Obral status Pilpres 2014 menurun drastis di Facebook-Twitter
Keriuhan Pilpres 2014 setelah pencoblosan menurun dibandingkan sebelumnya.
Ketika sebelum diadakannya pencoblosan Pilpres 2014, jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter seperti tidak pernah mati akan berita, informasi, gambar sampai dengan kampanye baik yang hitam atau putih, negatif atau positif.
Namun, ketika hari pencoblosan telah terlewati, keriuhan Pilpres 2014 itu turun drastis. Walaupun menurun, namun bukan berarti status, komentar dan segala hal yang berkaitan dengan Pilpres sudah tidak ada lagi.
"Pembicaraan dengan kata kunci 'Jokowi - JK' dan 'Prabowo - Hatta' di Facebook dan Twitter mencapai puncaknya pada penutupan masa kampanye 5 Juli 2014," kata Praktisi Teknologi Informatika Digimed Aidil Muladha, seperti dikutip dari Antara (10/07).
Aidil mengatakan ramainya klaim kemenangan dari para pasangan capres-cawapres tidak tergambarkan pada topik Prabowo - Hatta maupun Jokowi - JK melalui Facebook dan Twitter pada 9 Juli 2014.
Tercatat pada Facebook topik Prabowo - Hatta muncul sebanyak 443 dan Jokowi - JK sekitar 562, sedangkan pada Twitter Prabowo - Hatta mencapai 939 dan Jokowi - JK sebanyak 1.010.
Pemandangan hampir sama terlihat sepanjang minggu tenang (6-8 Juli), kedua pasangan itu tidak menjadi buah bibir pembicaraan pada media sosial.
Selama minggu tenang Prabowo - Hatta dibicarakan sebanyak 425-504 topik dan Jokowi - JK kisaran 560-643 topik pada Twitter, sedangkan pada Facebook tema Prabowo - Hatta sebanyak 1.580-1.690 topik dan Jokowi - JK sekitar 1.850-1.950 topik.
Aidil mengungkapkan topik kedua pasangan calon presiden-calon wakil presiden melonjak 100 persen dibanding hari sebelumnya pada akhir masa kampanye tersebut.
Digimed mencatat Prabowo - Hatta sebanyak 1.080 topik dan Jokowi - JK sekitar 1.430 topik pada Twitter, sedangkan pada Facebook untuk pasangan Prabowo - Hatta (1.940 topik) dan Jokowi - JK (2.300 topik) pada Facebook pada 5 Juli 2014.
Analis Politik Digimed Anton Aliabbas menambahkan jumlah isu dan kampanye negatif pada kedua media sosial itu mengalami penurunan yang signifikan pada masa tenang (5-8 Juli) dibanding masa kampanye (13 Juni-5 Juli).
Anton menganalisis Capres Prabowo lebih banyak dikaitkan topik seperti Nazi, Pelanggar Hak Asazi Manusia, Presiden Fasis dan Prahara muncul sebanyak 399 kali periode 6-9 Juli pada Twitter.
"Jumlah ini menurun drastis dari masa kampanye yang mencapai 3,455 kali," ungkap Anton.
Pada media Facebook, Prabowo dikaitkan kampanye kotor mencapai 3.767 topik pada kurun waktu yang sama, padahal masa kampanye sebanyak 24.302 topik.
Sedangkan, Capres Jokowi banyak disinggung kampanye negatif dengan topik seperti China, Komunis, Pencitraan dan Kristen.
Data Digimed menunjukkan topik kampanye negatif pada periode 6-9 Juli mencapai 635 topik pada media sosial twitter padahal pada masa kampanye sebanyak 3.806 topik. Pada platform media sosial Facebook, angka kampanye kotor yang menyerang Jokowi sebanyak 5.875 pembicaraan. Angka ini berbeda signifikan jika dikomparasi dengan masa kampanye yang mencapai 32.270 pembicaraan.
Anton menganggap sebaran angka itu menunjukkan para pendukung capres-cawapres tidak terlalu memaksimalkan masa tenang untuk menyerang pesaingnya.