Sosok Panglima Majapahit Sepupu Gajah Mada, Makamnya Dulu Sering Didatangi Soeharto
Dulunya, makam Kudo Kardono disebut sering didatangi oleh Jenderal Soeharto sebelum menjadi presiden RI.
Surabaya menjadi salah satu kota yang memiliki banyak cerita jejak peninggalan Kerajaan Majapahit. Salah satunya, di kota ini terdapat sebuah makam panglima perang Majapahit yang bernama Eyang Kudo Kardono alias Raden Kudo Kardono.
Kudo Kardono sendiri diketahui masih memiliki hubungan erat dengan Patih Gajah Mada. Makamnya terletak di daerah Jalan Cempaka 25, Tegalsari, Surabaya. Dulunya, makam Kudo Kardono disebut sering didatangi oleh Jenderal Soeharto sebelum menjadi presiden RI. Simak ulasan selengkapnya:
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Apa yang ditemukan di situs sejarah di Desa Ngloram? Di tengah situs itu terdapat tumpukan batu yang berundak. Di sana terdapat makam yang tak diketahui pemiliknya. Di bawahnya terdapat tumpukan bata yang membatasi punden dengan bidang kosong. Di sebelah kiri agak ke bawah terdapat gundukan bata yang disebut dengan Punden Ngloram.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
Sosok Panglima Majapahit
Seperti yang sudah disebutkan di atas, jika Eyang Kudo Kardono adalah panglima perang kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Jayanegara atau Kalagemet sekitar tahun 1309 sampai 1328. Nama asli sang panglima adalah Raden Kudo Kardono.
Berdasarkan cerita, disebutkan jika ia merupakan komandan perang kepercayaan Raja Jayanegara. Konon, Kudo Kardono merupakan saudara sepupu dari Mahapatih Majapahit, Gajah Mada.
Zaman dulu, Kudo Kardono pernah menumpas pemberontak kerajaan bernama Ra Kuti pada 1319 masehi. Ia dikirim oleh Jayanegara untuk melawan Kuti. Keperkasaan dan keberanian Yudo Kardono makin terlihat saat mengalahkan Ra Kuti.
Karena keberhasilannya, Kudo Kardono mendapat hadiah tanah perdukan di Sungai Asin (kini menjadi daerah Kaliasin). Kemudian, dia mengembangkan kawasan bernama Tegal Bobot Sari atau yang kini menjadi Tegalsari.
Area Makam Eyang Kudo Kardono
Makam Eyang Kudo Kardono disebut sebagai lokasi di mana ia dulunya membangun pertahanan untuk melawan pemberontak yang dipimpin Ra Kuti.
"Jadi nama Kudo itu artinya 'kuda berwarna sembrani putih'. Sedangkan, Kar sendiri artinya adalah 'peta' atau saat itu Eyang Yudo ini adalah pengurus daerah di sekitar sini saat zaman Majapahit dulu," kata nenek penjaga makam bernama Sri Poniati saat ditemui Liputan6.com, Senin, (23/10/2017) dilansir merdeka.com, Minggu (5/2/2023).
Foto: Liputan6 ©2023 Merdeka.com
Ketika memasuki area makam, terdapat gapura berwarna hitam-putih serta patung burung elang dan buah pala di atasnya. Di lahan seluas 1.700 meter persegi itu terdapat lima makam yang dikeramatkan.
Letak makam Eyang Yudo Kardono berada di tengah areal lokasi tersebut menghadap ke utara, diyakini cambuk dan tombak tertanam di makam itu.
Soeharto Sering Berkunjung
Foto: Liputan6 ©2023 Merdeka.com
Memasuki ruang pemakaman ada dua kuburan yang merupakan pengikut setia Kudo Kardono. Kemudian, di dalam ruangan terdapat makam sang Panglima beserta istri dan ketiga anaknya.
Di tempat ini, biasanya banyak pengunjung datang meminta petunjuk dan berdoa sesuai yang mereka inginkan.
Bahkan, Presiden ke-2 RI Soeharto juga disebut pernah datang ke tempat tersebut. Kala itu, Soeharto berkunjung sebelum menjabat sebagai presiden.
"Beliau sering tirakatan di pesarean ini," kata Mbah Pon membeberkan.
Di area pemakaman Eyang Kudo Kardono juga terdapat bangunan mirip candi yang di dalamnya ada tiga patung. Sanggar atau candi ini sering dipakai tempat sembahyang untuk umat Hindu.