Influencer Kecantikan Ajak Para Pengikutnya Makan Tanah, Sebut Bisa Bikin Kulit Glowing
Influencer itu mengklaim bahwa beberapa jenis tanah dapat berfungsi sebagai agen anti-penuaan dan kulit jadi glowing.
Seorang influencer kecantikan bernama Stephanie Adler viral di media sosial setelah mengajak para pengikutnya untuk mencoba praktik makan tanah. Dalam video yang diposting di TikTok, ia menyatakan bahwa mengonsumsi tanah bisa memberikan manfaat bagi kesehatan dan kecantikan.
Praktik yang dikenal sebagai geophagy ini bukanlah hal baru, meskipun banyak orang yang meragukan keamanannya. Di Indonesia, makanan yang terbuat dari 100% tanah ini dikenal dengan sebutan Ampo. Tren mengonsumsi tanah ini juga tengah viral di Amerika Serikat, di mana sekelompok orang yang menyebut diri mereka 'Crunchers' dengan bangga membagikan pengalaman mereka menyantap tanah.
- 6 Manfaat Teh untuk Rahasia Kulit Glowing Perempuan yang Jarang Diketahui, Ini Cara Menggunakannya
- 4 Bahan Alami untuk Kulit Glowing dan Sehat Tanpa Efek Samping
- Promosikan Skincare Palsu, Influencer Asal China Janji Kembalikan Uang Rp334 Miliar
- 4 Makanan Ini Ternyata Bisa Bikin Kulit Sehat dan Glowing, Apa Saja Pilihannya?
Di tengah banyaknya skeptisisme, influencer tersebut menarik perhatian publik dengan mengklaim bahwa satu sendok teh tanah biodinamik organik dapat meningkatkan kesehatan usus. Kontroversi ini menjadi sorotan utama di kalangan netizen, mengingat potensi bahaya yang mungkin tidak diketahui dari praktik makan tanah.
Dalam konteks penuaan, ia juga mengklaim bahwa beberapa jenis tanah dapat berfungsi sebagai agen anti-penuaan. Para penjual daring pun menawarkan tanah yang dapat dimakan dengan berbagai klaim manfaat kesehatan. Namun, penting untuk memahami risiko dan manfaat dari praktik yang semakin populer ini.
"Ingin meningkatkan kesehatan usus anak Anda (dan diri Anda sendiri)? Cobalah makan tanah!" ujar Stephanie Adler, seorang pelatih kesuburan dan hormon, kepada para pengikutnya di TikTok, seperti yang dilaporkan oleh New York Post pada Rabu (25/9).
Mempelajari Kebiasaan Mengonsumsi Tanah
Menurut laporan dari BBC, kebiasaan mengonsumsi tanah yang dikenal sebagai geophagy, telah ada sejak zaman prasejarah. Berbagai komunitas di seluruh dunia melakukan praktik ini dengan berbagai alasan, mulai dari detoksifikasi hingga mengatasi kekurangan nutrisi.
Penelitian mengindikasikan bahwa tanah yang dikonsumsi dapat menyediakan mikroorganisme yang bermanfaat bagi kesehatan sistem pencernaan. Di beberapa negara, makan tanah dianggap sebagai bagian dari tradisi budaya, sedangkan di tempat lain, hal ini dipandang sebagai masalah kesehatan.
Dalam era modern, kemunculan influencer yang mendukung praktik ini memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Meskipun tampak aneh, penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis tanah dapat memberikan keuntungan. Tanah tertentu mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu, masyarakat perlu menyadari potensi manfaat serta risiko yang mungkin timbul dari praktik ini.
Risiko Mengonsumsi Tanah yang Harus Dipahami
Walaupun terdapat klaim mengenai manfaat kesehatan dari mengonsumsi tanah, risiko yang terkait tidak bisa diabaikan. Tanah yang terkontaminasi dapat mengandung patogen berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan. Konsumsi tanah dalam jumlah berlebihan juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi tanah dapat memicu masalah kesehatan yang serius. Gejala yang sering muncul antara lain nyeri perut, diare, dan infeksi. Sangat penting bagi konsumen untuk mengetahui asal tanah yang mereka konsumsi sebelum mencoba praktik ini. Selain itu, ketergantungan pada kebiasaan makan tanah dapat menyebabkan pola makan yang tidak seimbang. Masyarakat perlu mempertimbangkan dengan bijak alasan di balik kebiasaan ini. Mengedukasi diri tentang risiko dan manfaatnya adalah langkah penting sebelum memutuskan untuk terlibat.
Makanan Tanah dalam Sudut Pandang Kecantikan
Beberapa influencer menyatakan bahwa tanah bisa menjadi solusi untuk masalah kecantikan, seperti jerawat dan penuaan. Pernyataan ini menarik minat banyak orang yang mencari alternatif alami. Namun, sangat penting untuk menyadari bahwa tidak semua pernyataan tersebut didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Meskipun beberapa jenis tanah mungkin mengandung elemen yang bermanfaat, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati.
Masyarakat perlu mengetahui jenis tanah yang aman untuk dikonsumsi. Penjual yang menawarkan tanah yang bisa dimakan harus memberikan informasi yang jelas mengenai asal-usul dan kandungan tanah tersebut. Selain itu, penting untuk mempertimbangkan pandangan para ahli kesehatan tentang tren ini. Mereka sering menekankan perlunya pendekatan yang lebih menyeluruh dalam merawat kesehatan kulit. Mengandalkan praktik mengonsumsi tanah saja mungkin bukan solusi yang berkelanjutan untuk masalah kecantikan.