2019, ESDM target kapasitas pembangkit panas bumi tambah 1.751 MW
Untuk itu, pengembangan bakal difokuskan pada sumber panas bumi yang memiliki potensi enthalpy tinggi.
Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi sebesar 1.751 megawatt 2015-2019. Untuk itu, pengembangan bakal difokuskan pada sumber panas bumi yang memiliki potensi pelepasan energi panas atau enthalpy tinggi.
"Selanjutnya, 10 tahun kemudian mulai mengembangkan potensi panas bumi yang mempunyai entalphy menengah hingga rendah serta pengembangan skala kecil," isi siaran pers Kementerian ESDM, kemarin.
-
Mengapa Pertamina Geothermal Energy membangun PLTP Lumut Balai Unit 2? “Melalui groundbreaking Lumut Balai Unit 2 ini, Pertamina Geothermal Energy telah membuktikan keseriusannya dalam pengembangan potensi panas bumi di Indonesia. Kami optimis kedepannya Pertamina Geothermal Energy mampu mendorong tumbuhnya ekosistem hijau secara global maupun di Indonesia,” ungkap Nicke.
-
Bagaimana Pertamina Geothermal Energy mendorong upaya dekarbonisasi di luar pengembangan energi panas bumi? Selain itu Perseroan juga memiliki inisiatif beyond geothermal untuk mendorong upaya dekarbonisasi, "Strategi yang kami jalankan diantaranya dengan menjajaki bisnis rendah karbon, yaitu green hydrogen dan green methanol serta mempromosikan sistem kredit karbon di Indonesia yang sedang berkembang dengan memasok kredit karbon ke agregator utama Pertamina Geothermal Energy, yaitu Pertamina New Renewable Energy (PNRE)," ungkap Julfi.
-
Apa yang dibangun oleh Pertamina Geothermal Energy untuk menambah kapasitas panas bumi di Area Lumut Balai? Pembangunan PLTP Lumut Balai Unit 2 akan menambah kapasitas panas bumi di Area Lumut Balai sebesar 55 MW, sehingga total panas bumi di wilayah tersebut menjadi 110 MW.
-
Bagaimana Pertamina Geothermal Energy mengelola proyek Lumut Balai Unit 2? Dalam kesempatan ini, Julfi menjelaskan proyek Lumut Balai Unit 2 ini dikelola melalui kolaborasi antara Indonesia dengan negara-negara Indo-Pasifik, yaitu Jepang dan Tiongkok.
-
Kenapa mahasiswa UGM mengembangkan ESDS? Yogi mengatakan bahwa pengembangan ESDS tersebut berawal dari keprihatinan mereka terhadap tingginya kasus stunting di Tanah Air.
-
Apa kontribusi Pertamina Geothermal Energy pada target dekarbonisasi nasional di tahun 2030? Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2021-2030 dan dokumen hijau Pertamina Geothermal Energy, secara keseluruhan industri panas bumi Indonesia diperkirakan akan berkontribusi hingga 16 persen dari total target dekarbonisasi nasional di tahun 2030.
Tahun lalu, penambahan kapasitas terpasang akan didapat melalui PLTP Kamojang-Darajat sebesar 35 MW. Tahun ini, tambahan sebesar 274 MW diperoleh dari Lumut Balai, Karaha, Sarulla, Lahendong dan Ulubelu masing-masing sebesar 55 MW dan 30 MW, 114 MW, 20 MW dan 55 MW.
Tahun depan, penambahan kapasitas akan didapat dari Ulubelu 55 MW, Sarulla 118,5 MW, Lahendong 20 MW, Liki Pinawangan Muaralaboh sebesar 70 MW. Total peambahan kapasitas mencapai 263,5 MW.
Pada 2018, terdapat penambahan sebesar 633,5 MW. Berasal dari Sarulla 118,5 MW, Lumut Balai 55 MW, Hululais 55 MW, Tulehu 20 MW, Rantau Dedap 220 MW, Gunung Rajabasa 110 MW dan Dieng 55 MW.
Setahun kemudian, penambahan total sebesar 545 MW. Gunung Rajabasa dan Dieng masing-masing sebesar 110 MW dan 55 MW.
Kemudian, Sungai Penuh, Hululais dan Lumut Balai masing-masing 55 MW. Lalu, Karaha 60 MW, Cisolok-Cisukarame 45 MW dan Pangalengan sebesar 110 MW.
Potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 29.452 MW. Namun pemanfaatannya baru mencapai 1.438,5 MW tahun lalu.
(mdk/yud)