4 Fenomena Film 'Fiksi Ilmiah' yang Ada di Dunia Nyata
4 Fenomena Film 'Fiksi Ilmiah' yang Ada di Dunia Nyata
Jika kita menonton di film ataupun serial televisi, seringkali kita menemui genre fiksi ilmiah, di mana berabagai konsepnya tampak futuristik dan tidak mungkin terjadi di dunia nyata.
Berbagai hal seperti kehidupan luar angkasa ala Star Wars, atau mesin waktu ala Back to the Future, semuanya nampak meyakinkan namun tak bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan saat ini.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
Namun ternyata ada beberapa fenomena ala genre hiburan fiksi ilmiah, namun dapat dijelaskan dengan sains. Meski demikian, fenomena itu sendiri terlalu ekstrem sehingga untuk dipercaya nalar manusia jadi sulit.
Nah, berikut beberapa fenomena yang kerap kita temui di karya fiksi ilmiah, dan bisa dijelaskan oleh Sains. Melansir Listverse, berikut ulasannya!
Mesin Waktu
Teori fisika kuantum yang dicanangkan oleh Einstein merupakan konsep yang secara teoritis membuat kita bisa menjelajah waktu. Dengan menggunakan teori matematika yang pernah kita pelajari di sekolah, yakni teori Phytagoras, serta bantuan dari 'formula pelebaran' inisiasi Einstein, waktu dapat melambat bagi seseorang dengan gerakan yang cepat.
©2016 Merdeka.com
Teori Einstein mengatakan jika kita ingin melambatkan waktu, dengan kata lain, menjelajah waktu, kita perlu bergerak dengan sagat cepat. Misal kita akan pergi dari Bumi di tahun 2000 hingga tahun 2032, namun kita pergi dengan kecepatan 95 persen dari kecepatan cahaya, atau 285.000 kilometer per detik. Kita bisa kembali dan kalender akan menunjukkan tahun 2010, bukan 2032. Kita akan lebih muda 22 tahun dari semua hal yang ditinggalkan sebelumnya. Inilah 'pelebaran waktu' yang mampu melambatkan waktu.
Jadi, hal yang perlu dilakukan untuk membangun mesin waktu, adalah kita harus membuat mesin yang bisa berpindah tempat dengan kecepatan 285.000 kilometer per detik.
Untuk fenomena selanjutnya, simak laman berikutnya ya!
Hidup Tanpa Otak
Kita sering melihat meme Homer Simpson yang otaknya sangat kecil. Lalu berbagai karya juga memperlihatkan manusia bisa selamat tanpa memiliki otak dengan bantuan kecerdasan buatan canggih. Namun ternyata, manusia bisa hidup hampir tanpa otak.
©2016 Merdeka.com
Seorang Pria Perancis berusia 44 tahun menderita sakit kaki, dan akhirnya pergi ke dokter untuk periksa. Ketika dilakukan pemeriksaan scan CAT, dokter menemukan sebuah hal yang menarik. Otak dari pria yang tak disebutkan namanya ini hanya tersisa 10 persen saja dari keseluruhan otaknya. Akhirnya diketahui bahwa dulunya pria ini terjangkit hidrosephalus ketika umur 14 tahun, dan telah diobati dengan teknik bernama shunt. Masalahnya, cairan shunt tersebut ternyata terus mengisi otaknya setelah 30 tahun ke depan dan pelan-pelan mengikis otaknya.
Meski cuma 10 persen dari otaknya yang masih tersisa, ternyata dia tetap hidup dan sehat lahir dan batin. Ilmuwan awalnya kebingungan, namun akhirnya melahirkan hipotesa bahwa otak manusia akan selalu 'terus-menerus belajar.' Hal ini juga membuktikan meski otak adalah organ terpenting dari manusia, otak ternyata cukup fleksibel.
Telepati
Banyak sekali karya yang memiliki tokoh yang bisa berkomunikasi lewat telepati. Meski di kehidupan nyata hal ini benar-benar tak mungkin bisa dilakukan, sains punya penjelasan akan hal ini.
Di tahun 2014 silam, ilmuwan Amerika Serikat mengumumkan bukti menakjubkan dari konsep tersebut. Menggunakan stimulasi non-invasif otak, robot yang dirancang khusus, dan juga internet, seseorang bisa mengirimkan pesan sederhana melalui mental. Jadi kita bisa berkomunikasi tanpa berkomunikasi. Hanya lewat pikiran saja.
©2016 Merdeka.com
Hal ini dilakukan dengan mendesain sebuah alat yang dihubungkan ke manusia dan juga koneksi internet, bernama electrophalogram. Alat ini bisa menerjemahkan kata yang kita pikirkan menjadi kode biner, dan dikirimkan melalui internet ke penerima.
Meski ini bukan murni membaca pikiran ataupun juga telepati, hal ini merupakan terobosan baru dalam hal berkomunikasi lebih dari yang kita bisa sekarang.
Kehidupan Setelah Mati
Di film, serial televisi, novel, dan banyak medium lain, salah satu setting paling menarik adalah alam baka. Para kreator sangat suka mengimajinasikan bagaimana keadaan alam baka melalui karyanya. Hal ini juga jadi kepercayaan banyak orang, dan digolongkan sebagai pseudosains oleh para ilmuwan.
©2016 Merdeka.com
Dalam ranah pseudosains telah ada penjelasan tentang pengalaman out-of-body atau keluar dari tubuh. Namun dalam studi terbesar dalam aspek tersebut, peneliti menunjukkan sebuah bukti bahwa seorang pasien yang mati, otaknya masih belum benar-benar 'mati', sehingga masih berfungsi dan mampu menyatakan apa yang terjadi dalam kondisi tubuhnya sudah jadi jasad. Meski membingungkan, hal ini terbukti benar secara ilmiah dan diterbitkan dalam bentuk jurnal.
Banyak kasus serupa terjadi, seperti bagaimana cerita orang tua yang dianggap mati suri, merasa keluar dari dirinya dan melihat fisiknya yang diusahakan oleh dokter untuk tetap hidup. Hal ini hanya cerita semata, karena tidak sampai dimuat dalam jurnal ilmiah.
(mdk/idc)