Ini yang akan Terjadi jika Starlink Bisa Jual Internet Langsung ke HP Orang Indonesia
Ini yang akan Terjadi jika Starlink Bisa Jual Internet Langsung ke HP Orang Indonesia
Banyak dampak negatif bila Starlink diperbolehkan Direct to Cell di Indonesia.
Ini yang akan Terjadi jika Starlink Bisa Jual Internet Langsung ke HP Orang Indonesia
Teknologi "Direct to Cell" dari Starlink merupakan inovasi yang memungkinkan perangkat seluler terhubung langsung ke satelit tanpa memerlukan parabola atau antena tambahan seperti yang digunakan sebelumnya.
Teknologi ini menawarkan kemudahan akses, namun tetap memiliki keterbatasan yaitu harus berada di luar ruangan atau kantor agar dapat terhubung dengan satelit di langit.
“Direct to cell maksudnya bisa langsung terhubung tanpa perlu parabola atau antena seperti sebelumnya, tapi tetap harus di luar rumah atau kantor karena harus koneksi ke satelit di langit,” ujar Heru Sutadi selaku pakar ICT pada Senin (10/6).
Menurut Heru, kehadiran teknologi ini akan berhadapan langsung dengan operator seluler konvensional.
Dalam konteks kompetisi, Heru menekankan pentingnya menjalankan persaingan secara sehat dengan menciptakan kondisi "equal level playing field" atau medan persaingan yang setara.
“Kalau kompetisi dijalankan secara sehat, adanya equal level playing field, bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa memilih layanan yang mana yang jaringan tersedia, tarifnya terjangkau serta kualitas yang bagus. Itu buah kompetisi. Siapa yang bertahan dan out hal yang wajar,” kata Heru.
Namun, Heru juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait kemungkinan terjadinya kompetisi yang tidak sehat. Starlink sebagai pemain dominan dalam teknologi satelit LEO (Low Earth Orbit), memiliki modal yang sangat besar dan potensi untuk menguasai pasar.
Dominasi ini bisa menyebabkan ketidakadilan dalam persaingan jika tidak ada regulasi yang tepat untuk memastikan adanya level playing field bagi semua operator.
“Yang dikhawatirkan kompetisi tidak sehat. Apalagi Starlink dominan di satelit LEO dunia dan modalnya besar.” tambahnya.
Selain itu, Ridwan Effendi juga menyoroti bahwa tidak semua ponsel dapat langsung menerima sinyal dari satelit.
Hanya perangkat tertentu yang memiliki kemampuan ini, sehingga adopsi teknologi ini masih terbatas.
Ridwan Effendi menyampaikan, penyelenggara jasa internet tidak mendapatkan hak penomoran dan tidak mendapatkan hak interkoneksi dengan jaringan seluler dan PSTN (Public Switched Telephone Network).
“Penyelenggara jasa internet dalam aturan kita tidak mendapatkan hak penomoran dan tidak mendapatkan hak interkoneksi dengan selular dan atau PSTN, sehingga keberadaan operator selular masih penting,” kata Ridwan Effendi selaku pengamat teknologi.
Oleh karena itu, meskipun Starlink dengan teknologi "Direct to Cell"-nya membawa angin segar bagi industri telekomunikasi, penting untuk memahami keterbatasannya.
Pengguna masih akan membutuhkan layanan dari operator seluler untuk mendapatkan akses komunikasi yang menyeluruh dan terintegrasi.