Potret Lawas Dua Jenderal Besar TNI Jadi Sosok Penting Indonesia, 'Pejuang Terbaik'
Potret lawas dua Jenderal besar TNI yang menjadi sosok penting bagi Indonesia.
Potret lawas dua Jenderal besar TNI sukses mencuri perhatian publik. Sosok keduanya mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Bagaimana tidak, keduanya menjadi sosok penting bagi Indonesia. Lantas bagaimana potret lawas dua Jenderal besar TNI yang menjadi sosok penting bagi Indonesia?
-
Apa karya Nasjah Djamin yang dikoleksi oleh Presiden Soekarno? Salah satu karya Nasjah yang cukup terkenal yaitu "Lestari Fardani" tahun 1958 ini telah dikoleksi oleh Presiden Soekarno pada 1960.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Siapa yang mengenalkan Soeharto kepada Siti Hartinah? Rupanya mereka sudah punya calon. Wanita itu adalah Siti Hartinah. Teman sekelas adik Soeharto, saat sekolah di Wonogiri.
-
Apa yang pernah dititipkan Soeharto kepada Sudjono Humardani? Ceritanya pada tahun 1967, Sudjono pernah diberi tugas oleh Soeharto untuk meminjam topeng Gadjah Mada yang disimpan di Pura Penopengan Belah Batu Bali.
-
Siapa yang pernah menolak perintah Presiden Soeharto? Ia pernah menolak perintah Presiden Soeharto dan menjelaskan kesalahan sang kepala negara memberi perintah tersebut
-
Bagaimana Soeharto menghadapi serangan hoaks? Soeharto menganggap, pemberitaan hoaks yang menyerang dirinya dan keluarganya sebagai ujian. "Tapi tidak apa-apa, ini saya gunakan sebagai suatu ujian sampai di mana menghadapi semua isu-isu yang negatif tersebut. Sampai suatu isu tersebut sebetulnya sudah merupakan penfitnahan," ungkap Soeharto. Meski sering diserang hoaks, Presiden Soeharto memilih berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ditambah dengan senyum dan canda tawa.
Melansir dari akun Instagram jejaksoeharto, Rabu (8/3), simak ulasan informasinya berikut ini.
Dua Jenderal Besar TNI
Potret kebersamaan dua Jenderal besar TNI sukses menjadi sorotan. Dua Jenderal besar TNI ini adalah A.H. Nasution yang berdiri di sisi kiri dan H.M. Soeharto yang berada di sisi kanan. Diketahui, foto tersebut diambil pada 5 Oktober 1997 di Istana Negara.
Instagram jejaksoeharto ©2023 Merdeka.com
"Dua Jenderal Besar TNI, A.H. Nasution & H.M. Soeharto," tulisnya dalam keterangan foto.
"Foto bersama di Istana Negara (5 Oktober 1997)," jelasnya.
Disebut Pejuang Terbaik
Potret lawas dua Jenderal besar TNI ini pun menjadi viral di media sosial. Berbagai komentar pun membanjiri unggahan tersebut. Banyak dari masyarakat yang mendoakan kedua sosok penting bagi Indonesia ini. Ada pula yang menyebut keduanya sebagai pejuang terbaik.
"Walaupun banyak generasi sekarang tdk suka dg 2 org jendral besar ini. Saya tetap jadikan mereka sebagai idola dan penutan. Saya banyak belajar pd kedua Jendral besar ini," tulis akun jnur******.
"Alfatihah untuk bapak Jenderal besar TNI purn Soeharto dan Jenderal besar TNI AH Nasution," tulis akun theda.ja******.
"Al Fatihah buat Almarhum Bapak jendral AH Nasution dan Almarhum Bapak jendral Suharto," tulis akun kil******.
"Alfatihah untuk beliau berdua... Kepemimpinan yang tak pernah diragukan lagi," tulis akun dwichoirnur******.
"Dua Patriot Sejati," tulis akun pinal.******.
"Pejuang terbaik bangsa ini," tulis akun warcoyan_waladivosto******.
Sosok A.H. Nasution
©©2013 Merdeka.com
Jenderal Besar TNI (Purn) Abdul Haris Nasution atau lebih dikenal dengn A.H. Nasution merupakan seorang Jenderal berpangkat tinggi dan politikus Indonesia. Ia bertugas di militer selama Revolusi Nasional Indonesia dan tetap di milietr selama gejolak berikutnya dari demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin. Ia menjadi anggota Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL), namun setelah invasi Jepang, Nasution bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA).
Setelah kekuasaan Presiden Soekarno jatuh, Nasution kemudian menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) di bawah presiden Soeharto. Pasca Revolusi Nasional berakhir, Nasution diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat hingga Ia diskors akibat keterlibatannya dalam peristiwa 17 Oktober. Ia lantas diangkat kembali menjadi Kasad pada tahun 1955.
Pada tahun 1965, sebuah percobaan kudeta terjadi dan secara resmi disalahkan pada Partai Komunis Indonesia (PKI). Rumah Nasution diserang dan Ia berhasil melarikan diri dengan memanjat tembok serta bersembunyi di kediaman duta besar Irak.
Namun, putrinya Ade Irma Suryani Nasution yang saat itu berusia 5 tahun tertembak saat berusaha menjadi tameng sang ayah. Sempat di rawat di RSPAD, Ade menghembuskan napas terakhir pada 6 Oktober 1965 atau enam hari pasca tertembak.
Selain sang putri, ajudannya yakni Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean juga gugur terbunuh dalam peristiwa kelam tersebut.