Panggilan Jiwa, Kades Ini Rela Tidak Menikah demi Urus Puluhan ODGJ
Seorang kades di Kuningan rela tidak menikah karena merawat puluhan ODGJ.
Salah satu kepala desa di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, berhati mulia dengan mengurus puluhan ODGJ di rumahnya. Para ODGJ tersebut diberi fasilitas yang layak untuk tinggal dan makanan yang enak.
Kepala desa tersebut sudah memulai aksi sosialnya itu sejak tahun 2016. Saat ini dia mempunyai beberapa orang yang membantunya dalam menjaga puluhan ODGJ di rumahnya.
- Sudah Tunangan & Tinggal Menikah, Hubungan Sejoli ini Bubar Gara-Gara Sang Cewek Tak Bisa Lupa Mantan Pacar
- Perjuangan Pengantin Wanita Rela Jalan Kaki ke Tempat Pernikahan Usai Terjebak Macet, Endingnya Bahagia
- Resmi Menikah dengan Pujaan Hati, Momen Pria Menangis hingga Terduduk di Pangkuan Sang Ibunda Ini Tuai Sorotan
- Ajakan Rujuk Ditolak, Pria di Palembang Mengamuk Tikami Mantan Istri dan Calon Suaminya
Bahkan, karena sangat total dalam merawat para ODGJ, kades bernama Luqman itu memilih untuk tidak menikah dan fokus mengurus puluhan ODGJ. Simak ulasannya sebagai berikut.
Kades Tidak Menikah Demi Urus ODGJ
Dalam video yang diunggah oleh channel Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL memperlihatkan seorang kepala desa di Kuningan, Jawa Barat bernama Luqman yang rela tidak menikah agar bisa mengurus puluhan ODGJ yang dirawat di rumahnya.
Kades itu langsung menangis terharu saat bertemu dengan Dedi Mulyadi. Dia kemudian mengantarkan mantan Bupati Purwakarta itu jalan kaki menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, Dedi dipertemukan dengan puluhan ODGJ yang ia rawat.
Saat ditanya perihal istri, kades Luqman menjawab bahwa ia memiliki kesamaan dengan dengan Dedi Mulyadi, yaitu tidak memiliki seorang pendamping hidup yang mendampinginya di rumah.
“Saya sama dengan bapak nggak punya istri,” ucap kades Luqman kepada Dedi Mulyadi.
Merawat ODGJ sejak 2016
Kades Luqman mengaku memilih untuk merawat ODGJ karena mendapatkan panggilan jiwa. Ia melakukan aktivitas tersebut sejak tahun 2016 dan telah menampung puluhan ODGJ di rumahnya sendiri.
“Panggilan jiwa, pak (sejak) 2016,” kata kades Luqman.
Panggilan jiwa itu diawali ketika Luqman melihat ada teman-teman di kampung dari kelompok perempuan yang melakukan kegiatan sosial merawat ODGJ. Sebagai seorang laki-laki, Luqman pun tergerak hati untuk melakukan rehabilitasi.
“Awalnya kita bergerak dengan teman-teman yang bergerak perempuan, tapi saya sebagai laki-laki harus terpanggil dan ngurusin mereka,” kata Luqman.
“Nah kemudian kita evaluasi, kenapa dalam penanganan gangguan jiwa ini gagal karena tidak adanya rehab. Dia dari rumah sakit langsung ke rumah. Itu, makanya kita mendirikan (tempat rehabilitasi),” lanjut kades Luqman.