Setelah advertorial, kini eranya konten marketing 2.0
Konten marketing 2.0 adalah pengembangan dari metode advertorial
Berkembangnya internet saat ini, ternyata berdampak juga terhadap pola pemasaran yang efektif bagi sebuah brand. Dengan konten yang kreatif dan didukung dengan beberapa channel media yang related, terbukti mampu mendongkrak awareness sebuah brand. Cara baru itu bisa disebut juga dengan konten marketing 2.0.
Menurut Chief Marketing Officer KapanLagi Network (KLN), Ben Soebiakto, pada dasarnya konten marketing 2.0 ini merupakan pengembangan dari advertorial yang lebih menitikberatkan pemasaran melalui konten yang lebih soft.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Bagaimana internet berkembang dan menjadi global? ARPANET pertama kali terhubung hanya empat komputer di empat universitas di Amerika Serikat. Namun, seiring berjalannya waktu, jaringan ini tumbuh pesat. Pada tahun 1983, protokol TCP/IP diperkenalkan, yang memungkinkan jaringan komputer yang berbeda untuk berkomunikasi satu sama lain, membuka pintu bagi pertumbuhan internet global.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Kenapa internet cepat penting? Internet yang cepat dapat membantu berbagai hal dalam hidup seseorang, mulai dari hal rekreasi hingga dalam bidang profesi.
-
Apa yang telah dicapai oleh tim peneliti internasional dalam hal kecepatan internet? Tim peneliti internasional telah menciptakan koneksi internet dengan kecepatan yang 4,5 juta kali lebih kencang daripada rata-rata kecepatan internet pita lebar (broadband) rumahan. Mereka telah berhasil mengirimkan data sebesar 301 terabit (Tb) atau 301 juta megabit (Mb) per detik, seperti dikutip dari situs Universitas Aston, Interesting Engineering, dan The Independent, Kamis (28/3).
-
Bagaimana internet mati memengaruhi alur distribusi bahan bakar? Salah satu dampak utama dari pemadaman internet, yang ikut memadamkan listrik, adalah alur distribusi bahan bakar. Stasiun pengisian bahan bakar/SPBU/pom bensin menggunakan listrik untuk banyak hal, seperti memompa bahan bakar. Koneksi internet juga digunakan untuk memantau level tangki, memproses transaksi pembelian, menerima pesanan bensin baru, dll.
"Kalau dulu kan kita kenalnya advertorial. Advertorial adalah konten yang dipakai oleh sebuah brand untuk mempromote konten seperti bacaan, foto, review sebuah produk, dan lain sebagainya. Dulu base-nya kan majalah. Tapi, saat ini media baru yang berbentuk online kan udah semakin berkembang dan advertorial kini juga sudah berubah bentuknya," katanya ketika ditemui seusai menjadi pembicara di acara Echelon Indonesia 2016 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (6/4).
Ben mencontohkan, saat ini misalnya sebuah brand bisa membuat konten cerita yang berseri dengan menggunakan platform video. Dengan menggunakan platform video, sebuah brand bisa menceritakan rangkaian keunggulannya secara terpisah-pisah.
"Contohnya perusahaan handphone seperti LG atau Huawei, dia kan pasti punya banyak fitur. Dari banyaknya fitur itu, brand bisa menyampaikan pesannya secara berseri, contohnya menyampaikan pesan kepada market perempuan. Misalnya saja, menggunakan model Luna Maya. Menceritakan bagaimana kehidupan pribadinya yang disisipi dengan nama brand tersebut," jelasnya.
Meski konten marketing 2.0 ini tengah menjadi tren saat ini, namun tingkat kesuksesannya itu tergantung dari pola pendistribusian konten tersebut. Artinya, tidak bisa hanya mengandalkan pendistribusian satu platform saja. Tujuannya, tentu agar konsumen merasa 'dikepung' oleh informasi dari brand tersebut.
"Kalau brand mau bener-bener sukses, mereka harus berani pakai model-model seperti Dian Sastro. Jadi mereka harus taruh brand mereka di IG Dian sastro, YouTube, Detik, Merdeka, Kompas, dan lain sebagainya. Ini fungsinya jadi konsumen itu seperti dikepung dengan informasi dari brand tersebut. Jadi harus taruh di banyak channel dan dimaksimalkan," katanya.
Namun sayangnya, kata Ben, masih ada beberapa brand yang belum mengerti betul konten marketing 2.0. Misalnya saja, dalam konten tersebut, brand masih ingin disebut beberapa kali padahal dengan sekali atau dua kali penyebutan brand dirasa sudah cukup mewakili. Selain itu juga, belum banyak kreator yang bisa membuat konten tersebut melebur tanpa terkesan sebuah iklan.
Baca juga:
Ini 7 teka-teki gambar yang lagi bikin heboh internet, bisa jawab?
PANDI sebut pertumbuhan domain dot ID kalahkah domain dot SG
Cegah aliran informasi, Korut blokir Facebook, Twitter, YouTube
Netizen Indonesia paling lantang suarakan penutupan 'rumah' hacker!
Spotify, layanan musik streaming resmi hadir di Indonesia
[VIDEO] Begini cara mengirim email di tahun 1984