Warga Kampung Adat Cireundeu Tidak Makan Nasi Puluhan Tahun, Alasannya Mengejutkan
Bukan tanpa alasan, rupanya ada prinsip kuat yang menjadi latar belakangnya.
Di tengah gempuran perkembangan zaman yang kian pesat, Kota Cimahi ternyata menyimpan cerita unik. Salah satu perkampungannya hingga saat ini masih memegang teguh adat istiadat sebagai warisan leluhur yang berharga.
Di antara banyaknya tradisi yang masih dilestarikan, ada salah satunya yang menarik. Terungkap, masyarakatnya ternyata hampir tak pernah mengonsumsi nasi sebagai bahan pangan utama selama puluhan tahun.
- Uniknya Tradisi Nyeruit, Cara Masyarakat Lampung Jalin Silaturahmi dengan Makan Bareng Pakai Sambal
- Mencicipi Krecek Bung Lumajang yang Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Rasa Pedas Gurihnya Bikin Nagih
- Mencicipi Uniknya Kue Lumpur Surga, Kudapan Lezat Perpaduan Wangi Pandan dan Telur Khas Lingga Kepulauan Riau
- Uniknya Nasi Sek, Kuliner Favorit Masyarakat Pariaman yang Mirip Nasi Kucing di Jawa
Bukan tanpa alasan, rupanya ada prinsip kuat yang menjadi latar belakangnya. Seperti apa ceritanya? Berikut ulasan selengkapnya, dilansir dari kanal YouTube Pedesaan Indonesia, Senin (14/10).
Kampung Cireundeu dan Beras
Daerah tersebut ialah Kampung Cireundeu yang terletak di Kelurahan Leuwigajah, Cimahi Selatan, Cimahi, Jawa Barat.
Dihuni 50 kepala keluarga dengan total lebih dari 800 jiwa, siapa sangka jika kampung Cireundeu ternyata masih konsisten untuk melestarikan budaya dan adat istiadat dari nenek moyang.
Salah satunya yakni soal urusan pangan. Mereka diketahui hampir tidak pernah mengonsumsi beras sebagai makanan utama.
Diungkap salah satu tokoh masyarakat yang akrab disapa Abah Widi, Kampung Cireundeu memiliki perjalanan panjang di masa lampau mengenai pangan dan adat istiadat.
"Di sini ada sejarah pangan," terangnya.
"Salah satu contohnya abah yang usianya sampai 62 tahun ini, enggak pernah makan beras," imbuhnya.
"Jadi makan apa abah?" tanya sang pemilik video.
Bukan beras, Abah Widi menuturkan jika masyarakat setempat ternyata mengonsumsi olahan singkong yang cukup berbeda dari daerah di Indonesia pada umumnya.
"(Makan) singkong. Singkongnya sudah diproses dan jadi serbuk," jelasnya.
Alasannya Mengejutkan
Selain adat dan tradisi, tidak mengonsumsi beras ternyata merupakan suatu hal yang didasari pada beberapa alasan.
Salah satunya yakni soal rasa enggan masyarakatnya untuk bergantung secara langsung pada beras sebagai makanan pokok.
Diungkap Abah Widi, jika masyarakat telah bergantung pada ketersediaan beras, maka kondisi tersebut bisa menjadi kian sulit.
Sebab, masyarakatnya harus siap dengan berbagai kondisi ekonomi skala nasional hingga daerah.
"Alasannya sebenarnya agar kita tidak ketergantungan dengan beras. Kalau sudah ketergantungan, susah," ujarnya.
Punya Prinsip Kuat
Kebiasaan masyarakatnya yang tak mengonsumsi beras itu ternyata terbentuk sejak masa lampau. Kala itu, masyarakat kampung adat Cireundeu terungkap seringkali berpuasa untuk mengonsumsi beras dalam beberapa waktu tertentu.
Tujuannya untuk mendapat ketenangan batin dari Sang Pencipta. Di kampung Cireundeu, tersebar pula prinsip mendalam mereka soal pangan.
“Teu Boga Sawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat. (Tidak Punya Sawah Asal Punya Beras, Tidak Punya Beras Asal Dapat Menanak Nasi, Tidak Punya Nasi Asal Makan, Tidak Makan Asal Kuat.)"
Dikutip dari laman cimahikota.go.id, masyarakat Cireundeu ternyata telah terbiasa mengolah singkong sejak 85 tahun yang lalu.
Hal tersebut membuat mereka mandiri soal pangan. Kehidupan di kampung adat itu bisa terbilang tak terpengaruh gejolak ekonomi dan sosial lokal maupun nasional, terutama soal fluktuasi harga beras.