Pemerintah Jepang Putuskan Kebijakan Untuk 'Meretas' Gadget Warganya
Pemerintah Jepang Putuskan Kebijakan Untuk 'Meretas' Gadget Warganya
Sudah lazim jika sesuatu yang unik dan aneh terjadi di negeri Sakura Jepang. Namun kali ini, situasi benar-benar aneh karena Pemerintah Jepang mengumumkan kalau mereka akan meretas perangkat Anda.
Melansir Tech Radar, Pemerintah Jepang telah menyetujui undang-undang yang memungkinkan mereka melalui agen spesialisnya untuk meretas gadget atau perangkat cerdas warganya yang tak terproteksi. Peretasan ini akan dilakukan oleh Institut Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (NICT) Jepang, di bawah pengawasan Departemen Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Kenapa negara-negara tersebut sering menjadi sasaran hacker? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
Pemerintah akan memulai peretasan dengan menggunakan kata sandi standar yang terdaftar di kamus password yang paling banyak dipakai. Jika seorang warga Jepang menggunakan password yang tak terlalu kuat, kemungkinan besar datanya bisa 'diintip' oleh Pemerintah.
Meski demikian, Pemerintah melalui hacker-hackernya yang bekerja, akan memberi tahu pengguna jika password dan proteksi mereka terlalu lemah sehingga bisa diamankan lebih lanjut.
Hal ini sebenarnya dilakukan Pemerintah Jepang untuk memastikan hacker jahat tidak bisa menyusup ke infrastruktur Pemerintahan. Hal ini mengingat Tokyo akan menghelat Olimpiade Musim Panas tahun 2020 mendatang.
Pemerintah Jepang terkesan paranoid seperti ini karena peretasan dan penyebaran virus yang dilakukan hacker Rusia terjadi di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang Korea Selatan pada 2018 lalu, bahkan sebelum pertandingan dimulai.
Bagaimana menurut Anda?
Baca juga:
Mewaspadai Kejahatan Siber Jelang Pilpres 2019
Masyarakat Kini Mulai Mewasapadai Kejahatan Siber
BEI Tegaskan Komitmen Perkuat Keamanan Dari Ancaman Serangan Siber
Ratusan Juta Email Bocor, Milik Anda Aman?
Waspada Adware, Aplikasi yang Isinya Cuma Iklan Namun Tak Ada Gunanya
Awas, Pemerasan Melalui Email
Data Pribadi Kanselir Jerman dan Ratusan Politikus Diretas