Ciri-Ciri Lagu Daerah Beserta Fungsi dan Contohnya
Ciri-Ciri lagu daerah biasanya identik dengan wilayah dari lagu tersebut berasal.
Ciri-ciri lagu daerah biasanya identik dengan wilayah dari lagu tersebut berasal. Biasanya, lagu daerah secara tidak langsung mencerminkan kebudayaan serta bagaimana kehidupan masyarakat di suatu daerah melalui lirik ataupun nada.
Baca Juga:Lirik Lagu Jaranan - Lagu Daerah Jawa Tengah
-
Apa makna dari lirik "Cublak-cublak Suweng"? Makna Lirik Cublak-cublak Suweng dapat diartikan sebagai berikut. Cublak-cublak suweng (tempat anting); Suwenge ting gelenter (antingnya berserakan); Mambu ketundhung gudel (berbau anak kerbau); Pak empong lera lere (bapak ompong menggeleng-gelengkan kepala); Sapa ngguyu ndhelikkake (siapa tertawa dia yang menyembunyikan; Sir sir pong dhele kopong (kedelai kosong tidak ada isinya).
-
Kenapa kata-kata singkat keren anak muda dianggap hits? Ini menjadi alasan mengapa sesuatu yang bersifat kekinian kadangkala disebut sedang hits.
-
Kapan A.T. Mahmud mulai menciptakan lagu anak-anak? Momen ia mulai melahirkan lagu untuk anak-anak ketika tahun 1962.
-
Kapan lagu Kembang Gadung dinyanyikan? Lagu ini juga digunakan sebagai pembuka dari suatu pergelaran seperti Wayang Golek, Kiliningan, Bajidoran, Bangreng hingga Ketuk Tilu.
-
Siapa saja artis yang memiliki anak penyanyi? Widi Mulia, memiliki anak bernama Widuri yang mengikuti langkahnya sebagai penyanyi. Selain bernyanyi, Widuri juga mencoba peruntungannya di dunia akting. Juwita Bahar, memasuki dunia hiburan sebagai penyanyi seperti ibunya, Annisa Bahar, dan memiliki popularitas dalam genre musik dangdut. Betrand Petro, anak angkat Sarwendah, mengikuti langkah karier ibunya sebagai penyanyi dan memiliki suara merdu yang khas. Arsy, anak dari Anang Hermansyah dan Ashanty, memutuskan untuk menjadi penyanyi cilik dan bahkan mengikuti kompetisi menyanyi internasional di Amerika Serikat dan berhasil menjadi juara umum.
-
Bagaimana kata-kata bijak untuk anak laki-laki di rangkum? Berikut merdeka.com rangkum kumpulan kata-kata untuk anak laki-laki yang penuh makna dan pesan mendalam yang dilansir dari laman KapanLagi.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku dan budaya. Hal inilah yang membuat lagu-lagu daerah di Tanah Air juga sangat banyak.
Lagu daerah diciptakan oleh para nenek moyang berdasarkan kebudayaan serta adat istiadat dari daerah masing-masing daerah. Sehingga, wajar apabila setiap daerah meskipun berada di satu pulau yang sama, memiliki lagu daerah yang berbeda.
Lagu daerah juga menjadi identitas sebuah budaya yang harus dilestarikan. Lalu, apa saja ciri-ciri dari lagu daerah itu sendiri? Simak ulasannya dilansir dari gramedia dan berbagai sumber, Selasa (14/6/2022):
Ciri-Ciri Lagu Daerah
Lagu daerah sering juga disebut sebagai lagu rakyat atau lagu tradisional. Setiap lagu daerah di Nusantara pasti memiliki keunikannya tersendiri, baik itu dari segi keindahan, kekhasan melodi, instrumen, lirik, dan harmoninya. Adapun lagu daerah memiliki ciri-ciri, seperti:
1. Menggunakan bahasa daerah sesuai dari mana lagu tersebut berasal.
2. Menceritakan tentang keadaan lingkungan ataupun budaya masyarakat setempat yang sangat dipengaruhi adat istiadat setempat.
3. Bersifat serdehana sehingga untuk mempelajari lagu daerah tidak dibutuhkan pengetahuan musik yang cukup mendalam, seperti membaca dan menulis not balok.
4. Jarang diketahui pengarangnya.
5. Mengandung nilai-nilai kehidupan, unsur-unsur kebersamaan sosial, serta keserasian dengan lingkungan hidup sekitar.
6. Sulit dinyanyikan oleh seseorang yang berasal dari daerah lain karena kurangnya penguasaan dialek/bahasa setempat sehingga penghayatannya kurang maksimal.
7. Mengandung nilai-nilai kehidupan yang unik dan khas.
8. Biasanya dipelajari dan disebarluaskan secara lisan.
9. Biasanya diiringi dengan alat musik daerah setempat.
10. Ketika dinyanyikan, terdapat cengkok khusus menurut daerah setempat.
Fungsi Lagu Daerah
1. Sebagai sarana upacara adat di suatu daerah
Di beberapa daerah di Indonesia, upacara-upacara adat biasanya menggunakan lagu daerah sebagai pengiringnya. Misalnya, pada upacara Merapu di Sumba yang menggunakan lagu daerah setempat sebagai pengiring roh dalam upacara adatnya.
2. Pengiring tari atau pertunjukan daerah
Lagu daerah juga sering digunakan sebagai lagu pengiring tari atau pertunjukan di daerah. Hal ini banyak digunakan di daerah-daerah di Jawa Tengah di mana lagu daerah kerap dijadikan sebagai musik latar mengiringi tarian.
Selain itu, lagu daerah juga dapat berfungsi untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit, ketoprak, ludruk, dan lain-lain.
3. Media komunikasi
Melalui pertunjukan musik atau lagu di suatu daerah ternyata dapat menjadi media komunikasi secara tidak langsung antara penyanyi lagu daerah tersebut dengan pendengarnya.
4. Media hiburan dan bermain masyarakat zaman dahulu
Masyarakat yang hidup pada zaman dahulu sering menjadikan lagu daerah sebagai media hiburan dan bermain mereka. Mengingat, pada zaman dulu belum ada gadget yang sekarang umum sebagai media hiburan masyarakat.
Lagu-lagu daerah tersebut ada yang sengaja diciptakan untuk mengiringi permainan anak-anak, misalnya lagu Cublak-Cublak Suweng dari Jawa Tengah, Ampar-Ampar Pisang (Kalimantan Selatan), dan Pok Amek-Ame (Betawi).
5. Sebagai media penerangan
Semakin hari, keberadaan lagu daerah dapat berfungsi untuk menyelenggarakan beberapa kegiatan. Bahkan beberapa iklan layanan masyarakat sering menggunakan lagu daerah sebagai backsound-nya.
Selain iklan layanan masyarakat, lagu daerah juga dapat digunakan untuk media pemilu, imunisasi, dan bahkan ceramah keagamaan.
Contoh Lagu Daerah Tiap Provinsi
1. Nanggroe Aceh Darussalam: Bungong Jeumpa. Piso Surit, Lembah Alas.
2. Sumatra Barat: Ayam Den Lapeh, Badindin, Gelang Sipaku Gelang, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Malam Baiko, Tak Tong-Tong, Dayung Palinggam, Anak Daro
3. Sumatra Utara: Sinanggar Tulo, Sing Sing So, Sengko-sengko, Anju Ahu, Madekdek Magambiri
4. Riau: Soleram, Laksmana Raja di Laut, Lancang Kuning, Kutang Barendo
5. Kepulauan Riau: Segantang Lada, Pak Ngah Balek
6. Jambi: Selendang Mayang: Timang Timang Anakku Sayang, Batanghari, Dodoi Si Dodoi, Injit Injit Semut, Pinang Muda
7. Sumatra Selatan: Kebile Bile, Dek, Sangke, Cuk Mak Ilang
8. Bengkulu: Lalan Belek, Sungai SuciUmang-umang
9. Bangka Belitung: Yok Miak
10. Lampung: Anak Tupai, Adi-adi Laun Lambar, Cangget Agung, Tanoh Lado, Muloh, Tungga, Teluk Lampung, Penyandangan, Bumi Lampung, Lipang Lipandang
11. DKI Jakarta: Kicir-Kicir, Jali-Jali, Ondel Ondel, Keroncong Kemayoran, Lenggang Kangkung, Sirih Kuning, Ronggeng, Surilang.
12. Jawa Barat: Manuk Dadali, Bajing Luncat, Tokecang, Warung Pojok, Pileuleuyan, Sapu Nyere Pegat Simpay, Es Lilin, Cing Cangkeling, Bubuy Bulan, Neng Geulis, Panon Hideung.
13. Jawa Timur: Cublak-cublak Suweng, Gai Bintang, Kembang Malathe, Rek Ayo Rek, Keraban Sape, Tanduk Majeng.
14. Jawa Tengah: Jaranan, Gundul Pacul, Lir Ilir, Jamuran, Gambang Suling, Bapak Pucung
15. Banten: Tong Sarakah, Jereh Bu Guru, Dayung Sampan
16. DIY: Suwe Ora Jamu, Sinom, Pitik Tukung, Te Kate Dipanah
17. Bali: Janger, Macepet Cepetan, Meyong-Meyong, Dewa Ayu, Mejangeran, Ngusak Asik
18. Nusa Tenggara Timur: Anak Kambing Saya, Potong Bebek Angsa, Orere, O Nina Noi, Desaku, Lerang Wutun, Bolelebo.
19. Nusa Tenggara Barat: Tutu Koda, Pai Mura Rame, Orlen-orlen, Helele U Ala De Teang, Moree, Tebe Onana.
20. Kalimantan Tengah: Manasai, Nuluya, Tumpi Wayu, Oh Indang Oh Apang, Palu Lempong Popi.
21. Kalimantan Barat: Cik Cik Periuk, Alon-alon, Kapal Belon, Aek Kapuas, Masjid Jami.
22. Kalimantan Timur: Oh Adingkoh, Indung-Indung
23. Kalimantan Selatan: Ampar-Ampar Pisang, Saputangan Bapuncu Ampat, Paris Barantai.
24. Kalimantan Utara: Tuyang, Bebalon, Pinang Sendawar.
25. Sulawesi Utara: Si Patokaan, Ea Mokan, O Ina Ni Keke, Sitara Tillo, Tahanusangkara, Gadis Taruna, Tan Mahurang
26. Sulawesi Tengah: Topi Gugu, Tondok Kadadiangku
27. Sulawesi Barat: Tenggang Tenggang Lopi
28. Sulawesi Selatan: Anging Mammiri, Pakarena, Ammac Ciang, Anak Kukang, Marencong-rencong, Ati Raja, Ganrang Pakarena.
29. Sulawesi Tenggara: Tana Wolio, Peia Tawa Tawa.
30. Gorontalo: Tahuli Li Mama, Moholunga, Dabu-Dabu, Binde Biluhuta.
31. Maluku: Ayo Mama, Ambon Manise, Burung Kakatua, Naik-Naik Ke Puncak Gunung, Mande-mande, Nona Manis Siapa Yang Punya, Rasa Sayange, Saule, Sayang Kene, O Ulate, Ole, Sioh, Sarinande, Kole-Kole, Gunung Salahutu, Burung Tantina.
32. Maluku Utara: Una Kapita
33. Papua: Sajojo, E Mambo Simbo
34. Provinsi Papua Barat: Yamko Rambe Yamko, Apuse