Puncak Gunung Fuji Ternyata Ada yang Punya, Siapa Pemiliknya?
Gunung Fuji tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga dianggap sebagai tempat suci yang memiliki nilai religius.
Gunung Fuji berada di dekat pantai Samudra Pasifik, tepatnya di prefektur Yamanashi dan Shizuoka, yang terletak di pusat pulau Honshu. Sebagai gunung tertinggi di Jepang, Gunung Fuji memiliki ketinggian sekitar 3.776 mdpl atau setara dengan 12.388 kaki.
Meskipun gunung berapi ini tidak aktif sejak letusan terakhirnya pada tahun 1707, para ahli geologi masih mengklasifikasikannya sebagai gunung berapi aktif.
-
Siapa yang mengajak Fuji liburan ke Jepang? Fuji juga ikutan share momen seru bareng temen-temen di Jepang, pas Azizah Salsha nikah.
-
Siapa yang membongkar sikap Fuji? Sikap Fuji Dibongkar Karyawan Dugaan terungkapnya sikap kerja Fuji oleh mantan karyawan yang menghebohkan.
-
Siapa yang memuji penampilan Fuji? Banyak sekali netizen yang memuji penampilan Fuji. Ia terlihat sangat manglingi dalam balutan kebaya Bali.
-
Kapan Ganjar Pranowo menemani Kaisar Jepang berkeliling Candi Borobudur? Pada Kamis (22/6), Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito berkunjung ke Candi Borobudur.
-
Siapa yang memotret Fuji? Mengenakan Gaun Berwarna Merah Difoto oleh seorang fotografer bernama Arif Satrio, hasil jepretan Fuji terlihat anggun dan elegan saat mengenakan gaun merah.
-
Siapa yang masih berteman dekat dengan Fuji? Meskipun telah menjadi artis, namun Fuji masih berteman dekat dengan sahabat lamanya Merdeka.com Fuji, yang akrab disapa dengan nama Fujianti Utami Putri, memposting foto bersama sahabatnya di akun Instagram pribadinya, @fuji_an, yang berkolaborasi dengan @ghrnsh, pada hari Selasa (16/01/2024) yang lalu.
Menurut catatan sejarah, gunung ini terbentuk sekitar tahun 286 SM akibat gempa bumi, dan banyak yang memperkirakan bahwa Fuji telah ada lebih dari 2,6 juta tahun, terbentuk di atas dasar yang berusia 65 juta tahun.
Letusan pertama yang tercatat terjadi sekitar 700.000 tahun yang lalu. Gunung Fuji adalah jenis stratovolcano yang muncul sekitar 400.000 tahun lalu di antara puncak Komitake dan Ashitaka-yama.
Selain sebagai destinasi wisata, Gunung Fuji juga memiliki nilai sakral dan religius, terlihat dari keberadaan Kuil Okumiya di puncaknya.
Meskipun terkenal sebagai tempat wisata, Gunung Fuji tidak sepenuhnya dikelola oleh pemerintah. Dikutip dari laman Britannica pada Jumat (13/12), hingga ketinggian 3.360 mdpl, tujuh tingkat Gunung Fuji merupakan milik pemerintah Jepang.
Namun, mulai dari tingkat kedelapan hingga puncak, yang berkisar antara 3.360 hingga 3.776 mdpl, adalah tanah pribadi yang dimiliki oleh kuil agama Shinto, Fujisan Hongu Sengen Taisha, yang memiliki lebih dari 1.300 bangunan di Jepang.
Pada era Meiji, kepemilikan ini pernah menjadi sumber konflik ketika pemerintah berusaha untuk mengambil alih dan menasionalisasi gunung tersebut pada tahun 1871 sebagai bagian dari upaya perlindungan warisan negara.
Berjuang untuk mencapai puncak wilayah
Kuil Fujisan Hongu Sengen Taisha berjuang untuk mendapatkan kembali hak atas puncak Gunung Fuji melalui proses hukum hingga akhirnya diakui sebagai pemilik sah pada tahun 2004.
Menurut informasi yang dirilis oleh Japan National Tourism pada Kamis (12/12/2024), tanah di sekitar Gunung Fuji dibiarkan tidak terurus pada masa pemerintahan Kaisar ketujuh Kohrei (290-215 SM) setelah terjadinya letusan gunung tersebut.
Baru pada masa Kaisar kesebelas, Suijin (97-30 SM), dewa Shinto yang dikenal sebagai Asama no ohkami diabadikan di kaki gunung.
Selanjutnya, pada era Kaisar kedua belas Keikoh (71-130 M), dewa tersebut mulai diabadikan di puncak gunung. Pada masa pemerintahan Kaisar kelima puluh satu, Heizei (806-809), diperintahkan pembangunan kuil baru yang megah di puncak Gunung Fuji yang kini dikenal sebagai Kuil Ohmiya. Sejak saat itu, kuil tersebut berkembang pesat dan semakin kaya.
Pada tahun 1604, Tokugawa Ieyasu membangun kuil baru yang lebih besar di wilayah tersebut sebagai peringatan atas penaklukan Jepang dan pengangkatannya sebagai shogun oleh kaisar.
Kemudian, pada tahun 1606, Tokugawa menyumbangkan area tersebut kepada Kuil Fujisan Hongu Sengen Taisha. Kuil ini terus beroperasi selama era Edo hingga tahun 1868, sebelum akhirnya Kaisar Meiji mengambil alih kekuasaan di Jepang.
Pada tahun 1871, pemerintah Meiji mulai menguasai banyak tanah di seluruh negeri, termasuk kuil yang terletak di Gunung Fuji, dengan rencana untuk menjadikannya milik publik. Kuil Sengen Taisha kemudian membawa kasus ini ke pengadilan, dengan argumen bahwa tanah tersebut memiliki nilai spiritual yang sangat penting bagi mereka.
Akhirnya, pada tahun 1974, puncak Fuji diakui secara resmi sebagai milik kuil, namun tanah tersebut baru dikembalikan secara resmi pada tahun 2004. Meskipun telah mendapatkan hak atas puncak Gunung Fuji, Kuil Sengen Taisha masih belum dapat mendaftarkan diri sebagai pemilik lahan tersebut.