuwana X1, meninggal dunia.
Penobatan Pakubuwana XII
©blogspot.com
Pada tanggal 11 Juni 1945, Keraton Surakarta atau dikenal dengan Istana Kasunanan Surakarta Hadiningrat, melakukan pengangkatan Raden Mas Suryo Guritno sebagai Raja Kasunanan Surakarta yang kemudian dikenal sebagai Pakubuwono XII. Ia pun mendapat panggilan kehormatan 'Sinuwun Amardika', karena diangkat menjelang kemerdekaan Indonesia.
Pengangkatan Suryo Guritno sebagai Pakubuwono XII terjadi setelah wafatnya Pakubuwono XI. Seharusnya Mangkubumi, putra sulung Pakubuwono XI yang mendapat kesempatan pengangkatan menjadi raja, namun peluang itu tertutup setelah ibundanya, GKR Kencana (istri pertama Pakubuwana XI) telah mendahului wafat pada tahun 1910 sehingga tidak berkesempatan diangkat sebagai permaisuri tatkala suaminya mewarisi tahta kerajaan.
Suryo Guritno yang lahir 14 April 1925 dipilih sebagai Pakubuwono XII karena dianggap masih muda dan mampu mengikuti perkembangan serta tahan terhadap situasi. Di sisi lain, rencana penobatan Surya Guritna sempat mendapat tentangan keras dari Kooti Jimu Kyoku Tyokan, Pemerintah Gubernur Jepang saat itu. Jepang menyatakan tidak berani menjamin keselamatan calon raja.
Pada era setelah kemerdekaan, Pakubuwono XII memperoleh pangkat militer letnan dari presiden Soekarno. Karena jabatan itulah, beliau sering dipercaya mendampingi presiden meninjau ke beberapa medan pertempuran. Seperti saat Agresi militer, 19 Desember 1948.
Wafatnya Pakubuwana XII
Pakubuwana XII dikenal sebagai raja dengan pemerintahan terlama, yaitu 1945-2004. Melihat masa pemerintahannya, jelas sekali bahwa Pakubuwana XII merasakan semua rezim pemerintahan Indonesia yang berkuasa. Mulai dari masa awal kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, hingga ere reformasi.
Semasa hidupnya, Pakubuwana memiliki enam istri, namun tidak ada satupun yang dijadikannya sebagai permaisuri. Sehingga status enam istri setara antara satu sama lain. Dari ke enam istrinya, ia dikaruniai 35 orang anak, 20 perempuan dan 15 laki-laki.
Pada tanggal 11 Juni 2004, Pakubuwana wafat. Sama seperti pengangkatannya yang sempat menimbulkan konflik, sepeninggalannya sempat terjadi perebutan tahta. Perebutan antara Pangeran Hangabehi dengan Pangeran Tejowilan. Sepanjang masa pemerintahannya, Pakubuwana dianggap sebagai figur pelindung kebudayaan Jawa, dalam hal ini Surakarta.