Ini sikap Kemenristek terkait kebohongan akademis Dwi Hartanto
Ghufron menilai, pada dasarnya pria lulusan S1 dari Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta ini, memiliki potensi untuk berkembang.
Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti, menyayangkan tindakan kebohongan yang dilakukan oleh Dwi Hartanto. Menurutnya, kejadian itu harus ia terima risikonya dan dijadikan sebagai pelajaran ke depannya.
"Untuk Saudara Dwi ingin kami sampaikan, bahwa dalam bertindak harus diingat konsekuensi dan tanggung jawab dari tindakan tersebut. Kita seringkali terlalu gampang untuk meminta maaf dan memaafkan suatu kesalahan, namun kita juga seringkali lupa bahwa kita selalu sulit untuk melupakan sebuah kesalahan. Jadi kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi Saudara Dwi," kata Ghufron saat dihubungi Merdeka.com melalui pesan singkat, Senin (9/10).
Ghufron menilai, pada dasarnya pria lulusan S1 dari Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta ini, memiliki potensi untuk berkembang. Maka itu, ia berharap para ilmuwan Indonesia di luar negeri untuk membantu Dwi memperbaiki diri.
"Janganlah kita kemudian menghakimi, tetapi kita arahkan dan berikan kesempatan, jalan karir Dwi masih panjang mari kita tegur, kita ingatkan dan kita bantu ke arah yang baik," ungkapnya.
Meski begitu, kebohongan akademis merupakan suatu hal yang tidak bisa ditolerir. Terlebih kebohongan itu menjadi kebohongan publik. Kendati demikian, Ghufron berharap ke depan Dwi mampu memperbaiki diri dan kembali mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan memperbaiki serta menjaga integritasnya.
Lebih lanjut, Ghufron menjelaskan bahwa Dwi Hartanto sebelumnya merupakan salah satu peserta dalam program Visiting World Class Professor 2016 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti. Terpilihnya Dwi Hartanto pada ajang tersebut didasarkan atas riwayat hidup, capaian atau prestasi akademis, serta mempertimbangkan faktor rekomendasi, baik dari sesama ilmuwan maupun elemen masyarakat lainnya.
Sebelumnya, Dwi disebut-sebut dijuluki sebagai The Next BJ Habibie. Hal itu lantaran ia mengaku memiliki sejumlah prestasi di bidang kedirgantaraan dan mengklaim tengah merancang jet tempur generasi keenam yang akan jauh lebih canggih dibanding pesawat jet saat ini.
Tak hanya itu, dia juga mengklaim memenangkan lomba riset Space craft and Technology di Jerman dan mengalahkan sejumlah ilmuwan dari negara lain. Tak heran dari segenap klaimnya itu, KBRI di Den Haag memberikan penghargaan kedirgantaraan pada kandidat Doktoral di Technische Universiteit Delft ini. Namun, sederet pencapaiannya itu hanyalah bualan belaka.
Ujungnya, Dwi pun akhirnya menyampaikan permohonan maaf. Dia mengakui memberikan informasi yang tidak benar, tak akurat dan cenderung melebih-lebihkan. Khususnya soal prestasinya di bidang dirgantara dan keilmuan soal roket.
"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya," kata Dwi seperti dimuat dalam halaman PPI Delft.