Ide Kreatif Kerajinan Vas Estetik dari Limbah Medis, Bernilai Tinggi
Meski limbah medis seringkali dianggap sebagai sampah berbahaya. Sebab, telah terkontaminasi dengan berbagai zat kimia obat-obatan dan bakteri dari rumah sakit. Namun, Winarno seolah tak mempedulikan hal tersebut. Di tangan Winarno, ia berhasil menyulap limbah medis menjadi vas estetik.
Sampah memang tak selamanya berakhir di tempat pembuangan sampah. Sebab, bukan tak mungkin barang bekas tersebut masih bisa diolah kembali menjadi sesuatu yang berguna atau bahkan punya nilai jual. Sama halnya yang dilakukan oleh Winarno, warga Kampung Sumber Banjarsari, Solo ini punya ide kreatif dari sampah limbah medis.
Meski limbah medis seringkali dianggap sebagai sampah berbahaya. Sebab, telah terkontaminasi dengan berbagai zat kimia obat-obatan dan bakteri dari rumah sakit. Namun, Winarno seolah tak memerdulikan hal tersebut. Di tangan Winarno, ia berhasil menyulap limbah medis menjadi vas estetik.
-
Kapan selat solo mulai dikenal? Kuliner hasil percampuran dengan budaya Eropa ini sudah kian populer.
-
Apa itu Selat Solo? Selat Solo menjadi salah satu kuliner yang bisa menjadi pilihan saat berkunjung ke Kota Surakarta, Jawa Tengah.
-
Kapan K. Padmarajan pertama kali mencalonkan diri dalam pemilu? Perjalanan Padmarajan dimulai pada tahun 1998 ketika ia mencalonkan diri untuk jabatan resmi di kampung halamannya di Mettur.
-
Mengapa Sosis Solo dibuat? Dalam versi lain dikatakan bahwa Sosis Solo dibuat karena masyarakat ingin mencoba makanan kesukaan para Meneer dan Noni Belanda, namun dengan citra rasa pribumi.
-
Di mana Tengkleng Solo biasanya disajikan? Tengkleng adalah hidangan khas Solo yang mirip dengan gulai kambing tetapi berkuah lebih encer. Terbuat dari tulang, daging, dan usus kambing yang dimasak dalam kuah santan bercampur rempah. Rasa bumbunya mirip dengan gulai, dan disajikan dengan taburan bawang goreng untuk meningkatkan cita rasanya.
Limbah medis yang dimaksud tentu bukanlah limbah medis berbahaya. Limbah medis yang Winarno gunakan yaitu seperti tabung reaksi dan botol bekas obat. Dari bengkel sederhana di rumahnya, jejeran vas tanaman air ini terpajang di mejanya. Membuat rumah terlihat semakin cantik.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Banyaknya limbah medis tak berbahaya menjadi kekhawatiran Winarno. Bagi Winarno, daripada berakhir di tempat sampah begitu saja lebih baik ia daur ulang. Ia pun memutar otak hingga akhirnya menemukan ide cemerlang untuk membuat kerajinan yang ciamik, yaitu vas tanaman air.
Akhir-akhir tanaman hias memang menjadi sebuah tren. Semenjak Corona melanda di Tanah Air, Work From Home (WFH) banyak orang yang menjajal mengoleksi tanaman hias dan mempercantik kembali rumahnya. Vas dari bekas botol bekas obat, tabung-tabung reaksi dan limbah medis kaca lainnya pun telaten Winarno kumpulkan. Ia padukan dengan limbah kayu yang sudah ia desain sedemikian rupa.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Kayu-kayu ia beri lubang di tengah untuk meletakkan bekas tabung reaksi yang sudah dibersihkan. Di bagian ujungnya diberi tali berwarna cokelat sebagai gantungan. Langkah terakhir, membubuhkan tanaman air hias di vas. Sempurna, vas ini sangat estetik.
Tak hanya bentuk seperti ini saja, Winarno juga lihai membentuk aneka ragam vas lainnya. Memegang pedoman 'Pelanggan adalah raja', pria paruh baya ini mampu mengikuti permintaan pesanan konsumen.
Dari yang bentuknya mini simpel minimalis hingga ukuran yang cukup besar. Beberapa pelanggannya memang sudah mempunyai bentuk idaman sendiri untuk jenis tanaman hias yang dikoleksinya, seperti tanaman Bambu Keberuntungan, Aglonema, dan lain sebagainya.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Tak bisa dipungkiri, tanaman hias air menjadi salah satu tanaman yang digemari masyarakat. Perawatan yang mudah, dapat tumbuh tanpa tanah dan cukup dicelupkan ke dalam air menjadi daya tarik sendiri. Apalagi, menanam tanaman hias dengan media air ini nampak cantik secara estetika. Tanaman Philodendron, Aglonema menjadi salah satu tanaman yang paling mudah perawatannya.
Untuk bahan baku berupa limbah medis tak berbahaya Winarno mendapatkan dari beberapa rumah sakit dan klinik. Sedangkan untuk limbah kayu didapat dari beberapa perusahaan mebel yang ada di tanah kelahiran Jokowi, Solo.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Pria bertopi ini menjual vas buah tangannya dengan harga Rp15.000,- hingga Rp200.000. Semua tergantung desain dan ukuran tanpa tanaman hias. Selain ditawarkan dari orang ke orang.
Vas tanaman air ini dijual melalui media sosial sampai marketplace. Bentuk vas yang cantik, membuat vas ini banyak dipesan oleh perkantoran, rumah makan sebagai penghias ruangan. Selain itu juga dipesan sebagai penghias rumah.
Vas buatan Winarno memang membuat ruangan lebih hidup dan menyegarkan. Digantung di dinding atau dipajang, vas ini sangat cantik dipandang mata. Gimana, tertarik memilikinya?
(mdk/Tys)