Ini bahaya jadi orang sok 'multitasking' modal smartphone!
Multitasking semakin jadi tren di era digital
Di era digital ini, smartphone dan banyak gadget mobile lain dapat diisi oleh berbagai macam aplikasi yang dapat menunjang produktivitas. Mulai dari aplikasi catatan, email, dan sosial media dapat mempermudah setiap pegawai menyelesaikan tugas. Sayangnya, keberadaan gadget-gadget ini membuat banyak orang terkena ilusi 'multi-tasking'.
Tentu Anda sering mendengar banyak rekan kerja atau teman kuliah yang mengatakan bila mereka adalah orang-orang multitasking atau mereka yang bisa mengerjakan satu hal sembari menuntaskan hal lain. Contohnya mendengarkan penjelasan sambil mencatat di smartphone di saat bersamaan. Benarkah demikian?
-
Bagaimana smartphone memengaruhi bentuk tengkorak manusia? Secara mengejutkan, tanduk hingga sepanjang 30 milimeter mulai muncul di kepala masyarakat saat ini. Benjolan yang muncul pada bagian bawah tengkorak dan sedikit di atas leher ini sangat langka pada 100 tahun lalu. Hal aneh ini muncul karena penggunaan smartphone, yang biasanya membuat orang menunduk dan bahkan jika diakumulasi bisa sampai empat jam dalam sehari. Hal ini membuat leher bekerja lebih keras dan tubuh meresponsnya.
-
Smartphone mana yang paling banyak terkirim di dunia pada paruh pertama 2023? iPhone 14 Pro Max adalah HP yang paling banyak dikirimkan ke seluruh dunia pada paruh pertama tahun ini.
-
Apa yang dimaksud dengan kemampuan "menguping" smartphone dalam konteks iklan? “mereka tidak mendengarkan,” jawabnya. Lantas hal ini menjadi pertanyaan, mengapa platform seperti Facebook begitu sering menampilkan iklan tertentu. Bahkan, beberapa contoh iklan yang hadir menampil produk-produk yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
-
Kenapa sebagian ponsel dalam daftar menggunakan Qualcomm dan sebagian lainnya MediaTek? Hal ini menunjukkan bahwa pasar chip smartphone semakin kompetitif, dan ini merupakan kabar baik. Mengapa ada perbedaan prosesor? ROG Phone 8 Pro, sebagai ponsel gaming, mungkin memprioritaskan daya mentah, yang mungkin menjelaskan pilihan Qualcomm-nya. Oppo Find X7 dan iQOO Neo S9 Pro, yang ditujukan untuk audiens yang lebih luas, mungkin fokus pada keseimbangan kinerja dengan harga yang terjangkau, dan berpotensi condong ke prosesor MediaTek.
-
Dimana Apple keluar dari 5 merek ponsel teratas? Menurut perusahaan riset pasar TechInsights, seperti dikutip dari GizChina, Kamis (16/5), Apple keluar dari lima merek ponsel teratas di Tiongkok pada kuartal pertama tahun 2024, dengan pangsa pasar yang hanya 13,7 persen.
-
Bagaimana cara orang Indonesia menggunakan smartphone dalam sehari? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
Multitasking itu tak nyata
Penelitian dari Kaspersky Lab membuktikan hal yang sebaliknya, multi-tasking bermodal gadget itu tidak nyata. Penelitian ini dilakukan oleh Head of System Engineering Kaspersky Lab Amerika Utara, Michael Canavan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 44 persen pekerja kantoran mengakui bahwa mereka membuat catatan secara digital pada saat rapat. Akibatnya, mereka seringkali tidak memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh pembicara yang berlangsung.Â
Bahkan, 13 persen orang yang disurvei juga mengakui bahwa jika mereka kehilangan catatan digital mereka, maka mereka akan mengalami kebingungan. Kebingungan ini lah yang kemudian disebut sebagai amnesia digital.
Catatan digital vs mendengarkan rapat
Penelitian Kaspersky Lab juga menemukan bahwa banyak pelaku bisnis profesional yang bersedia untuk tidak mendengarkan secara aktif dalam pertemuan dan menggantinya dengan hal yang lebih mudah seperti mengetik catatan dan memiliki catatan real-time dari rapat atau presentasi.Â
Empat puluh enam persen dari mereka yang disurvei percaya bahwa catatan-catatan faktual ini jauh lebih baik dari suara. Sebagian besar responden (67 persen) juga setuju bahwa catatan digital lebih mudah untuk dicadangkan dan dibagikan daripada mengandalkan memori.
Gadget bukan pengganti otak
Menurut Dr. Gorkan Ahmetoglu, Dosen Psikologi Bisnis di University College, London, memori manusia itu terbatas. Kerugian dari hanya mendengarkan serta mengandalkan memori adalah bahwa mentransfer sesuatu dari 'working memory' jangka pendek ke memori jangka panjang itu sulit dan keberhasilannya tergantung pada seberapa baik kita memahami topik yang sedang dibahas
Akan tetapi, mencatat di gadget juga bukan solusinya. Jika informasi yang diterima kurang familiar atau bahkan kita tidak benar-benar memahaminya, muncul kecenderungan untuk mencatat sebanyak mungkin pada perangkat digital.
Padahal, menurut Dr. Ahmetoglu, hal ini tidak berarti catatan tersebut dapat digunakan untuk meninjau kembali serta membangun pemahaman kita akan informasi tersebut.
Bahaya sok multitasking pakai gadget
Selain amnesia digital, ternyata masih banyak hal negatif lain yang bakal terjadi jika manusia suka mengerjakan hal bersamaan dengan bantuan gadget.
Dengan banyaknya orang sangat bergantung pada catatan yang disimpan dalam "memori eksternal", ini memberikan celah yang besar untuk serangan dari rekan-rekan yang tidak suka pada mereka, saingan dan bahkan penjahat siber.Â
Jika orang-orang jahat ini sebelumnya hanya "menguping", sekarang mereka sering kali merusak atau menghapus, atau bahkan diam-diam mengubah data yang disimpan dalam perangkat.
Oleh karena itu, sangat disarankan untuk tidak selalu melakukan kegiatan multitasking dan lebih memilih fokus ke satu kegiatan saja. Apabila memang diperlukan, lebih baik mencatat hal-hal seperlunya saja di gadget dan kemudian ditinjau ulang agar informasi yang ada dapat diingat dalam memori jangka panjang.
Sumber: Kaspersky Lab
(mdk/bbo)