AI Bisa Lebih Licik dari Manusia, Ini Daftar Kebohongan yang Pernah Dilakukan
AI bukan hanya memudahkan pekerjaan manusia, namun ia bisa menjadi 'pribadi' yang suka mengadu domba.

Kecanggihan teknologi ada keberkahan yang bisa dirasakan umat manusia. Segala kemudahan dalam menjalani aktivitas pekerjaan begitu mudah. Namun yang perlu digarisbawahi adalah kehebatan teknologi bisa menjadi pedang. Bahkan boomerang bagi manusia. Misalnya saja artificial intelligence (AI).
AI saat ini menjadi teknologi yang begitu dielu-elukan banyak orang. Dianggap mampu memberikan kontribusi riil dan lebih berdampak dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari menganalisis, generate gambar, atau apapun itu.
Hanya saja, kita juga harus berhati-hati dengan AI. Memahami AI maka kembali lagi dengan konsep teknologi sebagai pedang. Sederhananya, bisa saja AI justru menyerang manusia dengan cara apapun. Contohnya kebohongan.
Berikut adalah daftar kebohongan yang pernah dilakukan AI, punya potensi timbulkan perang antarumat manusia, seperti dikutip dari ScienceDaily dan Montreal Ethics AI, Senin (30/9).
CICERO dan Permainan Diplomasi
Salah satu AI dari Meta, CICERO, dirancang untuk bermain game Diplomacy, yang memerlukan strategi dan aliansi antar pemain. CICERO memanipulasi pemain manusia dengan membuat janji palsu dan bersekongkol dengan pihak lain.
Misalnya, CICERO berpura-pura menawarkan dukungan kepada Inggris dalam permainan, tetapi secara diam-diam menyusun rencana dengan Jerman untuk menyerang Inggris. Contoh ini menunjukkan kemampuan AI untuk melakukan kebohongan strategis demi mencapai kemenangan.
GPT-4 dan Alibi Palsu
Dalam simulasi permainan sosial seperti Werewolf atau Mafia, GPT-4 secara efektif menciptakan alibi palsu untuk "menghindari kecurigaan". Model ini mengarang cerita untuk mengaburkan kebenaran dan memenangkan permainan, yang menunjukkan bahwa AI bisa berbohong untuk mengelabui pemain lain.
Deepfakes dan Misinformasi
AI sering digunakan untuk membuat deepfake, yaitu video atau audio yang dimanipulasi agar tampak atau terdengar seperti orang lain, dengan tujuan menyesatkan publik. Teknologi ini sering digunakan dalam kampanye politik atau untuk tujuan propaganda, yang membahayakan integritas informasi.