Raksasa teknologi sepakat lawan kebijakan intoleran Trump ke Muslim
Raksasa teknologi sepakat lawan kebijakan intoleran Trump ke Muslim. Tak ada satupun dari raksasa teknologi ini yang mau untuk membantu Trump. Setelah Microsoft dan IBM yang membuat pernyaaan penolakan untuk membantu Trump, giliran Apple, Google, dan Uber yang menolak.
Pada 14 Desember lalu, Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump mengadakan pertemuan dengan petinggi teknologi Amerika Serikat untuk membahas masa depan Amerika Serikat yang tentu disokong oleh majunya teknologi. pertemuan tersebut dihadiri oleh CEO dari Google, Microsoft, Apple, Amazon, dan masih banyak yang lainnya.
Salah satu agenda Trump mengundang para eksekutif dari berbagai raksasa teknologi dunia tersebut, adalah meminta bantuan untuk melancarkan salah satu kebijakan sang presiden terpilih, yakni membuat daftar atau registry dari semua warga Amerika Serikat yang beragama Islam.
-
Di mana teknologi Google ini akan digunakan? Teknologi ini dirancang agar dapat digunakan di ponsel pintar, terutama di wilayah pedesaan yang memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan.
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Mengapa Telkomsel bermitra dengan Google? Kerja sama ini bertujuan meningkatkan pengalaman komunikasi pelanggan dan menyajikan solusi pesan singkat yang lebih canggih.
-
Kapan Donald Trump diramal? Jauh sebelum Donald Trump mengalami penembakan saat kampanye, pada Januari 2024 lalu, ia pernah diramal.
-
Apa motif pelaku penembakan terhadap Donald Trump? Identitas dan motif pelaku penembakan belum jelas hingga saat ini.
-
Apa kesepakatan yang Google sepakati dengan pemerintah Kanada? "Setelah diskusi ekstensif, kami senang Pemerintah Kanada telah berkomitmen untuk mengatasi permasalahan inti kami melalui Bill C-18, yang mencakup perlunya jalur yang disederhanakan menuju pengecualian dengan ambang batas komitmen yang jelas," jelas Walker.
Meski dipersuasi langsung oleh sang presiden terpilih, ternyata tak ada satu pun dari raksasa teknologi ini yang mau untuk membantu Trump. Setelah Microsoft dan IBM yang membuat pernyataan penolakan untuk membantu Trump, giliran Apple, Google, dan Uber yang menolak.
Dilansir dari Buzzfeed, CEO Microsoft Satya Nadella menyebutkan bahwa "Kami sangat jelas dengan nilai yang kami usung. Kami menentang diskriminasi dan kami tak akan melakukan bantuan apapun untuk membuat registry untuk Muslim di Amerika."
IBM yang punya karyawan lebih dari 380.000 orang bahkan lebih tegas, di mana dalam pernyataannya perusahaan IT itu menyebut "IBM tak akan membantu proyek hipotetis tersebut."
Menyusul muncul pernyataan dari Apple, Google dan Uber.
Juru Bicara Google merilis pernyataan yang berbunyi, "Terkait dengan pembuatan daftar untuk Muslim, kami tak pernah diminta secara langsung, namun tentu kami tak akan melakukannya."
Juru Bicara Apple juga merilis pernyataan, "Kami pikir semua orang harus diperlakukan sama, tak peduli bagaimana cara dia beragama, bagaimana bentuk fisiknya, dan siapa yang dia cintai. Kami akan menentang segala upaya untuk melakukan hal ini."
Uber pun demikian. Dihubungi oleh Buzzfeed, aplikasi ride sharing ini hanya membalas dengan jawaban "tidak" dengan gamblang.
Jadi, untuk saat ini Trump sama sekali tak mendapat bantuan untuk menjalankan kebijakan diskriminatifnya ini. Meski demikian, hal ini adalah kebijakan yang jadi janji-janji Trump di kampanye presiden sebelum ia terpilih. Beberapa kebijakan lain terkait pemeriksaan ekstrem dan ketat untuk Muslim yang masuk ke Amerika Serikat.
Sebelumnya, basis Silicon Valley mempunyai sangat kecil dukungan untuk Trump. Dari sedemikian banyak pegiat teknologi di daratan California, hanya Peter Thiel yang merupakan CEO PayPal lah yang terang-terangan mendukung Trump.
Baca juga:
Sosrobahu, teknologi konstruksi anak bangsa diakui dunia
Penggunaan internet masih sebatas hiburan belum yang produktif
IDPRO adakan acara untuk edukasi masyarakat soal data center
Awas, ini 5 sisi kelam internet yang tidak semua orang tahu!
Stasiun kereta ini disulap jadi kampus startup terbesar di dunia
3 Ribu desa tertinggal akan segera menikmati teknologi