Arkeolog Temukan 'Akta' Kelahiran Raja Majapahit Hayam Wuruk, Terkubur di Bawah Tanah
Akta kelahiran Raja Hayam Wuruk ditemukan tertimbun di bawah reruntuhan abu gunung api.
Arkeolog Temukan 'Akta' Kelahiran Raja Majapahit Hayam Wuruk, Terkubur di Bawah Tanah
Para Arkeolog dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim melakukan ekskavasi tahap 5 Situs Bhre Kahuripan di Desa Klinterejo, Sooko, Mojokerto.Tujuan ekskavasi tersebut dilakukan untuk mencari struktur bangunan pagar di lokasi situs tersebut.
Melansir kanal YouTube ASLI MOJOKERTO, Jumat (12/7), Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan dari BPK Wilayah XI Jatim, Muhammad Ichwan, menjelaskan proses ekskavasi tahap 5 ini untuk menggali lahan sebelah utara dari penemuan sebelumnya di sisi barat lapangan sepak bola.
Sebelumnya ekskavasi tahap IV yang dilakukan di Desa Klinterejo, arkeolog fokus pada penggalian di bawah lapangan sepak bola dan kebun tebu di Desa Klinterejo.
Hasilnya, para arkeolog berhasil menemukan sisa-sisa pagar dan gapura megah yang melintang dari utara ke selatan.
Tapak gapura masing-masing berdenah kurkifom. Para arkeolog juga berhasil menemukan pagar dan tapak tiga tapak gapura megah yang diduga jadi pintu utama Candi Tribhuwana Tunggadewi.
Temuan Pagar Utara Majapahit
Arkeolog berhasi menemukan lokasi pagar sisi utara Majapahit.
Hal itu menyusul dari temuan situs yang diberi nama Bhre Kahuripan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI menggandeng ahli bidang geologi yaitu dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
-
Apa yang ditemukan arkeolog di dekat makam raja? Lokasi temuan itu ternyata berada dekat dengan 'tiga makam' spektakuler Raja Hinz, yang dikenal sebagai penguasa baik hati dan kononnya dimakamkan dalam peti emas di samping istrinya yang setia.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di sisi utara pagar Istana Majapahit? Selain itu, terungkap pula 3 tapak gapura yang berada tepat di sisi utara temuan pagar baru.'Di sisi utara pagar situs, telah di temukan di duga tapak gapura atau disebut bagian bawah gapura,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Dimana makam bangsawan ini ditemukan? Makam ini ditemukan di sebuah Taman Arkeologi El Caño.
-
Bagaimana arkeolog menemukan pagar utara Istana Majapahit? Belum lama ini, lokasi pagar sisi utara Majapahit berhasil terungkap. Hal itu menyusul dari temuan situs yang diberi nama Bhre Kahuripan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI menggandeng ahli bidang geologi yaitu dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
-
Dimana makam itu ditemukan? Makam ini terletak di dalam situs arkeologi Vulci, yang berada di antara kotamadya Montalto di Castro dan Canino di wilayah Lazio tengah.
Arkeolog mengungkap, tapak tersebut memiliki struktur dan bentuk yang tak jauh berbeda dengan temuan mereka pada proses ekskavasi tahun 2023 silam.
Pada 2023 silam, talud yang diduga merupakan pintu gerbang Istana Majapahit ditemukan di lokasi yang sama.
Hal itu bermula dari laporan warga setempat yang menemukan talud dengan panjang 10 meter.
Melihat kemungkinan adanya struktur bangunan kuno, warga melaporkan ke Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur untuk proses lebih jauh.
Petugas mencoba meninjau penemuan tersebut lewat ekskavasi sekitar 50 meter.
Setelah proses dilanjutkan, petugas berhasil menemukan sebuah struktur bangunan memanjang menyerupai benteng dengan panjang diperkirakan 316 meter dan lebar 203 meter.
Gapura tersebut menjadi pintu masuk ke candi Tribhuwana Tunggadewi.
Temuan di gapura tersebut bisa menjadi jawaban dari usia dari candi tersebut.
Dipersembahkan untuk Tribhuwana Tunggadewi
Berdasarkan angka tahun di batu Yoni candi ini dibangun pada zaman Majapahit saat Raja Hayam Wuruk memerintah.
Menurut arkeolog, candi tersebut dibangun untuk mendharmakan ibu Hayam Wuruk, Tribhuwana Tunggadewi.
Kemungkinan candi tersebut memang dibangun secara bertahap dan akhirnya tak pernah tuntas. Karena tidak ada satupun batu di dinding batu yang dipahat halus.
Arkeolog pun tak menemukan adanya batu berelief yang biasanya ditemukan di dinding candi.
Pada saat digali, juga jarang sekali ditemukan bata yang berprofil unik. Terlebih tidak ada angka tahun di candi sebagai tanda selesainya pembangunan.
Interpretasi Candi untuk Tribhuwana Tunggadewi
Temuan candi yang diduga dipersembahkan untuk Tribhuwana Tunggadewi oleh Hayam Wuruk menyimpan beragam pertanyaan.
Kondisi candi yang unik membuat para Arkeolog harus mencari tahu usia candi itu sebelum mencari informasi lebih lanjut.
"Candi ini adalah stratigrafi yang terdiri dari beberapa lapis. Bagian paling atas itu remahan bata seperti yang kita lihat di sana, itu kemungkinan adalah hancuran bata dari struktur tembok yang sedang kita cari di sini."
"Kemudian di bawah bata terbawah dari tembok kita temukan lapisan gunung api tipis 10 cm, kemungkinan di bawahnya ada lapisan lempung dan di dalamnya mengandung artefak-artefak seperti pecahan bata, gerabah, dan sebagainya. Itu menunjukan lapisan yang mengandung artefak itu adalah artefak budaya yang kemudian terkubur abu gunung api," kata seorang Arkeolog.
Lebih lanjut, candi tersebut tertimbun di bawah material dan tanah sehingga menyimpan banyak asumsi sebelum menarik kesimpulan.
Para Arkeolog mengambil beberapa sampel yang mengandung organik sebelum diteliti guna menghitung usia dari bangunan tersebut.
"Yang ingin kita cari adalah kapan bangunan ini didirikan jadi kita ambil sampel di lapisan yang tepat yang kita bisa lihat di sana kita ambil di lapisan puda yang bawah tadi.
"Jadi kalau kita mengambil sampel yang mengandung organik tinggi, arang dan sebagainya kemudian kita dating maka dating itu bisa memberikan informasi umur maksimum maksudnya adalah dia bisa lebih muda dari umur bangunan ini tadi," tambahnya.
'Akta' Kelahiran Alami Hayam Wuruk
Temuan bangunan itu juga mengungkap rahasia dari kelahiran Hayam Wuruk. Meski tak tertulis, bangunan itu sudah cukup membuktikan ramalan di masa lalu.
"Bata terbawah di sini itu diletakan di atas tefra ini tadi jadi seolah-olah dia stabil,"
"Yang jadi pertanyaan adalah tefra ini tefra kapan? Karena kita tahu ini adalah situs Tribhuwana Tunggadewi ibunya Hayam Wuruk."
"Hayam Wuruk itu sudah diramalkan pada saat kelahirannya akan menjadi raja besar dengan terjadinya letusan gunung yang besar. Jadi boleh jadi tefra ini diendapkan oleh letusan gunung yang terjadi pada saat kelahiran Hayam Wuruk tadi," ucap seorang Arkeolog.
Bangunan itu dibangun saat ia menjadi raja sekaligus tak lama dengan terjadinya letusan gunung besar. Kemungkinan material tefra itu menjadi penanda kelahirannya .
"Ketika dia kemudian jadi raja, ibunya wafat, kemudian dia membangunkan ini untuk ibunya dan itu diletakan di atas tefra yang menjadi penanda kelahiran dia," tambahnya.