Mengenal Wanita Penjaga Warung Makanan di Atas Gunung Sampah Bantar Gebang, Berkulit Glowing di Tengah Serbuan Lalat
Keberadaan warung makanan di atas gunung sampah Bantar Gebang menjadi berkah tersendiri bagi para pemulung di sana.
Keberadaan warung makanan di atas gunung sampah Bantar Gebang menjadi berkah tersendiri bagi para pemulung di sana. Ternyata ada sosok cantik di balik keberadaan warung tersebut dengan kisah hidupnya yang tak banyak diketahui.
Mengenal Wanita Penjaga Warung Makanan di Atas Gunung Sampah Bantar Gebang, Berkulit Glowing di Tengah Serbuan Lalat
Wanita bernama Yuli menjadi sosok di balik keberadaan warung di atas gunung sampah Bantar Gebang.
Meski hanya bekerja dan bukan pemilik warung, keberadaanya sangat membantu para pemulung yang hendak beristirahat di warung yang ia jaga. Dalam unggahan kanal Youtube Jericho Zeki, Yuli menceritakan kisah hidupnya hingga menjual makanan di atas gunung sampah. Berikut ulasannya dilansir pada Selasa (25/7).
- Kunjungi Warung di Puncak Bogor, Wanita Ini Syok Lihat Tagihan, Harganya Disebut Tak Masuk Akal
- Kesal Diminta Bayaran Tambahan, Pemuda di Muara Enim Bunuh Wanita Panggilan
- Mengenal Lebih Dekat 2 Wanita Cantik nan Tangguh, Penjaga Hutan Gambut Sungai Buluh Jambi
- Wanita Ini Temukan Sarang Ular saat Asyik Jalan-Jalan, Penampakannya Bikin Merinding
Terpaksa Bekerja di Gunung Sampah
Yuli menceritakan kisahnya sampai menetap di atas gunung sampah di Bantar Gebang.
Alasan ekonomi dan sulitnya mencari pekerjaan menjadi alasan dirinya mau tidak mau menerima pekerjaan itu.
"Tadinya mah gak mau cuma kebutuhan banyak, kan sekarang nyari kerja susah ya gak gampang gitu. Udah gitu kan yang gampang nyari kerja di sini juga dan kebetulan di sini ada lowongan juga," ungkap Yuli.
Pernah Bekerja Sebagai Penyortir Barang Bekas
Yuli awalnya bekerja sebagai penyortir barang bekas dengan penghasilan 10 ribu per karung.
Namun resiko besar saat bekerja tak sebanding dengan pendapatannyalah yang membuatnya mundur. Beragam resiko pekerjaan pernah dialaminya seperti perut sakit karena mengangkat barang berat hingga dikerumuti belatung saat musim hujan.
"Misahin barang aqua-aqua, beling-beling, ya kan gak gampang nyortir juga ada risikonya, kena beling. Ya berat juga kadang-kadang nyeret-nyeret itu tuh barangnya gak berat, tapi kotorannya," kata Yuli.
"Kadang-kadang kalau lagi musim hujan belatung pada naik ke kaki ke tangan, geli banget kalau abis hujan dibongkar belatungnya pada keluar gede-gede banget," tambahnya.
Kerja di Warung Milik Orang Lain
Yuli akhirnya memilih untuk menjadi penjaga warung yang dimiliki oleh orang lain. Dirinya ingin mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar dari pekerjaannya sebelumnya.
"Kan kalau cuma ngandelin nyortir doang duitnya ga seberapa lebih baik jaga warung udah gitu ditawarin kerja di sini juga gitu jaga warung enaknya langsung bayar gitu," katanya.
Penghasilan yang lumayan membuat Yuli memilih berprofesi sebagai penjaga warung. Meski begitu ia belum memilih membuka warung sendiri karena resiko yang dihadapi.
"Itu kerja di orang dibayar, per hari kalau siang 80 kalau malam 90," jelasnya.
"Ya kan kalau buka sendiri harus modal gede apalagi kalau ngutang-ngutang, belum kalau naik-naikin galon gitu juga ngebayar orang lumayan juga," lanjut Yuli.
Beberapa warung yang berdiri di atas gunung sampah menurut Yuli merupakan milik orang lain dan hanya mempekerjakan orang untuk melayani pelanggan.
Sebagai Pemikat Pelanggan
Alasan dipilih perempuan sebagai penjaga warung diutarakannya karena sebagai daya pikat pelanggan untuk datang. "Ya kan pemikat gitu soalnya kebanyakan yang kerja disana cowok biar warung laris gitu," katanya.
"Ya kadang ada juga sih yang jahil nyolek-nyolek itu ada, ya kan kita mikir di situ kerja. Asal ya kita dipikir di situ ngelayanin aja," kata Yuli.
Yuli mengatakan bahwa selama ini ia berusaha untuk menjaga sikap untuk tetap ramah kepada para pelanggan supaya tetap menjadi pelanggan di warung miliknya.