Bisnis Travel Disebut Masih Butuh Sentuhan Tatap Muka
Digitalisasi membuat semuanya instant termasuk dalam bisnis travel. Tetapi masih dianggap butuh sentuhan tatap muka.
Digitalisasi membuat semuanya instant termasuk dalam bisnis travel. Namun masih dianggap butuh sentuhan tatap muka.
Bisnis Travel Disebut Masih Butuh Sentuhan Tatap Muka
Pasca pandemi Covid-19, layanan travel semakin tumbuh. Orang-orang mulai merogoh kantong untuk berlibur. Membawa keluarga atau sanak saudara berwisata di tempat-tempat populer.
Terlebih, kini perkembangan internet semakin memudahkan konsumen untuk membeli tiket secara online.
Merujuk riset Google, Temasek, dan Bain Company 2022, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai Rp 1.147 triliun atau sekitar 6 persen dari total PDB Indonesia tahun tersebut.
Menariknya adalah terdapat empat sektor bisnis digital yang menyumbang kontribusi.
Empat sektor itu ialah e-commerce, transportasi dan makanan, media online, dan layanan online travel agent (OTA). Keempat layanan ini berkembang karena meningkatnya adopsi digital, terutama generasi muda dan masyarakat di kota-kota kecil. Layanan OTA ini disebut-sebut berkontribusi sebesar 4 persen dari total ekonomi digital.
Salah satunya Dwidaya Tour. Perusahaan ini mengaku masih memiliki keyakinan bahwa bisnis agen travel masih membutuhkan metode tatap muka atau konvensional.
“Kami masih meyakini jika layanan perjalanan masih butuh metode tatap muka. Sebab, masih banyak juga segmen pasar yang memerlukan layanan manusia nyata secara menyeluruh,” ungkap Hendri Yapto, Chief Operations Officer Dwidayatour, Jakarta, Kamis (14/9).
Misalnya saja mereka bakal menggelar Dwidayatour Carnival pada 14-17 September 2023 di Gandaria City, Jakarta sebagai bentuk layanan tatap muka. Keyakinan yang dipegangnya itu ternyata diikuti dengan pencapaian yang diklaim positif pada paruh pertama di 2023.
Menurut Hendri, terjadi peningkatan Year on Year (YoY) mencapai double digit dibandingkan dengan paruh pertama tahun lalu.
“Kini jumlah kantor cabang yang mencapai 50 kantor di seluruh Indonesia. Jumlah kantor cabang mengalami peningkatan 20 persen dibanding tahun lalu,” ungkap dia.
Foto: Unsplash/CHUTTERSNAP
Kendati begitu, bukan berarti perusahaan ini mengabaikan menggarap pasar online. Pasalnya, ada juga segmen market yang memerlukan layanan travel secara instan. Untuk itu, mereka mencoba mengkombinasikan dengan metode omnichannel.
Foto: Unsplash/Daria Nepriakhina
“Untuk itu dalam bisnis ini kami akan mengkombinasikan keduanya, memberikan pengalaman omnichannel dari online ke offline dan offline ke online,”
Hendri Yapto, Chief Operations Officer Dwidayatour dalam keterangannya.