Sempat Pilih Mati, Ini Kisah Hidup Dwi Krismawan Korban Pesawat Tabrak Gunung Gede
Mengalami luka bakar cukup serius, Dwi Krismawan, korban kecelakaan pesawat latih yang menabrak Gunung Gede sempat ingin mati.
Beberapa tahun silam, kecelakaan pesawat pernah terjadi. Pesawat latih yang membawa seorang pilot dan anak didiknya itu menabrak Gunung Gede di kawasan Jasinga, Bogor, Jawa Barat.
Insiden yang terjadi pada 28 Januari 1997 ini menjadi salah satu duka mendalam bagi dunia penerbangan tanah air. Meski tak ada korban jiwa, namun dua orang tersebut mengalami luka bakar yang cukup parah.
-
Kenapa Petruk melempar orang keturunan Betawi dari pesawat? Petruk: (Tak mau kalah. Dia lempar orang keturunan Betawi di sampingnya ke luar pesawat).Kali ini Semar dan Gareng: (Jantungnya nyaris copot) Semar: “Lho? Kenapa kamu buang orang betawi tadi? Kan kasihan?”Petruk: “Tenang aja! Indonesia kaya banget kok! Masih banyak, orang betawi yang hidup di sana.”
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
-
Bagaimana cara Lapangan Terbang Gorda menyembunyikan pesawat? Sebagai gambaran, di masa itu lapangan terbang Gorda masih terdiri dari rawa, rumput ilalang dan wilayah hutan. Saking tebalnya semak belukar, pesawat yang sudah melaksanakan misi tertentu akan langsung disembunyikan di dalam semak-semak. Kendati berukuran besar, keberadaan pesawat tetap tidak terlacak.
-
Kapan pesawat jet itu hilang? Pesawat menghilang tak lama setelah berangkat dari Burlington pada 27 Januari 1971, dalam perjalanan menuju Providence, Rhode Island.
-
Siapa yang menyambut kedatangan pesawat di bandara Lolak? Pendaratan SAM Air berserta rombongan disambut langsung oleh Pj Bupati Bolaang Mongondow, Limi Mokodompit, bersama Ketua DPRD Bolmong Welty Komaling, serta Forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda) Bolaang Mongondow.
-
Kapan penumpang pesawat Batik Air rute Makassar ke Jakarta mengalami kegelapan dan AC mati? Penumpang Ngamuk Dilansir dari video yang diunggah di akun Facebook Bantampoe, salah seorang penumpang mengaku jika kejadian tersebut terjadi usai pesawat mendarat di Bandara Soekarno Hatta.
Lebih dari 20 tahun telah berlalu, Dwi Krismawan, salah satu korban pesawat itu menceritakan perjalanan hidupnya. Melansir dari akun YouTube metrotvnews, Jumat (12/6/2020), berikut kisah hidup Dwi Krismawan yang sempat ingin mati.
Alami Luka Bakar
Masih terus ingat di dalam benaknya, kecelakaan pesawat yang merenggut impiannya menjadi seorang pilot. Kecelakaan itu juga menyebabkan perubahan begitu besar pada penampilan tubuhnya. Hal ini karena Dwi Krismawan mengalami luka bakar yang cukup serius.
"Hampir 50%-60% (luka bakar). Jadi, grade 2 sampai grade 3. Mungkin kalau bapak ibu pernah kena knalpot di betisnya, itu hanya grade 1 di kulit ari,"
Paru-Paru Penuh Flek
Tak hanya luka bakar, paru-paru Dwi Krismawan juga dipenuhi oleh flek. Lantaran, saat kejadian Dwi Krismawan terjebak di dalam kokpit selama sekitar 60 menit.
"Tetapi ketika yang saya alami, saya terperangkap dalam kokpit itu mungkin hampir 60 menit, jadi sampai jaringan tanduk, jaringan tulang dan bahkan sampai paru-paru saya penuh dengan flek.
Divonis Tak Bisa Bicara
Agar flek keluar dari paru-paru, tim medis memutuskan untuk melubangi tenggorokan Dwi Krismawan. Kepahitan belum cukup sampai di situ, dokter juga memvonis Dwi kemungkinan tidak bisa bicara.
"Dan sempat di rumah sakit itu, tenggorokan saya dilubangi supaya udara itu bisa keluar. Dan dokter memvonis bahwa, 'mungkin Dwi enggak bisa ngomong, karena pita suaranya rusak'.
Jalani Operasi 25 Kali
Untuk mengatasi luka akibat kecelakaan pesawat itu, Dwi Krismawan harus melakukan setidaknya 25 kali operasi. Tentu saja siapa pun bisa merasakan sebesar apa luka yang dialami oleh Dwi Krismawan.
YouTube @metrotvnews ©2020 Merdeka.com
"Saya cuma sedikit, cuma 25 kali," ungkap Dwi Krismawan.
Proses Kehidupan Paling Berat
Bukan saat menjalani perawat, Dwi mengaku proses paling berat di hidupnya saat keluar dari rumah sakit. Apalagi saat itu, Dwi Krismawan tidak memiliki pekerjaan lagi.
"Sebetulnya mungkin proses kehidupan yang paling berat yang harus saya lewati adalah ketika saya keluar dari rumah sakit. Karena pada saat saya keluar dari rumah sakit dalam usia 26 tahun. Pada saat itu, saya tidak punya pekerjaan, tetapi saya bersyukur bahwa pada saat ada kesulitan, pergumulan dan tantangan yang Tuhan hadirkan dalam kehidupan saya," ungkapnya.
Hadirkan Penolong Luar Biasa
Namun di balik itu semua, Tuhan masih memberikan seorang penolong baginya. Penolong yang luar biasa, di mana mampu memotivasi hingga mendukung Dwi selama masa pemulihan.
"Tuhan menghadirkan penolong yang luar biasa. Jadi, pada saat itu saya punya seorang sahabat yang baru saya kenal tiga bulan sebelum saya mengalami kecelakaan. Kami hanya berteman, bersahabat, tetapi ternyata dalam proses pemulihan itu sahabat saya ini tidak meninggalkan saya. Bahkan, dia setia mendampingi saya, men-encourage saya, memotivasi saya, mendukung saya," paparnya.
"Bahkan ketika saya sulit untuk melihat kebaikan Tuhan, dia katakan, 'Dwi, di balik kecelakaan ini, di balik tubuh mu ini yang mungkin tidak sempurna, ada rencana Tuhan yang indah, ada rencana Tuhan yang jauh lebih baik', itu yang selalu disampaikan ke dalam kehidupan saya. Dia setia sampai hari ini, dia menjadi istri saya," sambungnya.
Pernah Coba Bunuh Diri
Mengalami musibah besar seperti itu, tentu Dwi Krismawan pernah berada di titik paling terendah. Diakuinya, Dwi sering kali merasa seperti itu terutama saat masih berada di rumah sakit. Bahkan, Dwi juga pernah mencoba mengakhiri hidupnya sendiri.
YouTube @metrotvnews ©2020 Merdeka.com
"Perasaan seperti itu berulang-ulang terjadi ketika saya di rumah sakit itu sering kali. Bahkan sampai saya pernah coba bunuh diri di rumah sakit, ketika sudah tidak sanggup lagi harus skin graft. Ketika melihat teman-teman saya di wisuda, sementara saya terpuruk di rumah sakit. Saya pernah coba bunuh diri, mungkin berkali-kali. Itu merupakan momen sangat terendah ketika saya sebagai manusia sulit melihat kebaikan Tuhan, sulit melihat rencana Tuhan," ungkap Dwi Krismawan, korban kecelakaan pesawat latih.
Terjadi Beberapa Kali
Tak hanya saat di rumah sakit saja, momen terendah di dalam hidup Dwi juga terjadi beberapa kali. Mulai dari saat menikah hingga mencari pekerjaan.
"Ketika saya keluar dari rumah sakit, pada saat kami menikah dan itu pernah terjadi ketika saya sulit mencari pekerjaan, ke sana ke mari saya lamar pekerjaan, semuanya menolak. Ketika saya coba usaha, tetapi pada akhirnya bangkrut dan di situ lah momen-momen yang sangat sulit dan berat dalam hidup saya," sambungnya menjelaskan.
Dukungan Istri Selalu Diberikan
Beruntung, di saat momen-momen tersulit itu, Dwi masih memiliki seorang istri yang selalu mendukungnya. Sang istri bahkan tidak ingin berpisah dengannya meski saat itu Dwi tidak bisa memenuhi segala kebutuhannya,
YouTube @metrotvnews ©2020 Merdeka.com
"Tetapi pada saat momen terendah itu, ketika saya bangkrut, rugi, ditinggalkan semua orang, istri saya bilang, 'Dwi, apapun yang terjadi, aku tetap mencintai kamu'," kata Dwi Krismawan mengenang.