HONOR Bakal Rilis Fitur Deteksi DeepFake AI di HP
Sistem ini dirancang untuk membantu pengguna mengidentifikasi gambar dan video palsu.

HONOR mengumumkan peluncuran global alat AI Deepfake Detection pada April 2025. Detail lebih lanjut akan diungkap selama Mobile World Congress (MWC) 2025.
Mengutip GizChina, Senin (24/2), sistem ini dirancang untuk membantu pengguna mengidentifikasi gambar dan video palsu dengan memberikan peringatan saat konten terdeteksi telah dimanipulasi.
Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan online di tengah maraknya ancaman deepfake.
Cara Kerja HONOR AI Deepfake Detection
Pertama kali diperkenalkan di IFA 2024, AI ini memindai media untuk mendeteksi tanda-tanda manipulasi, seperti:
- Piksel Buram: Ciri khas gambar palsu dengan tekstur aneh.
- Tepi Objek Tidak Wajar: Bagian tepi wajah atau objek terlihat tidak alami.
- Glitch pada Video: Ketidaksesuaian antara frame yang menunjukkan manipulasi.
- Fitur Wajah Tidak Alami: AI mendeteksi fitur wajah yang tidak proporsional.
Jika konten palsu terdeteksi, sistem akan memberikan peringatan secara instan.
Mengapa Deepfake Menjadi Ancaman
Kemajuan AI telah meningkatkan risiko ancaman siber. Menurut laporan Entrust Cybersecurity Institute 2024, penipuan deepfake terjadi setiap lima menit.
Studi Deloitte 2024 juga mengungkap bahwa 59% pengguna kesulitan membedakan media asli dan palsu, sementara 84% masyarakat menginginkan label yang jelas pada konten digital.
Kelompok seperti Content Provenance and Authenticity (C2PA) kini mengembangkan standar verifikasi media AI untuk mengatasi masalah ini.
Marco Kamiya dari United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) mengingatkan bahwa deepfake berpotensi membahayakan data pribadi, seperti lokasi, pembayaran, dan kata sandi. Perangkat seluler yang menyimpan data penting kini menjadi target utama peretas.
“Deteksi AI Deepfake pada perangkat seluler sangat penting untuk keamanan online. Teknologi ini membantu individu, bisnis, dan industri tetap aman dengan mendeteksi detail yang sulit dilihat, seperti pergerakan mata yang tidak wajar, kesalahan pencahayaan, dan glitch video,” jelas Kamiya.