Shopback Klaim Catat Volume Pemesanan 5 Kali Lipat di Tahun 2018
Shopback, mencatat hasil yang diklaim gemilang di 2018. Dari data historikal Shopback, tercatat sepanjang tahun 2018, volume pemesanan lebih tinggi 5 hingga 6 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Shopback, mencatat hasil yang diklaim gemilang di 2018. Dari data historikal Shopback, tercatat sepanjang tahun 2018, volume pemesanan lebih tinggi 5 hingga 6 kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, sepanjang 2018, ShopBack Indonesia menyebutkan berhasil membuat masyarakat berhemat hingga Rp 50 miliar, melalui cashback yang diberikan.
Indra Yonathan, Country Head of ShopBack Indonesia mengatakan, pertumbuhan ini tidak lepas dari perkembangan industri e-commerce di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Kenapa Hari Jomblo di Tiongkok menjadi Hari Belanja Online? Seperti halnya Hari Valentine di Amerika Serikat yang dianut oleh Hallmark, Hari Jomblo di Tiongkok juga dikooptasi oleh raksasa e-commerce Alibaba pada tahun 2009 dan diubah menjadi hari belanja online besar-besaran.
-
Siapa yang membangun bisnis melalui marketplace? Selain itu, penjual bisa secara independen membangun bisnisnya melalui fasilitas yang ada di platform ini.
-
Kenapa Jack Ma memulai bisnis e-commerce? Berkat kesabarannya, Ma bersama rekannya memberanikan diri untuk memulai bisnis di bidang e-commerce pada tahun 1999 silam.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
"Peningkatan penetrasi internet, smartphone serta belanja online menjadi faktor utama perkembangan industri ini. Tidak hanya ShopBack, namun beberapa platform e-commerce lainnya juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik di 2018," jelasnya melalui keterangan resmi, Jumat (1/2).
Selain itu juga, pada 2018 perangkat mobile menyumbang trafik ke situs Shopback sebesar lima kali lebih besar dibandingkan trafik dari desktop. Data ShopBack juga menunjukkan, lebih dari 70 persen pemesanan atau order lebih banyak terjadi di perangkat mobile pengguna.
Sementara itu, berdasarkan data yang sama, perangkat mobile dengan sistem operasi Android lebih dominan di negara-negara berkembang seperti, Thailand, Filipina dan Indonesia. Di Indonesia, lebih 87 persen pengguna shopback bertransaksi menggunakan perangkat mobile dengan sistem Android.
Di sisi lain, pada September 2018, Shopback meluncurkan kegiatan Shopfest, kumpulan pesta belanja online akhir tahun, yang diselenggarakan dari 3 September 2018 - 3 Januari 2019. Festival belanja online ini pun menjadi salah satu faktor penyumbang peningkatan transaksi ShopBack.
"Berdasarkan data ShopBack, di 7 negara ShopBack beroperasi (Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia, Taiwan, Thailand dan Australia), festival belanja online Singles’ Day (11/11) menunjukan peningkatan yang signifikan dalam hal volume transaksi, dengan jumlah order 10 kali lebih banyak dibandingkan rata-rata mingguan di 2018. Untuk di Indonesia, Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang jatuh pada 12 Desember menyumbang transaksi paling besar ketimbang festival belanja 11.11," ujar Yonathan.
Yonathan pun optimistis pada 2019, ShopBack Indonesia dapat bertumbuh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya serta dapat merangkul lebih banyak lagi masyarakat agar dapat berbelanja online secara hemat dan cermat melalui ShopBack.
(mdk/faz)