Ini 5 eksperimen sadis yang pernah dilakukan Nazi
Puluhan dokter Nazi diketahui melakukan berbagai eksperimen sadis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
Di era Perang Dunia II, rezim Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler dari tahun 1933 hingga 1945 selain menyisakan berbagai kisah pilu di berbagai peperangan ternyata juga menyimpan beberapa sejarah mengerikan di bidang ilmu pengetahuan.
Banyak dari dokter-dokter Nazi yang ditengarai melakukan eksperimen yang melibatkan manusia sebagai subjeknya hingga puluhan kali, diperkirakan mencapai 30 jenis eksperimen.
-
Di mana daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia ini diumumkan? Peringkat tersebut didasarkan pada analisis dampak sitasi di berbagai disiplin ilmu yang diambil dari database Scopus. Setiap tahun, lembaga ini memilih 100.000 ilmuwan dari seluruh dunia yang aktif di berbagai institusi akademik.
-
Bagaimana AD Scientific Index menentukan peringkat universitas terbaik di Indonesia? AD Scientific Index menggunakan sistem pemeringkatan yang unik dengan menganalisis sebaran ilmuwan dalam suatu institusi menurut persentil 3, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90.
-
Apa saja yang termasuk dalam populasi penelitian? Populasi bukan hanya manusia tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
-
Siapa ilmuwan terbaik di Universitas Gadjah Mada berdasarkan AD Scientific Index 2024? Universitas Gadjah Mada Jumlah ilmuwan dalam indeks : 497Ilmuwan terbaik dalam institusi : Abdul Rohman
-
Universitas terbaik apa yang menempati peringkat pertama di Indonesia versi AD Scientific Index 2024? Dalam daftar University Rankings 2024 AD Scientific Index yang mencakup 2.227 kampus, UGM, UTI (Universitas Teknokrat Indonesia), dan Undip berhasil menempati peringkat tertinggi sebagai universitas terbaik di Indonesia.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
Ironisnya, eksperimen-eksperimen yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tak menghiraukan hak-hak dari manusia yang dijadikan kelinci percobaan. Banyak di antara mereka yang diperlakukan tidak manusiawi seperti mutilasi dan 'pencacatan' dengan sengaja. Alhasil kebanyakan manusia yang menjadi kelinci percobaan dipastikan meninggal dunia.
Hingga setelah Perang Dunia II selesai, sebanyak 15 dokter sadis Nazi didakwa bersalah dengan melakukan eksperimen-eksperimen kejam itu dan menerima hukuman gantung.
Berikut adalah 5 eksperimen Nazi yang tergolong sangat sadis serta ulasannya.
Eksperimen obat luka "Sulfanilamide"
Ketika perang, banyak tentara Jerman yang terinfeksi penyakit 'Gas Gangren' atau semacam penyakit yang menghambat suplai darah kebagian tubuh. Parahnya, gangren bisa membuat bagian tubuh yang terkena mengalami nekrosis atau kematian jaringan.
Tak mau kehilangan banyak tentara, dokter Nazi yang berada di kamp Ravensbruck melakukan uji coba obat luka Sulfanilamide untuk mengatasi infeksi luka selama perang. Yang membuat miris adalah para dokter tersebut dengan sengaja menularkan beberapa bakteri berbahaya seperti streptococcus, tetanus, hingga gangren ke manusia yang menjadi bahan percobaan.
Para dokter tersebut melukai para manusia yang menjadi kelinci percobaan kemudian mengoleskan bakteri-bakteri itu ke luka yang telah dibuat tadi. Sebelum akhirnya menghentikan suplai darah ke bagian tubuh yang dilukai dengan cara mengikat bagian tubuh tersebut dengan tali dan mengaplikasikan obat Sulfanilamide.
Tak diragukan lagi, banyak dari objek uji coba yang meninggal dengan mengenaskan akibat eksperimen ini.
Eksperimen Ketinggian
Nazi pada masa jayanya memang dikenal banyak menggunakan pesawat terbang untuk melakukan invasi ke berbagai negara. Oleh karenanya, dibutuhkan sistem keamanan yang tinggi untuk para pilot yang diterjunkan ke medan perang.
Salah satu dokter Nazi bernama Sigmund Rascher mencoba meneliti dampak ketinggian terhadap para pilot dengan menggunakan tahanan perang di penjara Dachau sebagai objek penelitian, sekitar tahun 1942.
Dibantu oleh peneliti lain, Rascher menempatkan para tahanan di sebuah ruang khusus yang sengaja diatur memiliki tekanan udara rendah seperti di ketinggian 20 kilometer di atas permukaan tanah.?
Dengan keadaan lingkungan seperti itu, tentu saja para tahanan lama kelamaan akan mati lemas. Bahkan setelah ketika para tahanan hampir meninggal, Rascher membedah isi kepala mereka untuk mengetahui dampak ketinggian ektrim pada otak dan pembuluh darah manusia.
Eksperimen kejam ini meminta korban hingga 80 orang dari total 200 tahanan. Pada akhirnya, sekitar 120 objek penelitian sisanya dibunuh secara sadis.
Eksperimen transplantasi tubuh
Jika Anda menganggap dua penelitian sebelumnya sadis, maka eksperimen yang satu ini jauh lebih sadis.
Untuk mempelajari cara transplantasi bagian tubuh dari satu orang ke orang lain, para dokter Nazi melakukan eksperimen transplantasi kaki, tangan, dan bagian tubuh lain milik para tahanan di kamp Ravensbruck.
Tanpa didasari dengan pengetahuan yang cukup, para dokter itu dengan sengaja mengamputasi bagian tubuh tahanan untuk ditransplantasikan ke tahanan lain. Transplantasi serupa juga dilakukan pada jaringan tulang dan otot untuk mempelajari regenerasinya ketika beralih tubuh.
Eksperimen sia-sia tersebut dianggap telah menyebabkan kesakitan luar biasa hingga kecacatan permanen pada manusia yang menjadi objek penelitian. Hal itu belum termasuk korban meninggal yang diperkirakan tidak sedikit jumlahnya.
Eksperimen senjata beracun
Kekejaman para dokter Nazi berlanjut, bahkan untuk menentukan cara eksekusi para tahanan yang didakwa bersalah sekalipun.
Para peneliti di kamp tahanan Buchenwald melakukan uji coba memakai beragam metode eksekusi menggunakan senjata beracun. Mereka dengan sengaja menyuntikkan zat racun macam sianida dan zat asam karbol kepada tawanan perang asal Rusia.
Yang lebih membuat bulu kuduk merinding, berbagai macam jenis racun lain juga diberikan lewat racun yang diteteskan pada makanan, hingga menembak langsung tahanan menggunakan peluru yang telah dilumuri racun.
Bahkan objek penelitian yang diketahui berhasil selamat pun masih akan tetap dibunuh agar para dokter itu bisa melakukan otopsi untuk melihat dampak dari racun ke jaringan tubuh.
Eksperimen sterilisasi massal
Jika Indonesia memiliki sistem KB (Keluarga Berencana) untuk mengontrol pertumbuhan penduduk, tidak demikian dengan cara yang diterapkan oleh Nazi.
Karena ingin melakukan proses sterilisasi masal dalam tempo yang cepat dan 'efisien', para dokter di kamp Auschwits, Ravensbruck, dan daerah lain mengaplikasikan metode radikal sebagai ganti sistem kontrasepsi, baik kepada pria maupun wanita di sana.
Banyak pria yang pada akhirnya harus dikebiri agar para dokter bisa memantau perubahan sikap serta dampak dari metode sterilisasi ini. Demikian halnya dengan para wanita, sebuah alat tertentu sengaja dimasukkan ke dalam rahim secara paksa agar tidak terjadi pembuahan.?
Kedua metode sterilisasi radikal tersebut diketahui menyebabkan pendarahan hingga kematian dalam jumlah yang tak sedikit. Bahkan ribuan dari korban sterilisasi mengalami gangguan mental yang parah.