Menguak Sosok Haji Wura-Wari, Biang Kekacauan di Pulau Jawa Era Mataram Hindu
Sebuah situs bersejarah ditemukan di Desa Ngloram, Blora. Diduga kuat keberadaan situs itu terkait dengan sosok Haji Wura-Wari.
Sebuah situs sejarah berada di sebuah lahan kosong pemukiman penduduk di Desa Ngloram, Kecamatan Cepu, Blora. Oleh masyarakat setempat, situs dengan luas 100x100 meter itu disebut sebagai Punden Nglinggo.
Dikutip dari Blorakab.go.id, di tengah situs itu terdapat tumpukan batu yang berundak. Di sana terdapat makam yang tak diketahui pemiliknya. Di bawahnya terdapat tumpukan bata yang membatasi punden dengan bidang kosong. Di sebelah kiri agak ke bawah terdapat gundukan bata yang disebut dengan Punden Ngloram.
-
Dimana situs arkeologi budaya Wari ditemukan? Gabungan arkeolog Peru dan Jepang menemukan sebuah situs arkeologi dari periode Wari be usia 800-1.000 tahun Masehi di wilayah Cajamarca, Peru.
-
Apa yang menjadi lokasi suci bagi umat Hindu di Jawa kuno? Mengutip kitab Negarakertagama, Gunung Semeru merupakan kawasan suci masa Jawa kuno.
-
Kenapa Jawa disebut sebagai pusat kerajaan bersejarah? Pulau Jawa adalah pusat dari beberapa kerajaan bersejarah yang berperan penting dalam membentuk budaya dan sejarah Indonesia.
-
Wara Wiri Mengajar belajar sejarah bagaimana? Menariknya, kegiatan belajar sejarah ala mereka tidak dilakukan di dalam kelas, melainkan terjun langsung ke lokasi-lokasi dengan kisah yang kuat.
-
Wara Wiri Mengajar jelajah sejarah dimana? Beberapa tempat yang dikunjungi tentunya memiliki nilai sejarah yang kuat seperti Taman Makam Pahlawan Taruna, Stadion Benteng Reborn, Klenteng Boen Tek Bio, Makam Kalipasir serta kawasan Pasar Lama Tangerang.
-
Siapa Ratu terkenal di Jawa? Salah satu tokoh Kerajaan Holing yang mencuri perhatian dunia adalah Ratu Shima.
Dikutip dari Goodnewsfromindonesia, keberadaan situs ini memperkuat isi Prasasti Pucangan dari tahun 963 Saka atau 1041/1042 Masehi. Dalam prasasti itu disebutkan sosok Haji Wura-Wari yang berasal dari Desa Ngloram.
Siapakah sosok Haji Wura-Wari sebenarnya? Berikut selengkapnya:
Sosok Haji Wura Wari
Arkeolog Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, menjelaskan bahwa sosok Haji Wura-Wari adalah penguasa bawahan yang pada tahun 1017 Masehi menyerang Kerajaan Mataram Hindu. Ia disebut merupakan raja dari Kerajaan Lwaram, sebuah kerajaan kecil di dekat Kerajaan Medang atau Mataram Hindu, yang bersekutu dengan Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya memanfaatkan persekutuannya dengan Kerajaan Lwaram untuk menyerang Medang yang waktu itu berpusat di sekitar daerah Maospati, Madiun. Haji Wura-Wari menyerang Medang saat kerajaan itu tengah menggelar pesta pernikahan anaknya, Dewi Galuh Sekar Kedhaton dengan Airlangga, putra Raja Udayana dari Bali.
Penyerangan itu menyebabkan tewasnya Raja Dharmawangsa dan seluruh anggota kerajaan. Selain mendapat perintah dari Kerajaan Sriwijaya, alasan Haji Wura-Wari menyerang Medang disebabkan dendam karena lamarannya terhadap putri Raja Dharmawangsa ditolak. Kematian Raja Dharmawangsa sebagai penguasa Medang sempat menyebabkan kekacauan di seantero Pulau Jawa.
Serangan Balik
Airlangga selamat dalam peristiwa itu. Ia kemudian menyiapkan serangan balik terhadap Raja Wura Wari. Serangan itu terbukti sukses sehingga ia menjadi penguasa Medang. Setelah berhasil meredakan kekacauan, Airlangga memindahkan ibu kota Kerajaan Medang ke Kahuripan. Di sana ia membagi Kerajaan Medang menjadi dua, yaitu Jenggala dan Panjalu.
“Semula saya ragu ada temuan penting di Ngloram. Tetapi temuan arkeologis ini sangat meyakinkan bahwa di sini merupakan lokasi Keraton Wura-Wari dan pemukiman cukup padat pada saat itu,” kata Dwi Cahyono dikutip dari website Goodnewsfromindonesia.
Makam Keramat
Kebanyakan warga Desa Ngloram sendiri tidak paham dengan sejarah bangunan tersebut. Masyarakat hanya mengenal tumpukan batu itu sebagai makam keramat. Setiap tiga kali dalam setahun digelar acara sedekah bumi di tempat itu. Warga sendiri menjadikan tempat itu makam keramat karena ditemukan serpihan tulang-belulang di sana.
Dikutip dari Blorakab.go.id, dari hasil analisis toponim atau nama tempat, kemungkinan nama Kerajaan Lwaram seiring waktu berubah menjadi Ngloram, dan menjadi cikal bakal Desa Ngloram saat ini.