Kecerdasan buatan mampu ungguli diagnosis dokter?
Kecerdasan buatan mampu ungguli diagnosis dokter? Sistem ini dikembangkan oleh Artificial Intelligence Research Centre for Neurological Disorders dari Rumah Sakit Tiantan Beijing. Saat uji coba, kemampuan BioMind ternyata berada di atas rata-rata kemampuan para dokter.
Sistem kecerdasan buatan kembali menunjukkan tajinya di bidang kesehatan. Kali ini, kecerdasan buatan asal Tiongkok yang dilaporkan berhasil mengungguli kemampuan diagnosis dokter.
Dilaporkan Xinhua via Liputan6.com, sebuah sistem kecerdasan buatan berhasil mengalahkan tim yang terdiri dari 15 doktor kenamaan Tiongkok dalam hal mendiagnosis tumor otak dan memprediksi hematoma.
-
Apa yang dimaksud dengan perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia. Teknologi telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain.
-
Siapa yang menciptakan alat-alat canggih untuk memudahkan kehidupan manusia? Terbukti, sampai sekarang, manusia modern sangat pandai membuat alat-alat yang canggih untuk memudahkan hidup mereka.
-
Di mana bioteknologi diterapkan dalam kehidupan manusia? Bioteknologi dapat diterapkan di berbagai bidang. Berikut penjelasan singkat tentang penerapan bioteknologi di setiap bidang: Pangan: Bioteknologi dapat digunakan untuk menghasilkan atau memodifikasi produk pangan, seperti roti, keju, yogurt, tempe, kecap, sirup, dan lain-lain. Produk-produk ini dihasilkan dengan memanfaatkan mikroorganisme, seperti ragi, bakteri, dan jamur, yang dapat melakukan fermentasi atau penguraian bahan organik.
-
Kapan teknologi dianggap sebagai perpanjangan tangan manusia? Dapat dikatakan bahwa teknologi adalah semacam perpanjangan tangan manusia untuk dapat memanfaatkan alam dan sesuatu yang ada di sekelilingnya secara lebih maksimal.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Apa saja jenis-jenis teknologi yang dibahas dalam konteks? Teknologi dapat didefinisikan sebagai penerapan pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakan produk atau proses yang bermanfaat bagi manusia.
Dari uji coba yang dilakukan, kecerdasan buatan berhasil mengungguli kemampuan dokter saat melakukan diagnosis dua penyakit tersebut. Dikutip dari The Next Web via Liputan6.com, Kamis (5/7), kecerdasan buatan ini diberi nama BioMind.
Sistem ini dikembangkan oleh Artificial Intelligence Research Centre for Neurological Disorders dari Rumah Sakit Tiantan Beijing. Saat uji coba, kemampuan BioMind ternyata berada di atas rata-rata kemampuan para dokter.
Saat menelaah sejumlah kasus tumor otak, BioMind berhasil memprediksi benar sekitar 87 persen. Sementara para dokter hanya mampu menjawab benar 66 persen dari kasus yang diberikan.
Kecerdasan buatan ini juga mampu menganalisis kasus dengan lebih cepat. Dalam 15 menit, BioMind berhasil melakukan diagnosis 225 kasus, sedangkan para dokter hanya 30 kasus.
Ketika membahas soal hematoma di otak, BioMind juga berhasil menjawab dengan benar 83 persen kasus yang diajukan. Adapun para dokter hanya dapat melakukan diagonsis yang benar untuk 63 persen kasus.
Kemampuan kecerdasan buatan ini ditunjang dengan ribuan gambar arsip milik Rumah Sakit Tiantan Beijing. Kemampuan BioMind juga disebut setara dengan dokter senior dengan tingkat akurasi 90 persen.
"Saya harap dengan kompetisi ini, para dokter dapat mengetahui kemampuan kecerdasan buatan dan dapat memahaminya lebih lanjut," tutur VP Rumah Sakit Tiantan Beijing, Wang Yongjun.
Pemanfaatan kecerdasan buatan pemanfaatan di bidang kesehatan memang sedang diuji coba sejumlah pihak. Salah satu perusahaan yang melakukan hal tersebut adalah Google Bersamaan dengan anak perusahaannya, Verily, Google memanfaatkan software berbekal machine learning untuk menganalisis mata seseorang.
Software itu diklaim akurat untuk mengumpulkan data seseorang, mulai dari umur, tekanan darah, termasuk kebiasaannya merokok. Berbekal data tersebut, software lantas dapat memprediksi apakah seseorang menderita masalah jantung, misalnya berpotensi terkena serangan jantung.
Software besutan Google ini disebut memiliki akurasi yang sama dengan metode paling mutakhir sekarang ini.
Secara metode, software ini dapat menjadi alternatif baru bagi dokter untuk menganalisis seseorang. Alasannya, hasil pengujian ini membuat proses analisa lebih cepat dan mudah, termasuk tak lagi membutuhkan uji darah.
Kendati demikian, metode ini masih perlu diuji lebih lanjut sebelum benar-benar diterapkan dalam keperluan medis.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Agustinus Mario Damar
Baca juga:
Deretan smartphone Xiaomi yang dapat MIUI 10
Kembangkan bisnis, pelaku industri perikanan diminta manfaatkan teknologi
Startup Montir dapat investasi dari East Ventures
XL: Jaringan di sekitar Gunung Agung dalam kondisi normal
OPPO Find X mana yang bakal dijual di Indonesia?