Atase Pendidikan KBRI di India jalin kerjasama dengan APTIKOM Malang
Ada banyak bidang yang bisa dimanfaatkan oleh akademisi dan ilmuwan Indonesia di India
Hari ini (22/04), Atase Pendidikan KBRI di India, Prof. Iwan Pranoto, menyambangi Malang untuk bertemu dengan APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer) Malang.
Pada kunjungan yang bertempat di Sekolah Tinggi Teknik Atlas Nusantara Malang itu, Prof. Iwan berupaya membuka jalan kerjasama antara universitas-universitas ilmu komputer Malang dengan universitas-universitas di India. Salah satunya adalah dengan penandatanganan MoU dengan Atase Pendidikan KBRI India.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang diuji oleh ketiga ilmuwan tersebut? Mereka adalah trio ilmuwan yang berhasil memenangkan penghargaan Nobel Prize 2022 dengan jumlah hadiah sebesar 10 juta krona Swedia (USD915.000) atau Rp 14 miliar. Penghargaan tersebut diraih atas keberhasilannya dalam melakukan eksperimen mekanika kuantum dan menjelaskan titik lemah dari Teori Kuantum temuan Einstein.
-
Apa yang dimaksud dengan perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia. Teknologi telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain.
Selain itu, pada kesempatan tersebut Prof. Iwan juga memberikan workshop pada dosen dan rektor universitas ilmu komputer di Malang demi terjalinnya kerjasama yang kuat dan berkelanjutan di bidang penelitian dan pengembangan teknologi dengan universitas India.
Prof. Iwan mengatakan bila kemajuan teknologi India saat ini sudah terintegrasi dengan sistem komputer, internet, dan jejaring sosial. Contohnya adalah pemakaian sosial media dan aplikasi smartphone untuk pelaporan tindak korupsi hingga penggalakan kebersihan.
Ketua APTIKOM Malang dan Atase Pendidikan KBRI India
Meskipun India sudah berkembang pesat teknologinya, Atase Pendidikan itu mengatakan bila ilmuwan dan mahasiswa masih bisa mengambil peluang untuk menjalin kerjasama. Misalnya dalam bidang kebudayaan, tepatnya kesetaraan gender, perencanaan keluarga, dan yang paling sederhana, masalah kebersihan.
Diakui Prof. Iwan, bila di Indonesia perkembangan tiga aspek tadi lebih baik dari pada India. Dengan begitu, ilmuwan kita bisa mengembangkan penelitian atau teknologi yang bertujuan menjawab tiga masalah sosial tadi.
Sebelum membuka kerjasama, Prof. Iwan menganjurkan setiap universitas untuk menemukan keunggulan mereka dengan lebih spesifik. Dengan begitu, penawaran kerjasama universitas Indonesia menjadi lebih menarik dan susah untuk ditolak.
"Jadi jangan bermimpi universitas India datang dan menawarkan kerjasama, tetapi lebih baik kita merumuskan keunggulan untuk ditawarkan. Jadi, apa yang mau dikerjakan dan langkahnya sudah jelas sejak awal," ujar pria yang sejak SD hingga SMA menetap di Malang itu.
Lebih lanjut, pria berkacamata itu juga menekankan pentingnya pertukaran budaya selain pertukaran ilmu dan teknologi. Mahasiswa dan masyarakat Indonesia dinilai bisa meniru budaya 'ilmiah' yang dimiliki oleh orang India. Sehingga, hasil ilmu dan teknologi dari kerjasama dengan universitas India bisa dirasakan masyarakat, minimal warga Malang.
"Di India, penelitian dan inovasi lahir dari anak-anak. Banyak hal-hal penting lahir bukan dari laboratorium, tetapi desa-desa. Semuanya berawal dari masalah kecil. Ini adalah bukti budaya ilmiah. Nah, semoga kerjasama ini bisa menularkan hal itu dan bermanfaat bagi masyarakat Malang, tidak berhenti di laporan penelitian saja," lanjut pria lulusan ITB itu.
Sementara itu, menurut ketua APTIKOM sekaigus dosen dari STIKI Malang, Eva Handriyanti, kerjasama dengan Atase Pendidikan KBRI di India diharapkan bisa mengembangkan membuka peluang pengembangan akademisi APTIKOM kedepannya.
"Harapannya penandatanganan MoU ini berlanjut agar anggota APTIKOM bisa bekerjasama di bidang pengajaran, kebudayaan, atau pertukaran pelajar, hingga penelitian dengan universitas-universitas India. Sehingga mimpi APTIKOM akan terwujud, yakni kualitas semua lulusan ilmu kompter dari Sabang sampai Marauke sama kualitasnya," kata Eva.
(mdk/bbo)