Potret Lawas Ki Hadjar Dewantara Dijenguk Bung Karno saat Sakit, Beri Pesan Terakhir
Pahlawan Nasional bidang Pendidikan ini sempat jatuh sakit. Kala itu Bung Karno menjenguk sang guru, dan rupanya terdapat pesan terakhir sebelum berpulang ke Pangkuan Ilahi.
Sosok pahlawan nasional, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara merupakan salah satu mentor bagi Presiden RI pertama, Soekarno.
Sebelum meninggal, pahlawan Nasional bidang Pendidikan ini sempat jatuh sakit. Kala itu Bung Karno menjenguk sang guru, dan rupanya terdapat pesan terakhir sebelum berpulang ke Pangkuan Ilahi.
-
Kapan Soekarno dan Hatta diculik oleh para pemuda? Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Di mana Fatmawati bertemu dengan Soekarno? Peninggalan rumah Fatmawati di Bengkulu ini dulunya menjadi saksi bisu pertemuan dirinya dengan Presiden Soekarno saat pengasingan.
-
Kapan Soeharto hampir diracun? Di Blitar Selatan, TNI juga menggelar Operasi Trisula. Saat Itulah, Soeharto Mengaku Sempat Mau Dibunuh Dengan Racun Tikus
-
Siapa yang menculik Sukarno dan Hatta? Aksi ini dimulai saat para pemuda mendesak Sukarno untuk segera bertindak setelah Jepang menyerah pada sekutu. Sukarno Menolak Permintaan Para Pemuda Untuk Mengobarkan Revolusi dan Melawan tentara Jepang Sempat terjadi ketegangan saat seorang pemuda membawa senjata tajam dan seolah ingin mengancam Sukarno.
Kisah haru kepergiannya cukup menyayat hati. Konsep pendidikan, hingga semboyan ciptaannya 'tut wuri handayani' masih tersemat indah sampai saat ini. Bahkan diabadikan sebagai slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.
Simak selengkapnya berikut ini, seperti dihimpun dari berbagai sumber, Jumat (14/1).
Profil Singkat Ki Hadjar Dewantara
ilustrasi ki Hajar Dewantara, liputan6.com
Ki Hadjar Dewantara terlahir dari keluarga Kadipaten Paku Alam Yogyakarta, dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Dia merupakan putra dari GPH Soerjaningrat, serta cucu dari Pakualam III.
Ki Hadjar Dewantara terkenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan, kolumnis, politisi, serta pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia di masa penjajahan Belanda.
Sebagai bentuk penghormatan, tanggal kelahiran beliau diperingati di Indonesia menjadi Hari Pendidikan Nasional. Semboyan ciptaannya menjadi slogan bagi Kemdikbudristek. Kemudian namanya diabadikan di sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara.
"Ki Hadjar Dewantoro sendiri adalah seorang Pangeran dari Kadipaten Paku Alam Yogyakarta, dengan nama Suwardi Suryoningrat, kakak kandungnya adalah Surjopranoto yang amat dikenal aktif dalam gerakan buruh, dan kerap memimpin pemogokan di masa masa pergerakan Indonesia 1920-1935," tulis dalam keterangan foto akun Instagram @reuninostalgia.
Ki Hadjar Dewantara dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden Soekarno pada 28 November 1959. Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 305 Tahun 1959.
Sepak Terjang di Dunia Pendidikan
Ki Hadjar menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Hebatnya lagi, ia melanjutkan studi di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Bumiputera, tapi tidak sampai tamat.
Sebagai bentuk pengabdian bagi RI, beliau mendirikan Perguruan Taman Siswa, lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi supaya bisa memperoleh hak sekolah, layaknya para priyayi maupun orang-orang Belanda di masa itu.
"Ki Hadjar mendirikan Sekolah Taman Siswa, yang oleh Bung Karno dijadikan rujukan Sekolah Berkepribadian Nasional," sambungnya dalam caption.
Sejumlah tokoh kenamaan lulusan Taman Siswa di antaranya Benyamin S, Ateng, Sutradara besar Sjumandjaja, Rano Karno, SM Ardan dan masih banyak lagi.
"Para lulusan Taman Siswa dididik rasa cinta tanah airnya kepada bangsa dan negara. Dikenalkan kepribadian bangsa, dan bagaimana cara mencintai Indonesia dengan tulus, hasilnya banyak dari mereka yang mampu berkarya besar dan memberikan warna khas Indonesia," imbuhnya.
Sahabat Aktivis
Ki Hajar Dewantara 2.bp.blogspot.com
Ki Hadjar Dewantara memiliki sahabat di bidang pendidikan, yakni Tjipto Mangoenkoesoemo dan Setiabudi Douwes Dekker. Bahkan mereka sempat mendirikan surat kabar bernama De Expres yang pertama kali rilis di Bandung, 1 Maret 1912.
Ketiga tokoh hebat ini kerap disebut sebagai Tiga Serangkai. Isi surat kabarnya begitu komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial. Mengusung ide-ide tentang nasionalisme dan masalah politik di Hindia Belanda.
Selain itu, konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara masih terjaga hingga saat ini. Kerap digaungkan dalam segala kegiatan pendidikan dan bentuk kerja sama.
"Ki Hadjar Dewantoro juga mengenalkan konsep pendidikan "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa , Tut Wuri Handayani ". Yang artinya : Di depan memberikan teladan, di tengah-tengah memberikan semangat dan gagasan, di belakang mendorong," paparnya.
Pesan Terakhir Sang Pelopor Pendidikan
Instagram @reuninostalgia ©2022 Merdeka.com
Di tahun 1959, Ki Hadjar Dewantara sakit keras dan Bung Karno menjenguknya sekira di bulan April. Dalam sebuah foto, dia terus menerus melihat wajah Bung Karno.
"Pelan pelan air mata meleleh dari dua matanya. Dan memegang tangan Bung Karno," terangnya.
Sebuah pesan yang teramat dalam dari Ki Hadjar Dewantara untuk menitipkan Indonesia, melalui dunia pendidikan.
"Seolah olah ia menitipkan Indonesia pada Bung Karno, sebuah bangsa yang larut dalam gelombang sejarahnya, dimana pendidikan yang selalu jadi pusat perhatiannya : 'Mencerdaskan Kehidupan Bangsa'," pungkasnya.
(mdk/kur)