AS Desak Israel Tak Ancam Warga Lebanon, Tapi Anggap Sah dan Dukung Serangan ke Hizbullah
Militer Israel gencar menyerang dua kota kuno yang terletak di Timur dan Selatan Lebanon, yaitu Baalbek dan Nabatieh.
Militer Israel gencar menyerang dua kota kuno yang terletak di Timur dan Selatan Lebanon, yaitu Baalbek dan Nabatieh. Pihak Israel menyatakan dua kota tersebut merupakan lokasi pusat komando Hizbullah.
"Sebelumnya hari ini... angkatan udara menyerang pusat komando dan kendali serta infrastruktur teroris yang digunakan oleh organisasi teroris Hizbullah, di wilayah Baalbek jauh di Lebanon, dan Nabatieh di Lebanon selatan," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP (1/11).
- Netanyahu Minta Pasukan Perdamaian PBB UNIFIL Segera Angkat Kaki dari Selatan Lebanon
- Gagal Tembus Wilayah Lebanon, Israel Gunakan Pasukan Perdamaian PBB Sebagai 'Tameng Manusia' Saat Lawan Hizbullah
- Menlu Lebanon Ungkap Hassan Nasrallah Setuju Gencatan Senjata Tapi Tetap Dibunuh Israel
- Perang Hizbullah-Israel Meluas, KBRI Imbau WNI di Lebanon Tetap Waspada
Peristiwa itu menewaskan 19 orang dalam serangan di dua wilayah Baalbek Timur. 11 korban lain ditemukan dari sebuah desa di wilayah yang sama dekat kota kuno itu.
Menyikapi serangan yang terjadi, Amerika Serikat (AS) mendesak Israel agar tidak menjangkau warga sipil.
Mereka meminta sekutunya agar memperhitungkan secara matang agar tidak terjadi banyak korban jiwa.
AS juga tengah menyusun rencana gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah agar tidak memperparah keadaan.
AS Desak Israel Tak Serang Sipil
Mengutip dari The Jerusalem Post, Jumat (1/11) Amerika Serikat mendesak Israel untuk tidak memberikan ancaman kepada sipil Lebanon. AS menegaskan agar Israel melindungi kehidupan warga sipil dan situs budaya di Lebanon.
Hal tersebut diungkapkan setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap kota bersejarah Baalbek dan desa-desa sekitarnya di wilayah timur Bekaa.
Dari kabar yang diperoleh pada Rabu (30/10) lalu, Angkatan udara Israel menargetkan pusat komando Hizbullah, serta infrastruktur teroris di Baalbek dan Nabatieh.
“Hizbullah secara rutin menyalahgunakan infrastruktur dan wilayah sipil di seluruh Lebanon untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan teroris, dengan sengaja membahayakan nyawa warga sipil Lebanon,” ungkap IDF dalam sebuah pernyataan.
Meski begitu, Israel telah memperhitungkan langkah yang diambil untuk mengurangi kerugian warga sipil sebelum serangan terjadi.
Militer IDF juga telah mengirimkan peringatan lanjutan kepada penduduk sipil di wilayah tersebut.
Dukungan ke Israel Serang Hizbullah
Meski mendesak Israel agar tak menjangkau warga sipil, AS tetap teguh pada dukungan kepada Israel yang gencar menyerang Hizbullah.
Pihak Gedung Putih menganggap serangan tersebut sebagai hak Israel untuk mengejar sasaran sah Hizbullah di Lebanon.
Juru bicara Departemen Luar Negeri, Matthew Miller mengatakan operasi tersebut sangat penting demi meminimalisir ancaman kepada warga sipil, terutama di daerah padat penduduk seperti Baalbek.
Pasca konflik Israel dan Hizbullah pecah, puluhan ribu warga Lebanon, termasuk banyak yang mencari perlindungan di kota tersebut dari daerah lain. Mereka melarikan diri setelah peringatan evakuasi Israel dikeluarkan.
“Kami telah memperjelas bahwa kampanye yang mereka lakukan di Lebanon tidak boleh, tidak boleh, tidak boleh terlihat seperti kampanye yang mereka lakukan di Gaza. Kami tidak ingin melihat kerusakan yang meluas seperti itu,” kata Miller dalam keterangannya.
Proposal Gencatan Senjata Israel-Hizbullah
Lebih lanjut, Miller mengatakan AS sedang melakukan pembicaraan dengan Israel untuk mencapai resolusi diplomatik di Lebanon. Pihak Washington akan berbicara dengan Israel secara pribadi mengenai langkah ke depan karena banyaknya jumlah korban dari serangan tersebut.
Miller menambahkan militer Israel telah membuat kemajuan signifikan dalam menyerang dan membongkar infrastruktur Hizbullah di sepanjang perbatasan.
Proposal gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah terjadi bersamaan dengan perang di Gaza yang meningkat secara dramatis selama lima minggu terakhir.
Menurut kabar setempat, AS sebagai mediator sedang mengerjakan proposal untuk menghentikan permusuhan antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon, dimulai dengan gencatan senjata 60 hari.