4 Kisah Titik Balik Kehidupan para Mantan Teroris, Calon Bomber Harus Tahu Ini!
Aksi teror masih terjadi di tanah air. Akibat pemikiran sesat pelaku rela melakukan bom bunuh diri.
Aksi teror masih terjadi di tanah air. Akibat pemikiran sesat pelaku rela melakukan bom bunuh diri. Perbuatan itu jelas tak dibenarkan dengan alasan apapun.
Setelah kejadian Densus bergerak menangkapi sejumlah pihak disinyalir terlibat jaringan terorisme. Setelah dibui lalu mengikuti program deradikalisasi diharapkan mereka berubah.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Di mana Terasering Panyaweuyan yang viral karena kekeringan ini berada? Momen wisata bukit Terasering Panyaweuyan di Majalengka yang alami kering kerontang, dibagikan warganet di media sosial baru-baru ini.
-
Apa yang membuat kuburan di gang sempit ini viral? Tengah viral di media sosial tentang penemuan kuburan yang berada di jalanan gang sempit. Bukan hanya itu saja, kuburan tersebut ternyata tepat berada di depan rumah pelawak Abdel Achrian.
-
Kenapa video tersebut viral? Video yang diunggahnya ini pun viral dan menuai perhatian warganet."YaAllah Kau bangunkan aku tengah malam, aku kira aku mimpi saat ku lihat suamiku sedang sujud," tulisnya di awal video yang diunggahnya.
-
Apa yang terjadi di video yang viral? Video berdurasi 20 detik tersebut memperlihatkan seseorang yang diklaim sebagai Gibran yang sedang menggendong bayi sambil mengumandangkan takbir.
-
Apa yang menjadi aktivitas yang dilakukan warga di Bendungan Pleret yang kini viral? Bendungan Pleret Semarang belakangan mencuri perhatian warga sekitar. Kini lokasi di sekitar pintu air bendungan itu digunakan oleh warga sekitar khususnya pemuda setempat untuk kegiatan “seluncuran”. Mereka berseluncur melalui permukaan bendungan yang landai dan licin.
Tercatat ada sejumlah mantan teroris berpindah haluan. Mereka menyadari kesalahannya. Kini kehidupannya sudah berubah drastis.
Seperti apa kisah titik balik kehidupan mantan teroris? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut ini.
Umar Patek
Umar Patek merupakan teroris yang paling dicari. Dalam peristiwa Bom Bali I, Umar berperan sebagai peracik dan perangkai bom, memantau kondisi lapangan, menggambar denah lokasi, serta mencocokkan waktu dan tempat. Umar kini telah berubah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
©Istimewa
Bahkan menjadi petugas pengibar bendera Merah Putih dalam upacara perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-72. Hal tersebut nampak ketika upacara di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Klas 1 Surabaya, Porong, Sidoarjo. Ia pun merasa bangga setelah mengajukan diri serta mendapat kepercayaan oleh pihak Lapas menjadi petugas pengibar bendera.
"Saya tidak ditunjuk, tapi mengajukan diri. Alhamdulillah saya bersyukur untuk tetap dipercaya kembali menjadi pembawa bendera. Dan ini sudah keempat kalinya bagi saya menjadi pengibar bendera," ungkapnya dalam keterangan tertulis.
Joko Trihermanto
Joko Trihermanto merupakan mantan teroris. Pria yang kerap disapa Jack tersebut dulunya merupakan seorang spesialis perakit dan spesialis pemegam timer bom. Kemudian, ia berhasil 'move on' dari masa lalu kelam tersebut dan sudah membuka usaha warung soto yang dinamakan 'Bang Jack'.
©YouTube/Ganjar Pranowo
"Dulu saya memang ahli meracik bom hasil belajar langsung dari Dokter Azahari. Eh ternyata keahlian saya meracik itu bisa saya pakai juga untuk meracik soto. Kata pengunjung yang beli sih enak,” kata Jack setengah bercanda mengutip dari kanal YouTube Ganjar Pranowo.
Sri Puji Siswanto
Selanjutnya adalah Sri Puji Siswanto yang merupakan mantan napi terorisme yang bertugas menyembunyikan teroris kelas kakap Noordin M Top asal Malaysia dan Dr. Azahari termasuk Abu Tholut. Namun saat ini dirinya sudah kembali ke masyarakat. Dulunya menjadi perakit bom, kini ia menjadi seorang yang berkegiatan untuk budidaya lele di Genuk, Kota Semarang.
Instagram @ganjar_pranowo ©2020 Merdeka.com
"Ini contoh yang bagus, bagaimana eks napiter bisa kembali diterima di tengah-tengah masyarakat," tulis Ganjar Pranowo dalam caption unggahan.
Ali Imron
Ali Imron merupakan terpidana hukuman seumur hidup kasus Bom Bali 2002. Namun ia mengajukan permintaan khusus untuk dilibatkan dalam program pemerintah guna menyadarkan para teroris di sisa hidupnya.
©2016 merdeka.com/darmadi sasongko
Ia kemudian dihadirkan dalam kajian Ramadan 'Peran Islam untuk Perdamaian Indonesia' di Wahid Institut Jakarta. Ali pun juga mengimbau kepada kaum muda untuk tak terlibat kegiatan yang mengarah pada ekstremisme. Dijelaskannya bahwa membandingkan istilah NKRI harga mati dengan Negara Islam harga mati harus dengan cara damai dan tak harus kudeta pada negara.
"Sebagaimana anak kecil memiliki cita-cita jadi dokter. Saya pernah cita-cita jadi dokter tapi kemudian jadi teroris," kata Ali disambut tawa.