VC besar tidak diistimewakan di Amvesindo
Amvesindo dibangun oleh 12 PMV teknologi yang memiliki banyak portofolio di startup Indonesia
Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) yang dideklarasikan 13 Mei lalu menarik perhatian. Selain seolah-olah menjadi pesaing Asosiasi Modal Ventura (Amvi) yang lebih dulu eksis, asosiasi ini juga menghimpun perusahaan modal ventura (PMV) konvensional, PMV teknologi, dan startup sekaligus.
Nah, terkait PMV teknologi, Amvesindo dibangun oleh 12 PMV teknologi yang memiliki banyak portofolio di startup Indonesia. Sebut saja Ideosurce, Alpha JWC Ventures, Convergence Ventures, CyberAgent Ventures, East Ventures, Fenox Venture Capital, Kejora Ventures, MDI Ventures, Skystar Capital, SMDV, Sovereign’s Capital, dan Venturra.
-
Apa saja ide bisnis startup yang ditawarkan peserta Jagoan Digital? Dalam presentasi (pitching) Jagoan Digital sejumlah ide bisnis start up diangkat oleh peserta. Seperti layanan jasa servis elektronik, jasa pendidikan, kesehatan hingga pariwisata. Juga ada marketplace untuk UMKM, fashion batik lokal, pertanian hingga produk digital. Selain itu ada juga ide pengembangan usaha dan investasi yang semuanya dikembangkan lewat platform teknologi digital.
-
Bagaimana Hadinata Batik menggunakan platform digital untuk mengembangkan bisnisnya? Banyak bermunculan brand batik baru di tengah disrupsi digital menjadi tantangan sekaligus motivasi bagi Hadinata Batik untuk terus berkembang. Hadinata Batik pun terus beradaptasi dengan berinovasi membuat model batik yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan serta bergabung di platform digital seperti Tokopedia dan ShopTokopedia guna mempercepat laju bisnis lewat pemanfaatan platform digital.
-
Bagaimana cara IndiBiz mendorong digitalisasi pendidikan? Indibiz, ekosistem solusi digital dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk berkomitmen mendorong digitalisasi pendidikan salah satunya melalui penyelenggaraan Indonesia Digital Learning (IDL).
-
Mengapa pelaku usaha di Indonesia menganggap transformasi digital penting? Para pelaku bisnis di Indonesia menyadari pentingnya melakukan transformasi digital. Demi memenuhi kebutuhan mereka sebagai pengusaha sekaligus menyajikan solusi bagi masyarakat, pengembangan teknologi dan pengembangan inovasi dinilai sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi.
-
Bagaimana Finnet mendukung transformasi digital di Indonesia? Kami didukung dengan IT Infrastructure yang handal dan memiliki lisensi terlengkap di Perusahaan sejenis. Kami yakin Finnet dapat menjadi One Stop Solution yang tumbuh bersama mitra untuk bersama-sama mendigitalkan sistem pembayaran di Indoensia.
-
Siapa saja yang terlibat dalam pendanaan startup nasional ini? PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui entitas Corporate Venture Capital (CVC) MDI Ventures, dan juga Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), berpartisipasi dalam penandatanganan Perjanjian Partisipasi Merah Putih Fund di Jakarta, Senin (4/9).
Sementara PMV konvensional pendiri adalah PT Astra Mitra Ventura, Ventura Giant Asia, Celebes Artha Ventura, Mandiri Capital Indonesia, dan Pertamina Dana Ventura. Sedangkan startup pendiri, yakni Pinjam dan Veryfund.
Pertanyaannya, bagaimana Amvesindo mengelola kepentingan berbeda dari PMV konvensional, PMV teknologi dan startup? Kemudian, apakah PMV teknologi akan lebih istimewa kedudukannya dari yang lain?
Jefri R Sirait tersenyum simpul dengan pertanyaan dari Merdeka.com tersebut. Dia menjawab, ujian kami sudah ada sejak proses pendirian asosiasi ini. Tapi berhasil dilewatinya sehingga asosiasi bisa dideklarasikan oleh 73 anggota.
"Pendirian ini sederhana, saya hanya ketok palu. Tidak ada yang keberatan dari yang hadir dari semua kelompok tertentu. Kami mulai dengan kekuatan sendiri, bukan dengan kekurangan. Saling isi dengan sinergi," ujarnya.
Jefri pun mengisahkan saat proses awal pendirian Amvesindo, yang mana keinginan masing-masing sudah berbeda. Contohnya, tuntutan PMV teknologi soal perpajakan. Kemudian startup juga soal pajak dan insentif, sedangkan startup financial technology (fintech) mengeluhkan soal lending yang diatur, seperti bank.
"Ini contoh perbedaan yang sudah ada. Tapi di balik itu, kami ada persamaan, yakni kami butuh satu ekosistem yang kondusif dan affordable. Tegang pasti, tapi rileks penting," katanya meyakinkan.
Soal keistimewaan PMV teknologi, Jefri menjamin tidak ada PMV yang diistimewakan di asosisasi, sebab sudah diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga atau AD/ART dalam hal hak dan kewajiban. Bahkan ada punishment bagi member yang tidak memenuhi kewajibannya.
Bahkan dalam proses pengambilan keputusan nanti, asosiasi memiliki mekanisme dengan mengandalkan hasil masukan dari komite-komite yang dibentuk di asosiasi. Bahkan komite-komite inilah yang menjadi roh asosiasi, sebab komite diisi oleh orang-orang yang kapabel di bidangnya masing-masing, termasuk para pakar, sehingga tidak ada kepentingan PMV tertentu yang menonjol.
"Asosiasi terdiri dari 7 pengurus intu, sehingga pasti dapat keputusan kalau terjadi voting, tapi kami juga mengedepankan musyawarah," tegasnya.
Edward Ismawan Chamdani, Bendahara Amvesindo, menambahkan semua PMV sama kedudukannya di asosiasi, tidak ada yang diistimewakan. "Saat pembahasan definisi UMKM antara PMV konvensional dan teknologi, misalnya, kami juga dengarkan dari PMV konvensional supaya mereka juga mendapat benefit dari situ," kata Edward.
Untuk diketahui, OJK lewat Peraturan No 35/2015 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Modal Ventura telah mengizinkan PMV hanya perlu dana kelolaan minimum Rp 1 miliar untuk mendanai UMKM atau startup. Sebelumnya dana kelola minimumnya Rp 25 miliar.
"Kami usulkan PMV berkontribusi Rp 1 miliar dan dana venturanya Rp 4 miliar, sehingga total dana kelolanya Rp 5 miliar. Ini baru bisa jalan untuk mendanai UMKM, yang disebut VC Micro," kata Edward yang berasal dari VC Ideosource.
Baca juga:
Ini tiga agenda Asosiasi VC dan Startup di tahun pertama
Menkominfo: Indonesia harus bersaing secara global di era digital
Perlu banyak program pre-startup untuk genjot 1000 startup di 2020
BeKraf bantu tingkatkan keberhasilan Pre-Startup
Situs e-commerce Pasar Tanah Abang targetkan jumlah transaksi 120M