Ancaman serangan siber meningkat, banyak perusahaan masih \'cuek\'
Ancaman serangan siber meningkat, banyak perusahaan masih ‘cuek’. Bahkan masih ada perusahaan yang tidak memiliki strategi keamanan informasi. Karenanya pada bulan Mei 2017, pemimpin negara-negara G-7 sepakat untuk bekerjasama dalam penanganan serangan siber.
Banyak perusahaan di dunia kian adaptif dengan perkembangan teknologi. Sayangnya, semakin adaptifnya perusahaan terhadap kemutakhiran teknologi, tak dibarengi dengan pemahaman tentang keamanan di dunia siber. Padahal, keamanan siber merupakan faktor terpenting manakala teknologi berkembang.
Dalam sebuah laporan yang berjudul Global State of Information Security Survey (GSISS) 2018, 9.500 pejabat eksekutif senior di bidang bisnis dan teknologi dari 122 negara yang disurvei mengakui ketidakamanan dunia siber makin tinggi. Banyak celah yang memungkinkan disasar serangan siber.
-
Dimana para penjahat siber menyembunyikan malware? Karena sebagian besar mod dan cheat didistribusikan di situs web pihak ketiga, penyerang menyamarkan malware dengan berpura-pura sebagai aplikasi ini.
-
Bagaimana Malware berhasil menyebar dan menyerang sistem Indodax? Meskipun engineer yang terlibat bukan engineer utama, dia tetap memiliki akses ke server. Akses inilah yang kemudian menjadi celah awal masuknya Malware yang menyebar pada sistem. Menurut Oscar, meski server yang diretas bukan server utama, Malware tersebut berhasil menyebar dan mengeksploitasi server yang lainnya.
-
Dimana serangan hacker paling sering terjadi? Laporan Microsoft menyatakan ada empat negara yang paling sering menghadapi serangan siber. Dilansir dari The Record, Minggu (3/12), Microsoft melaporkan bahwa dalam periode Juli 2022 hingga Juli 2023, lebih dari 120 negara mengalami lebih dari seratus serangan siber.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Kenapa negara-negara tersebut sering menjadi sasaran hacker? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
Meskipun sadar akan bahaya itu, faktanya masih ada perusahaan yang tak memiliki strategi keamanan informasi. Survei yang dilakukan oleh PwC itu, menyebutkan bahwa sebanyak 40 persen responden tidak memiliki strategi keamanan informasi yang menyeluruh. Lebih fatalnya lagi, 48 persen responden mengatakan tidak memiliki program pelatihan kesadaran keamanan bagi karyawan, dan 54 persen di antaranya tidak memiliki proses tanggap insiden.
Hal itu tentu saja berimbas terhadap sebagian besar perusahaan yang menjadi korban mengatakan tidak dapat mengidentifikasi pelakunya dengan jelas. Hanya 39 persen dari responden survei yang mengatakan sangat yakin dengan kemampuan atribusi yang dimiliki.
Dalam survei itu disebutkan juga, jumlah organisasi yang memiliki strategi keamanan siber yang menyeluruh menunjukkan angka yang cukup tinggi di Jepang dengan prosentase sebanyak 72 persen. Masalahnya, di Jepang serangan siber dipandang sebagai ancaman keamanan nasional terbesar. Begitu juga dengan Malaysia yang menganggap serangan siber sebagai ancaman besar.
Maka itu, pada bulan Mei 2017, para pemimpin negara-negara G-7 sepakat untuk bekerjasama dengan para mitra lainnya untuk mengatasi serangan siber dan memitigasi dampaknya terhadap infrastruktur yang kritikal.