Pengamat: E-sabak harusnya pilot project dulu
E-sabak dianggap berpotensi membebani orang tua
Program e-sabak yang digaungkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan ternyata tak hanya dikritik oleh pengamat pendidikan saja, tetapi juga pengamat ICT Heru Sutadi.
Menurutnya, program ini seharusnya jangan langsung dijadikan sebagai kebijakan nasional, namun proyek percontohan dulu.
-
Siapa yang menemukan Tablet Dispilio? George Chourmouziadis, seorang profesor arkeologi prasejarah, menemukan sebuah lempengan di pemukiman Danau Dispilio. Lempengan ini kemudian dinamai Tablet atau Lempengan Dispilio sesuai dengan tempat dimana benda itu ditemukan.
-
Di mana Tablet Dispilio ditemukan? George Chourmouziadis, seorang profesor arkeologi prasejarah, menemukan sebuah lempengan di pemukiman Danau Dispilio. Lempengan ini kemudian dinamai Tablet atau Lempengan Dispilio sesuai dengan tempat dimana benda itu ditemukan.
-
Bagaimana teknologi masa depan digambarkan mengubah Jakarta? Isi video tersebut seolah ingin menceritakan, bahwa teknologi masa depan akan masuk dan mengubah bentuk Jakarta bukan hanya sekedar menjadi kota metropolitan, melainkan sebagai kota yang futuristik penuh kecanggihan teknologi.
-
Kapan tablet tanah liat yang memuat teorema Pythagoras ditemukan? Pada 1.000 tahun lalu sebelum tercipta dan populer dikalangan ilmuwan, Teorema Pythagoras telah digunakan oleh orang Babilonia Kuno. Hal itu diketahui dari sebuah tablet berbahan tanah liat ditemukan oleh ekspedisi Perancis.
-
Kapan Tablet Dispilio diperkirakan dibuat? Tablet Dispilio adalah sebuah lempengan kayu yang bertuliskan simbol-simbol yang diperkirakan berasal dari tahun 7260 SM hingga 5250 SM.
-
Apa yang menjadi kekhawatiran Jokowi tentang penggunaan perangkat teknologi di Indonesia? Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun. Hal itu disampaikan Jokowi saat meresmikan Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT), Kota Depok, Jawa Barat Selasa, (7/5). "Ini sayangnya perangkat teknologi dan alat komunikasi yang kita pakai masih didominasi barang-barang impor dan nilai defisit perdagangan sektor ini hampir 2,1 miliar US Dollar lebih dari 30 triliun Rupiah," ujarnya.
"Menurut saya sih, pilot project saja dulu di beberapa tempat, dan beberapa tingkatan sekolah. Jangan tiba-tiba jadi kebijakan nasional. Betapapun buku dan sabak masing-masing punya kelebihan dan kekurangan," kata Heru saat dihubungi Merdeka.com, (26/2).
Dirinya juga menjelaskan jika tidak semua kalangan mampu membeli gadget. Bahkan, proyek ini bisa berpotensi membebani orang tua.
"Jaman dulu, sabak atau batu tulis per orang satu, tapi kalau sekarang anak 3 harus masing-masing bawa e-sabak ya repot dan jadi beban karen tidak semua kalangan mampu," jelasnya.
Ini yang kemudian dipertanyakan lebih lanjut oleh Heru tentang program ini.
"Masalahnya, siapa mau beli sabaknya? Pemerintah? Tentu harus melalui proses masuk APBN, lelang dan ada pertanggungjawaban jika perangkat hilang atau rusak nantinya," tuturnya.
Tak hanya itu saja, kritikan tentang kejelasan program ini masih dipertanyakan. Konsep ini, dikatakan Heru, belum jelas segmentasinya apakah semua sekolah, kota dan desa, dari perguruan tinggi sampai sekolah dasar.
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program e-Sabak. Program tersebut, berupaya untuk menggantikan buku pelajaran dengan menggunakan perangkat tablet. Program ini ditargetkan dapat menjadi solusi sebagai salah satu sarana pembelajaran di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T).
Baca juga:
Gaji anggota BRTI 2015-2018 diusulkan naik
Canggih, robot perawat asal Jepang ini sanggup gendong orang lumpuh
Menguak filosofi dibalik nama Samsung dan 'Galaxy'
Bisnis software edukasi diramalkan tumbuh 15 persen tahun ini
Mumi biksu China 'bersembunyi' di patung Buddha berumur 1000 tahun