Smartphone berdampak buruk untuk anak-anak
Hal ini diungkapkan salah satu ahli psikoterapis asal Inggris.
Mungkin Anda sering mendengar jika smartphone bisa berdampak buruk bagi hubungan sosial seseorang. Namun tak hanya berpengaruh ke orang dewasa, smartphone juga bisa memberikan efek negatif ke anak-anak.
Dampak buruk smartphone untuk anak-anak ini diungkap salah satu ahli psikoterapis bernama Julie Lynn Evans, yang telah mendalami ilmu di bidang psikoterapi anak selama 25 tahun. Seperti dilansir ITProPortal (24/3), dirinya menemukan satu gejala masalah psikis baru di anak-anak yang diduga sangat berkaitan dengan teknologi modern yang ada saat ini.
-
Bagaimana cara orang Indonesia menggunakan smartphone dalam sehari? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang hubungan antara penggunaan smartphone dan kanker otak? Penelitian ini, yang dilakukan atas permintaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menjadi titik terang bagi kekhawatiran yang telah lama ada di kalangan masyarakat terkait potensi bahaya gelombang radio yang dipancarkan oleh smartphone.
-
Bagaimana smartphone memengaruhi bentuk tengkorak manusia? Secara mengejutkan, tanduk hingga sepanjang 30 milimeter mulai muncul di kepala masyarakat saat ini. Benjolan yang muncul pada bagian bawah tengkorak dan sedikit di atas leher ini sangat langka pada 100 tahun lalu. Hal aneh ini muncul karena penggunaan smartphone, yang biasanya membuat orang menunduk dan bahkan jika diakumulasi bisa sampai empat jam dalam sehari. Hal ini membuat leher bekerja lebih keras dan tubuh meresponsnya.
-
Apa yang ditemukan oleh penelitian terbaru tentang penggunaan smartphone dan risiko kanker otak? Sebuah penelitian sistematis terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Environment International mengungkapkan bahwa penggunaan smartphone tidak terkait dengan risiko kanker otak.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
Kenaikan gejala permasalahan psikis ini sudah diungkap Julie di Inggris yang menunjukkan adanya kenaikan jumlah anak yang masuk rumah ke rumah sakit karena masalah psikis seperti depresi yang mencapai dua kali lipat dalam empat tahun terakhir.
"Sesuatu jelas sedang terjadi karena saya melihat bukti peningkatan jumlah kasus depresi atau anoreksia anak-anak yang datang menemui saya. Dan selalu ada hubungannya dengan komputer, internet dan smartphone." ungkap Julie.
Memang masalah psikis ini bukan sepenuhnya pengaruh dari dari teknologi, tetapi makin mudahnya anak-anak mengakses perangkat seluler seperti smartphone juga memainkan peran.
"Jadi ada ruang yang menyediakan jasa chatting, situs terkait tren anoreksia, pornografi, dan sebuah dunia yang ibaratnya tak terlihat dari tempat gelap. Dalam kehidupan nyata, kita memang terkadang merasa dekat dan selalu berhubungan dengan anak-anak kita. Namun ketika mereka terhubung ke web melalui smartphone mereka, maka mereka sebenarnya sedang berada di dunianya sendiri." tambahnya.
Terkait meningkatnya kasus permasalahan psikis pada anak-anak, Julie mendorong orang tua untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka. Selain itu, dirinya juga menyebutkan jika orang tua sebaiknya bisa mengurangi waktu anak bermain dengan gadget mereka.
(mdk/dzm)