Melihat Keelokan Lukisan Sampah Plastik, Dilirik Jepang hingga Eropa
Melukis dengan tinta sudah biasa, namun apa jadinya menggunakan limbah sampah plastik sebagai bahan lukisan. Itulah yang dilakukan Sigit yang menyulap sampah kemasan makanan menjadi lukisan abstrak yang dilirik warga mancanegara.
Sampah plastik selalu menjadi momok masyarakat, pengelolaan sampah yang buruk akan berdampak pada kesehatan dan lingkungan. Mengingat, butuh waktu 500 hingga 1.000 tahun agar sampah plastik terurai secara alami.
Lain halnya dengan seniman asal desa Sapen, Mojolaban, Sukoharjo ini. Dialah Sigit Purnomo Adi, yang memanfaatkan sampah plastik sebagai media menciptakan karya seninya. Disulapnya sampah plastik kemasan menjadi lukisan abstrak dengan komposisi warna yang menawan.
-
Kapan lukisan gua tersebut dibuat? Dilukis setidaknya 51.200 tahun yang lalu, komposisi naratif ini, yang menggambarkan sosok mirip manusia berinteraksi dengan babi, kini menjadi contoh seni representasional dan penceritaan visual paling awal yang diketahui di dunia.
-
Apa tujuan utama dari caption wisuda lucu? Menuliskan caption ig wisuda lucu dapat menimbulkan kesan tersendiri di media sosial.
-
Apa yang diungkapkan oleh pantun lamaran lucu? Pantun lamaran lucu merupakan salah satu bentuk ekspresi kreatif dan menggemaskan dalam menyatakan perasaan cinta.
-
Kapan Rampokan Macan dilakukan? Sejarah Rampokan macan dilakukan bertepatan dengan hari raya ketupat.
-
Apa yang dimaksud dengan Rampogan Macan? Penamaan aksi Rampogan ini sendiri diartikan sebagai "Rayahan" atau "Rebutan", di mana ratusan orang berebut untuk membunuh harimau menggunakan tombak.
-
Kapan Lukman Hakim meninggal? Lukman Hakim meninggal di Bonn pada 20 Agustus 1966.
Siapa sangka, lukisan yang tak wajar ini beberapa kali dipamerkan secara virtual. Beberapa negara asing seperti Jepang, Malaysia, Thailand hingga Eropa Timur bahkan suka dengan hasil karyanya. Hasil karyanya dipamerkan di galerinya sendiri bernama Galeri Makmur Art Project. Sigit yang seorang dosen beberapa kali juga turut ditunjuk sebagai kurator yang membawakan pameran seni rupa berskala Internasional.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Bukan tinta ataupun cat warna, melainkan sampah kemasan makanan ringan, kertas bungkus nasi, bungkus mie instan hingga korek api. Beberapa karyanya juga memadukan limbah kain perca dan potongan kertas bekas. Imajinasi Sigit yang begitu tinggi berhasil membingkai onggokan sampah yang dibenci menjadi seni yang diminati.
Kegemarannya akan seni lukis abstrak selalu mengasah otaknya untuk menciptakan ide sekreatif mungkin. Ia juga pernah menggeluti lukisan mosaik dari limbah kertas dan kain. Dituangkannya sampah tersebut pada tubuh gitar listrik yang laku di Bali hingga Amerika.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Pemanfaatan barang bekas sebagai media melukis sudah digeluti Sigit sejak tahun 2011. Berangkat dari keprihatinannya akan pengelolaan sampah yang jauh dari kata sempurna. Daur ulang sampah amatlah penting demi keberlangsungan lingkungan. Sebagai seorang seniman, Sigit merepresentasikan secara langsung pada karyanya. Dengan memperhatikan sampah secara teliti agar keberadaannya tak mengotori lingkungan.
Media lukisnya juga beragam, mulai dari bingkai, papan kayu, tempayan, hingga tungku arang. Tiap material sampah memiliki perbedaan perlakuan untuk dijadikan sebagai lukisan. Pasalnya, sang seniman harus memilih dan memilah baik itu warna, hingga bentuk sampah yang beragam. Sekali lagi, imajinasi menjadi pendongkrak jiwa kreatifnya.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Pada dasarnya, limbah sampah akan ditempelkan pada bidang media lukis. Sigit menggunakan lem panas agar seluruh permukaan plastik tertempel dengan sempurna. Terkadang sampah plastiklah yang dijadikan media lukisnya. Plastik kemasan mi instan dan makanan ringan disusun menjadi lembaran lebar. Hingga tinta dituangkan ke permukaan plastik. Warna kemasan yang khas berpadu dengan gurat tinta yang ia lukiskan.
Metode kedua ialah menggunakan sampah plastik benar-benar sebagai material penyusun warnanya. Cara ini memang lebih sulit karena sama sekali tidak menggunakan tinta sebagai teknik permainan warna. Keaslian warna kemasan plastik dipertahankan, dipadukan dengan warna plastik lainnya hingga menjadi sebuah tema lukisan.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Tak butuh waktu yang lama untuk menciptakan satu buah karya seni lukis dari sampah plastik. Saat ini gaya lukisannya menjadi daya tarik tersendiri. Lebih lanjut Sigit mengemasnya ke dalam bingkaian elegan, yang akan membuat karya dari sampahnya dapat diminati di pasaran.
Galery lukisnya kerap kali dikunjungi sebagai referensi para pecinta seni lukis di Solo Raya. Mulai dari warga, pelajar, dan mahasiswa. Tentu saja dengan harapan agar mengedukasi tentang pengelolaan sampah yang lebih sehat terhadap keberlangsungan kebersihan lingkungan.
(mdk/Ibr)