PANDI: Aksara Pegon Dapat Jadi Alternatif Bahasa Pemrograman untuk Keamanan Siber
Salah satunya adalah gagasan mengembangkan bahasa pemrograman khususnya di bidang keamanan siber dengan menggunakan karakter non-latin. Wacana ini bukan tanpa alasan, sebab Indonesia punya banyak karakter nonlatin (aksara nusantara) seperti aksara Pegon.
Ketahanan siber di Indonesia menjadi sorotan khusus belakang ini, akibat marak terjadi kebocoran data penduduk Indonesia.
Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebutkan lebih 700 juta serangan siber terjadi di Indonesia pada tahun ini. Serangan siber yang mendominasi adalah ransomware atau malware dengan modus meminta tebusan. Ini merupakan peringatan bagi ketahanan siber Indonesia.
-
Kenapa penting untuk mengetahui peribahasa Bahasa Indonesia? Oleh karena itu, penting untuk mengetahui peribahasa Bahasa Indonesia beserta artinya.
-
Bagaimana Bahasa Indonesia berkembang pesat melampaui bahasa induknya, bahasa Melayu? Bahasa Indonesia berkembang pesat melampaui bahasa induknya, bahasa Melayu, sehingga menjadikannya bahasa terbesar di Asia Tenggara.
-
Bagaimana cara berlatih pidato bahasa Jawa? Agar dapat berpidato dengan fasih dan lancar, tentu diperlukan latihan secara berulang-ulang. Para pelajar pun dapat berlatih untuk berpidato dengan naskah yang akan dibicarakan di depan umum.
-
Apa saja jenis-jenis kata depan di bahasa Indonesia? Jenis-jenis Kata Depan Berikut beberapa jenis kata depan, antara lain: Kata Depan Dasar Jenis-jenis kata depan yang pertama adalah kata dasar.Jenis kata depan ini tidak memiliki imbuhan, awalan, atau sisipan.
-
Mengapa mempelajari kosa kata Bahasa Inggris 6 huruf penting? Kosa kata Bahasa Inggris 6 huruf dapat menambah pengetahuan kita.
-
Kapan kita bisa menemukan contoh Sinonim dalam Bahasa Indonesia? Dalam bahasa Indonesia, sering kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata. Hubungan atau relasi kemaknaan ini adalah kesamaan makna atau sinonim.
Untuk itu, diperlukan alternatif dan langkah konkret bagi perlindungan data pribadi setiap warga.
Salah satunya adalah gagasan mengembangkan bahasa pemrograman khususnya di bidang keamanan siber dengan menggunakan karakter non-latin. Wacana ini bukan tanpa alasan, sebab Indonesia punya banyak karakter nonlatin (aksara nusantara), seperti aksara Jawa, Sunda, Bali, Lontaraq, dan Pegon.
Isnawan, Wakil Ketua Bidang Pengembangan, Riset Terapan, Inovasi dan Teknik Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), merespons positif gagasan pengembangan bahasa pemrograman dengan menggunakan aksara nusantara.
Menurutnya, dalam teknologi keamanan siber, bahasa pemrograman memegang peranan penting. Sehingga kemampunan menguasai menjadi syarat mutlak agar keamanan siber dapat dikelola secara optimal.
Banyak bahasa pemrogaman yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi keamanan siber, seperti Python, Shell Scriting, Java, C++, PHP, dan Javascript. Sintaks semua bahasa pemrograman itu menggunakan karakter latin.
"Umumnya pelaku kejahatan siber menggunakan karakter latin untuk meretasnya. Namun, coba bayangkan jika bahasa pemrograman kita menggunakan aksara nusantara. Siapa yang bisa meretasnya? Kecuali pelaku kejahatan siber pelajari dulu aksaranya," ungkap Isnawan dalam keterangan resminya, Sabtu (22/10).
Relevansi Aksara Nusantara
©2020 Merdeka.com
Senada dengan PANDI, Dr Bisyron Wahyudi dari Cyber Security Independent Resilience Teams (CSIRT) mengatakan upaya menguasai teknologi keamanan siber harus dilakukan terus-menerus oleh bangsa Indonesia.
Menurutnya, aksara relevan digunakan menjadi bahasa pemrograman, salah satunya aksara Pegon. Pemanfaatan aksara nusantara dalam pengembangan aplikasi dan konfigurasi sistem vital dinilai tepat untuk meningkatkan keamanan siber nasional di era digital. Apalagi ancaman keamanan siber juga terus meningkat.
"Penggunaan keamanan digital penting ditujukan untuk pengamanan sumber daya digital, melindungi informasi dari tindakan cyber-attack yang ingin mengganggu secara logic atau fisik sebuah sistem untuk merusak kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan ketersediaan (availability) informasi. Saat ini aksara Pegon digunakan di pesantren di Indonesia. Tentu hal positif yang mana jumlah pengguna aktifnya cukup besar dan terus dikembangkan mengikut kemajuan teknologi informasi dan menjadi sebuah bahasa pemrograman," jelasnya.
Transformasi aksara Pegon melalui proses digitalisasi diharapkan dapat berdampak positif dan bermanfaat demi perkembangan intelektual Islam dan kebudayaan nusantara.
Pemanfaatan website beraksara Pegon juga dapat menjadi salah satu sarana penting untuk merekam jejak digital keilmuan ulama nusantara dan pendidikan pesantren, sehingga lebih mudah diakses masyarakat luas.
"Agar dapat digunakan secara luas dalam berbagai perangkat dan sarana digital, maka aksara Pegon perlu memenuhi standar teknologi yang berlaku secara nasional dan internasional. Saya rasa ini momen yang sangat tepat, karena saat ini kita akan menyongsong Kongres Aksara Pegon, yang menetapkan fon dan papan ketik (keyboard) untuk diajukan agar bisa memperoleh Standar Nasional Indonesia," pungkas Bisyron.
Saat ini aksara Pegon belum sepenuhnya memadai untuk keperluan digitalisasi. Antara lain karena karakter aksara Pegon belum seluruhnya terdaftar di Unicode dan ISO/IEC 10646:2104 Universal Character Set (UCS).
Kemudian tata letak standar aksara Pegon untuk mengetik di perangkat komputer dan ponsel belum tersedia serta belum ada standar transliterasi aksara Pegon ke dalam aksara Latin.
Maka itu, kegiatan Kongres Aksara Pegon dilakukan pada 21-23 Oktober 2022. Melalui kongres ini, harapannya dapat berbagai masukan dan rekomendasi dari para pakar dan masyarakat pengguna aksara Pegon untuk mendukung pengembangan aksara Pegon pada era digital.