Huawei dan ZTE Dilaporkan Untung Besar, Buktikan Sanksi AS Tak Berpengaruh
Fakta membuktikan sanksi AS terhadap perusahaan China tak selalu berjalan mulus.
Fakta membuktikan sanksi AS terhadap China tak selalu berjalan mulus.
Huawei dan ZTE Dilaporkan Untung Besar, Buktikan Sanksi AS Tak Berpengaruh
Sanksi AS Tak Berdampak
Meskipun menghadapi sanksi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, produsen perangkat jaringan China justru mengalami pertumbuhan yang signifikan. Itu terjadi pada ZTE dan Huawei. Dua perusahaan itu melaporkan laporan keuangan yang sangat baik. ZTE, produsen infrastruktur jaringan terbesar kedua di Tiongkok, membuktikan harga sahamnya naik 61 persen dalam setahun terakhir. Mereka mencatatkan kenaikan laba operasional sebesar 28,5 persen dan peningkatan penjualan sebesar 4,3 persen pada kuartal pertama 2023.
Kemudian Huawei walau bukan perusahaan terbuka, tetapi berdasarkan laporan AsiaTimes raksasa teknologi asal China ini telah menandatangani 6.000 kontrak untuk pembangunan jaringan 5G dan jaringan IoT berbasis 5G.
Di pasar Uni Eropa, Huawei memiliki beberapa puluh kontrak untuk pembangunan jaringan 5G. Beberapa di antaranya telah selesai dibangun, namun sebagian besar masih dalam tahap pembangunan.
Hanya dua negara yang melarang produk Huawei masuk pasar Eropa lantaran adanya tekanan politik dari Amerika Serikat (AS). Dua negara itu ialah Inggris dan Swedia.
Nelangsa Nokia dan Ericsson
Lain cerita dengan pesaingnya asal Eropa yaitu Ericsson dan Nokia. Duo pesaing Huawei dan ZTE itu disebut malah mengalami penurunan. Nilai saham mereka masing-masing turun 30 persen dan 22 persen dalam setahun terakhir. Tak hanya saham, pendapatan mereka pun kompak turun.
Dilaporkan GizChina, Senin (24/7), pada 20 Juli lalu, Nokia melaporkan penurunan pendapatan sebesar 3 persen dalam 12 bulan terakhir. Pada saat yang sama, laba menurun sebesar 16 persen. Lalu Ericsson asal Swedia disebutkan terjadi adanya penurunan laba operasional sebesar 62 persen. Terkait penurunan pendapatan Nokia dan Ericsson disebabkan karena rendahnya permintaan operator untuk menggunakan jaringan 5G di Eropa.
Cuan di Pasar Asia
Berbeda di Eropa, di pasar Asia justru minat terhadap teknologi 5G tumbuh pesat, terutama di negara-negara seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. Tak menampik bila pertumbuhan ZTE dan Huawei merupakan imbas dari besarnya pasar di wilayah ini.
Beberapa negara di kawasan itu juga melaporkan permintaan yang meningkat pesat untuk layanan 5G.
Salah satu pasar yang paling penting adalah India dengan populasi terbesar kedua di dunia.
Sebelum India, nomor satunya adalah China. Di China saja, sudah ada 700 juta orang yang berlangganan layanan 5G. Selain itu, target untuk memiliki 2,9 juta BTS 5G tercapai enam bulan lebih cepat dari jadwal yang ditentukan. Lebih dari itu, setiap kota besar di China kini sudah tercover dengan sinyal 5G. Perlu diingat bahwa ukuran kota-kota di China lebih besar daripada di Uni Eropa maupun Amerika Serikat.