Saat bangun sarang, semut bantu atasi pemanasan global
Batuan kapur yang terbentuk saat semut membangun sarang dianggap mampu mengurangi gas rumah kaca
Banyak yang mengira bila pertambahan jumlah semut secara masif bisa mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada di alam. Mirip dengan apa yang digambarkan lewat beberapa film fiksi ilmiah yang menunjukkan semut memangsa manusia. Namun, penelitian terbaru menunjukkan hal yang sebaliknya, semut bisa membantu menyelamatkan dunia.
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Arizona, Amerika, beberapa spesies semut terbukti mampu merubah lingkungan tempat mereka tinggal menjadi lebih bersih dari segi kualitas udara.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Mengapa penelitian ini dianggap penting? “Ini adalah lompatan besar bagi sains! Dan ini baru permulaan. Kami berharap dapat mengadaptasi teknik AI dan ML ini pada hewan lain dan meletakkan dasar bagi kecerdasan luar biasa di berbagai industri terkait hewan. Jika kita tahu apa yang dirasakan hewan, kita bisa merancang dunia yang lebih baik untuk mereka,” Cheok melanjutkan,
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Kenapa dunia prasejarah ini menarik perhatian ilmuwan? Ekosistem unik ini mungkin memberikan gambaran tentang Bumi miliaran tahun lalu, ketika organisme primitif pertama kali muncul di planet kita.
Dalam penelitian yang dipimpin oleh Ronald Dorn, seorang ahli geologi, ditemukan sebuah fakta unik tentang sarang yang dibangun oleh semut. Beberapa jenis semut membuat sarang dari kalsium karbonat atau yang lebih dikenal dengan batuan kapur. Hebatnya, proses pembuatan sarang dari batu kapur ini mampu menangkap karbondioksida dan menghilangkannya, meskipun hanya dalam skala kecil
Proses penangkapan karbondioksida terjadi ketika semut menjilati pasir dengan mengeluarkan kalsium karbonat sebagai lem untuk dinding sarang. Terdapat kemungkinan bila semut juga mendapat bantuan dari mikroba atau jamur untuk menyempurnakan penangkapan gas rumah kaca dari atmosfer.
Dorn juga menambahkan bila aktivitas mengurangi karbondioksida telah dilakukan oleh semut-semut primitif sejak meledaknya populasi serangga sekitar 65 juta tahun yang lalu. Ahli semut dari Universitas Harvard, E.O. Wilson menambahkan bila sampah organik yang telah dihasilkan oleh semut setara dengan yang dihasilkan oleh manusia, Mashable (04/08).
Sampah organik yang meliputi kalsium karbonat dalam jumlah masif itulah yang diprediksi mengurangi gas karbondioksida dalam jumlah besar, mirip dengan proses daur ulang karbondioksida yang dilakukan oleh lautan dan biota di dalamnya.