"Tanduk" Netanyahu Terungkap Usai Israel Serang Lebanon: Kami akan Ubah Timur Tengah
Israel menyerang pinggiran Selatan Beirut, Lebanon, dan mengakibatkan puluhan korban jiwa. Jet-jet tempur Israel menjatuhkan sejumlah bom ke beberapa bangunan.
Israel menyerang pinggiran Selatan Beirut, Lebanon, dan mengakibatkan puluhan korban jiwa. Jet-jet tempur Israel menjatuhkan sejumlah bom ke beberapa bangunan.
Akibat serangan Udara itu, Hizbullah mengonfirmasi bahwa dua komandan utamanya, Ibrahim Aqil dan Ahmad Mahmoud Wahabi, beserta 12 anggota lainnya, tewas.
Sementara itu, informasi dari Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad, korban tewas akibat serangan udara Israel itu telah meningkat menjadi 38 orang. Dari jumlah itu, tiga di antaranya anak-anak dan tujuh wanita.
Ketiga anak yang tewas berusia empat, enam, dan 10 tahun. Petugas darurat masih mencari 17 orang yang tertimbun reruntuhan. Serangan itu menghancurkan dua bangunan di distrik Dahiya, ibu kota Lebanon pada jam sibuk pada hari Jumat. Serangan itu juga melukai lebih dari 60 orang. Demikian dilansir Aljazeera, Minggu (22/9/2024).
Israel sendiri telah mengakui perbuatannya itu. Militer Israel mengakui puluhan pesawat tempurnya pada Jumat telah melancarkan "serangan terarah" terhadap anggota senior Pasukan Radwan milik Hezbollah di pinggiran kota Beirut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun angkat bicara. Dalam komentar pertamanya setelah serangan tersebut, Netanyahu mengungkap akan mengubah Timur Tengah.
"Kami baru saja memulai… dan kami akan bekerja untuk mengubah Timur Tengah," kata Netanyahu dilansir Al-Qahera News.
Pernyataan Netanyahu itu seakan mengungkap bahwasanya Israel ingin mengubah wilayah Timur Tengah sesuai dengan kemauannya. Jika demikian, konflik di wilayah itu, terutama di wilayah Palestina, tentu saja tidak akan berakhir bahkan bisa semakin buruk.
Serangan udara Israel tersebut terjadi selang berapa hari ledakan ribuan pager dan walkie-talkie di Lebanon pada Selasa dan Rabu lalu. Akibat ledakan pager yang diduga kuat dilakukan Israel tersebut sedikitnya 39 orang tewas dan melukai hampir 3.000 lainnya.
Pasca serangan Udara Israel itu, Hizbullah pada Sabtu malam meluncurkan puluhan roket ke pangkalan udara Ramat David, sebelah timur Haifa, sebagai tanggapan atas tewasnya warga sipil di Lebanon. Sirene dinyalakan di seluruh Israel utara.
Jika terkonfirmasi, serangan itu akan menjadi serangan terjauh yang pernah dilakukan kelompok itu di dalam Israel sejak dimulainya bentrokan yang sedang berlangsung pada bulan Oktober tahun lalu.
Selama hampir setahun setelah Israel menyerang Gaza, para pejuang Hizbullah di Lebanon saling serang dengan tentara Israel. Namun, aksi saling serang itu meningkat sejak akhir Agustus.
Serangan Israel terhadap Lebanon tersebut memiliki implikasi serius bagi hukum internasional. Serangan itu menjadi bukti Israel terus menerus tak taat hukum humaniter internasional. Parahnya pelanggaran itu dibiarkan saja oleh Barat.
"Apa yang kita lihat di Lebanon membawa ketidakpatuhan terhadap hukum humaniter internasional ke tingkat (baru)," kata Ibrahim Fraihat, profesor resolusi konflik internasional di Institut Studi Pascasarjana Doha kepada Al Jazeera.
"Pelanggaran ini dinormalisasi oleh kebungkaman Barat," lanjutnya.
Ia memperingatkan meningkatnya ketegangan di Lebanon akan mengalihkan perhatian dari Gaza, yang memungkinkan terjadinya lebih banyak pelanggaran hak asasi manusia di sana.