Pria ini Kaget, Saat Interview Kerja yang Wawancara Bukan Manusia Tapi Avatar
Jack Ryan, seorang pencari kerja, mengkritik wawancara dengan avatar AI yang dinilainya kurang manusiawi.
Jack Ryan, seorang atlet penyandang disabilitas bercerita mengenai pengalamannya saat mengikuti proses rekrutmen sebuah perusahaan. Saat proses interview akan berlangsung, ia dihadapkan dengan wawancara kerja yang tidak biasa.
Bukan seorang manusia yang berhadapan saat interview online, namun sebuah avatar yang berbasis artificial intelligence (AI) yang akan melakukan wawancara dengannya. Sayangnya, pengalaman ini jauh dari kesan baik buatnya.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Bagaimana cara kerja kontes kecantikan AI? Dari 1.500 kreasi gadis AI yang diajukan dari seluruh dunia, hanya 10 yang berhasil menjadi finalis. Tiga kontestan teratas dalam kontes ini akan memenangkan total hadiah senilai $20.000, dan pencipta kontestan Miss AI diperkirakan akan mendapatkan hadiah senilai $5.000.
-
Apa modus penipuan yang dialami oleh para pencari kerja? Belum lama ini, terungkap modus kejahatan baru yang menyasar para pencari kerja. Diungkap sejumlah korban yang baru saja melakukan interview di salah satu lokasi berkedok perusahaan di Duren Sawit, pelaku membujuk agar sejumlah uang diserahkan. Bukan tanpa alasan, para korban turut dijanjikan segera mendapat pekerjaan impian. Sontak, uang tersebut diminta pelaku.
-
Kapan kerja keras akan terbayar? "Kerja keras terbayar jika kamu cukup sabar untuk menyelesaikannya."
-
Apa yang ditemukan para ahli dengan menggunakan AI? Para ahli dari Universitas Bradford, Nottingham, dan Stanford telah mengembangkan algoritma analisis khusus untuk membuat sebuah penemuan: salah satu objek dalam lukisan karya Raffaello Sanzio/Raphael ternyata tidak dilukis oleh sang maestro.
-
Kapan permintaan akan pekerja AI meningkat secara signifikan? Penelusuran untuk editor video AI meningkat lebih dari 625 persen antara Januari dan Juli 2023.
“Saya tidak bisa membayangkan AI atau model bahasa besar lainnya mampu benar-benar memahami emosi dan reaksi manusia untuk menciptakan wawancara yang menyeluruh dan bermakna,” jelasnya dikutip dari Futurism, Rabu (2/10).
Ryan memahami bahwa tujuan digunakannya AI agar tercipta proses wawancara yang adil dan setara. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Ia merasa interaksi manusia adalah aspek paling penting untuk melihat bagaimana tim akan bekerja sama dengan baik. Bukan robot yang tak punya emosi.
"Sebagai individu penyandang disabilitas yang bergantung pada pekerjaan jarak jauh, saya sudah khawatir mengungkapkan bahwa saya penyandang disabilitas di formulir aplikasi pekerjaan. Menambahkan komponen AI ke dalam proses ini, saya pikir, justru akan mengurangi upaya keberagaman, kesetaraan, dan inklusi," ungkap dia.
Dalam sebuah klip yang ia unggah di LinkedIn pekan lalu, Ryan, yang berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat (AS) terlihat tersenyum ketika avatar berambut merah itu menanyakan pengalaman kerjanya dan memintanya untuk lebih kreatif dalam menjawab.
Pada akhirnya, menurut Ryan, penggunaan layanan seperti Fairgo menunjukkan bagaimana perusahaan terus berupaya memangkas biaya dengan mengurangi elemen manusia dalam bisnis.
- 5 Pekerjaan yang Tidak Tergantikan AI dan Paling Dibutuhkan di Masa Depan
- AI Bisa Lebih Licik dari Manusia, Ini Daftar Kebohongan yang Pernah Dilakukan
- Pertarungan AI Makin Sengit, ChatGPT Bawa Fitur Suara yang Bisa Diajak Ngobrol seperti Jarvis di Film Iron Man
- Peneliti Ungkap Gara-Gara Kecerdasan Buatan Manusia Tidak Pernah Temukan Alien, Begini Penjelasannya
Pernyataan Ryan itu justru berbanding terbalik dengan klaim perusahaan yang menciptakan avatar itu. Perusahaan pencipta avatar itu adalah startup bernama Fairgo. Dalam website resminya, mereka mengklaim para kandidat sangat menyukai pengalaman wawancara dengan avatar AI miliknya.
Bahkan dalam situs tersebut, dikatakan CEO Fairgo, Julian Bright, dibuatkannya avatar AI sebagai proses interview pekerjaan semata-mata-mata untuk mengurangi bias manusia. Bright juga menegaskan bahwa AI tersebut tidak terlibat dalam proses seleksi kandidat dan tidak menggunakan video atau audio dari wawancara untuk mengevaluasi kandidat.