Apa yang Terjadi Bila Tidak Ada Tahun Kabisat di Dunia Ini? Begini Penjelasannya
Pernahkah anda berpikir apa yang terjadi bila tahun kabisat tidak pernah ada di dunia ini? Ternyata ini jawabannya.
Pernahkah anda berpikir apa yang terjadi bila tahun kabisat tidak pernah ada di dunia ini? Ternyata ini jawabannya.
Apa yang Terjadi Bila Tidak Ada Tahun Kabisat di Dunia Ini? Begini Penjelasannya
Melansir dari laman Science Alert, Selasa (27/2) tahun kabisat muncul bukan tanpa sebab.
Sebelumnya kita perlu tahu bahwa bumi membutuhkan waktu 365 hari untuk melakukan satu putaran penuh, namun perjalanan tersebut sebenarnya memakan waktu sekitar 365 seperempat hari.
Karena alasan tersebut, tahun kabisat membantu menjaga kalender 12 bulan tetap selaras dengan pergerakan Bumi mengelilingi Matahari.
Setelah empat tahun berjalan, sisa jam tersebut akan membuat hari kita bertambah menjadi satu hari penuh.
Dalam tahun kabisat, kita menambahkan hari bonus ini ke bulan Februari, sehingga menjadikannya 29 hari, bukan 28 hari seperti bulan biasanya.
Pada dasarnya gagasan mengejar ketertinggalan tahunan sudah ada sejak zaman Romawi kuno.
Masyarakat pada masa itu juga mempunyai kalender dengan 355 hari, bukan 365 hari, karena kalender tersebut didasarkan pada siklus dan fase Bulan.
Mereka memperhatikan bahwa kalender yang mereka punya tidak sinkron dengan musim, sehingga mulailah ditambahkan satu bulan tambahan yang mereka sebut Mercedonius.
Mercedonius muncul setiap dua tahun untuk mengejar hari-hari yang hilang.
Pada tahun 45 SM, Kaisar Romawi Julius Caesar memperkenalkan kalender matahari berdasarkan kalender yang dikembangkan di Mesir.
Setiap empat tahun sekali pada bulan Februari mendapat satu hari tambahan agar kalender tetap sejalan dengan perjalanan Bumi mengelilingi Matahari.
Sebagai salah satu cara menghormati Kaisar, sistem ini dikenal sampai saat ini sebagai kalender Julian.
Seiring berjalannya waktu, orang-orang menyadari bahwa perjalanan bumi tidak tepat 365,25 hari namun sebenarnya membutuhkan waktu 365,24219 hari.
Artinya ada sekitar 11 menit lebih sedikit yang tersisa. Sehingga menambahkan satu hari penuh setiap empat tahun sebenarnya merupakan koreksi yang lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII pernah menandatangani perintah yang melakukan sedikit penyesuaian.
Masih tetap ada tahun kabisat setiap empat tahun, kecuali pada tahun "abad" atau tahun yang habis dibagi 100, seperti tahun 1700 atau 2100, kecuali tahun tersebut juga habis dibagi 400.
Meski terdengar seperti teka-teki, namun penyesuaian ini membuat kalender menjadi lebih akurat. Sejak saat itu, kalender ini dikenal sebagai kalender Gregorian.
Apa yang Terjadi Jika Tidak Ada Tahun Kabisat?
Apabila kalender tidak melakukan koreksi kecil setiap empat tahun, maka secara bertahap kalender akan menjadi tidak selaras dengan musim.Selama berabad-abad, hal ini dapat menyebabkan titik balik matahari dan ekuinoks terjadi pada waktu yang berbeda dari perkiraan.
Cuaca musim dingin bisa saja sesuai dengan kalender yang menunjukkan musim panas, dan petani mungkin bingung kapan harus menanam benih.
Kalender Yahudi yang diatur oleh Bulan dan Matahari ibarat teka-teki besar dengan siklus 19 tahun.
Sesekali, pemerintah menambahkan bulan kabisat untuk memastikan perayaan khusus terjadi pada waktu yang tepat.
Ada pula Kalender Islam yang bahkan lebih unik lagi dengan mengikuti fase Bulan dan tidak menambahkan hari tambahan.
Karena satu tahun lunar hanya terdiri dari 355 hari, tanggal-tanggal penting dalam kalender Islam berpindah 10 hingga 11 hari lebih awal setiap tahunnya dalam kalender matahari.
Sebagai contoh saat bulan Ramadhan, bulan puasa Islam, jatuh pada bulan kesembilan dalam kalender Islam.
Pada tahun 2024, akan berlangsung dari 11 Maret hingga 9 April; pada tahun 2025 terjadi pada tanggal 1-29 Maret; dan pada tahun 2026 akan dirayakan pada tanggal 18 Februari hingga 19 Maret.
Belajar dari planet-planet
Astronomi bermula sebagai cara untuk memahami kehidupan kita sehari-hari, menghubungkan peristiwa di sekitar kita dengan fenomena langit.
Konsep tahun kabisat memberikan contoh bagaimana, sejak dini, manusia menemukan keteraturan dalam kondisi yang terkesan kacau.