Eksotisme Pura di Lereng Gunung Semeru, Sempat Ditolak Pejabat Kini Berdiri Megah Berkat Kekompakan Warga Hindu Lumajang dan Bali
Puluhan tahun umat Hindu di Lumajang tak punya rumah ibadah.
Puluhan tahun umat Hindu di Lumajang tak punya rumah ibadah.
Eksotisme Pura di Lereng Gunung Semeru, Sempat Ditolak Pejabat Kini Berdiri Megah Berkat Kekompakan Warga Hindu Lumajang dan Bali
Sekitar 20 tahun lamanya umat Hindu di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang memendam keinginan memiliki rumah ibadah. Selama itu, mereka hanya bisa melakukan sembahyang di sanggar pamujon yang ada di setiap desa.
-
Di mana pura tertinggi di Bali? Yup, masyarakat Hindu di Bali percaya dengan adanya tradisi tata ruang yang sudah berlaku turun temurun, sejak zaman nenek moyang mereka. Menurut mereka, tidak adanya gedung pencakar langit ini dapat menjaga kesakralan tempat suci dan kenyamanan masyarakat.
-
Apa arti kata "Semeru" bagi masyarakat setempat? Dalam konteks Gunung Semeru di Pulau Jawa, nama tersebut mencerminkan keindahan dan spiritualitas yang melekat pada gunung ini. Arti 'Selalu Meru' dapat diinterpretasikan sebagai keabadian atau keagungan gunung ini, yang dianggap sebagai tempat suci dan mistis di kalangan masyarakat setempat.
-
Apa keindahan di Gunung Semeru? Siapa yang tak kenal guung Semeru? Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini menjadi favorit pendaki karena banyak pemandangan indah yang terhampar disetiap jalannya. Gunung yang bisa didaki bagi pendaki pemula ini menyajikan banyak spot indah seperti danau Ranu Kumbolo dan padang lavender Oro-oro Ombo. Serta sunrise yang menjadi incaran setiap pendaki gunung.
-
Bagaimana toleransi di Pura Agung Kertajaya? 'Paling utama adalah kita harus saling berkomunikasi. Dengan komunikasi yang baik, tentu terjalin hubungan yang baik. Tidak hanya dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama manusia dan lingkungan. Jadi di Kota Tangerang ini damai dan saling menghargai,' kata Wakil Ketua Pura Agung Kertajaya, I Nyoman Maharsa.
-
Apa tujuan dari pura Giri Salaka Alas Purwo? Pura ini didirikan atas inisiatif para tokoh Hindu di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 1997. Saat itu para tokoh agama Hindu memiliki ide mendirikan pura karena ingin menjaga kesucian situs kawitan yang ramai didatangi orang. Pura ini pun didirikan di dekat situs kawitan.
-
Kenapa pura ini dijuluki "Bali-nya Cirebon"? Suasana kental khas agama Hindu di sana membuat pura ini kerap disebut sebagai Bali-nya Cirebon.
Sejarah
Mengutip Instagram @ngurahsuryakusuma, keinginan umat Hindu di Kecamatan Senduro untuk membuat pura sudah muncul sejak tahun 1969 silam.
Sayangnya, hal ini tidak mudah diwujudkan karena izin mendirikan pura sulit didapatkan. Selain itu, umat Hindu juga butuh waktu untuk menggalang dana hingga cukup untuk membangun rumah ibadah sesuai cita-cita mereka.
Seiring berjalannya waktu, para tetua umat Hindu Bali merasa kurang sreg jika membawa air suci untuk menginap di hotel. Dari sinilah muncul inisiasi yang selaras dengan keinginan umat Hindu Lumajang untuk membangun pura.
Pendirian pura di kawasan dataran tinggi ini juga didasari konsep dari rujukan susastra agama maupun sumber sejarah kuno dalam pandangan Hindu. Dataran tanah atau gunung tertinggi merupakan kawasan tersuci secara spiritual.
Selaras dengan posisi gunung Semeru sebagai gunung tertinggi di Jawa. Mengutip kitab Negarakertagama, Gunung Semeru merupakan kawasan suci masa Jawa kuno.
Pemilihan Lokasi
Izin pendirian pura ini sempat ditolak Bupati Lumajang saat itu dengan alasan lokasi sempit dan dekat permukiman warga non Hindu. Selanjutnya, musyawarah pimpinan kecamatan menawarkan lokasi di Desa Kertasari. Lokasi ini ditolak umat karena dekat aliran lahar Gunung Semeru.
Akhirnya disepati lokasi pendirian pura di Desa Sumberagung Kecamatan Senduro. Awalnya, pura ini hanya akan didirikan di tanah seluas 25x60 meter. Kini rumah ibadah ini berdiri megah di lahan nyaris seluas 2 hektare.
Kekompakan Umat
Berdirinya pura di lereng Gunung Semeru ini tak bisa dilepaskan dari kekompakan umat Hindu Lumajang dan Bali. Mereka gotong-royong menghimpun dana hingga berhasil menyelesaikan pembangunan pura senilai Rp1,8 miliar tersebut.
Toleransi Beragama
Mengutip NU Online, Kabupaten Lumajang dipilih menjadi kabupaten moderasi beragama pertama di Jawa Timur yang digagas Kemenag setempat. Desa Senduro tempat pura ini berdiri juga dikenal sebagai Desa Pancasila.