2,8 Juta Hektar Lahan Sawit Akan Segera Diremajakan
Saat ini, terdapat sekitar 2,8 juta hektare kebun sawit milik rakyat yang sudah berusia lebih dari 25 tahun.
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Rumah Sawit Indonesia.
Kerja sama ini merupakan langkah dalam mewujudkan Asta Cita atau delapan misi yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto, yang bertujuan untuk mencapai visi Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045, khususnya di sektor ketahanan pangan nasional.
-
Kapan Sagil lahir? Mengutip Instagram @majeliskopi, Sabtu (11/5), Sagil diketahui kelahiran Desa Belui pada 7 Juni 2012 lalu.
-
Kapan Gewa lahir? Mutia mengungkapkan bahwa anaknya yang lahir pada 28 Februari 2020 sudah semakin besar dan dapat memilih pakaian yang ingin dikenakannya.
-
Kapan Eno Sigit lahir? Retnosari Widowati Harjojudanto, atau Eno, lahir pada 10 April 1974, mendekati setengah abad usianya.
-
Kapan Ashanty lahir? Ashanty, wanita lahir pada 4 November 1984, memang serius ingin melakukan segalanya sendiri, tanpa melibatkan keluarganya, mulai dari konsep hingga tempat.
-
Kapan Go Tik Swan lahir? Go Tik Swan lahir pada 11 Mei 1931.
-
Kapan Magha lahir? 1 Magha menjadi anak pertama yang lahir di dunia, Kemudian, setelah beberapa saat, Degha lahir sebagai anak kedua.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, menegaskan bahwa Rumah Sawit Indonesia (RSI) memiliki peran penting dalam mendukung ekosistem sawit nasional.
"RSI memiliki peran strategis untuk membentuk dan mendukung ekosistem yang tepat bagi perkebunan sawit nasional, terutama dalam mewujudkan Asta Cita presiden Prabowo dalam penguatan ketahanan pangan nasional," ujarnya pada Selasa (19/11).
Pengelolaan Perkebunan Sawit
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya siap untuk berkolaborasi dengan RSI, yang berfungsi sebagai wadah bagi semua pelaku usaha sawit, mulai dari perusahaan besar hingga petani kecil.
Ghani menjelaskan bahwa Holding Perkebunan Nusantara memiliki tiga sub holding dan sejumlah anak perusahaan dengan berbagai bidang usaha.
Berbagai program unggulan telah dirancang untuk mendukung swasembada pangan dan energi terbarukan melalui strategi inisiatif 2024-2025.
Strategi ini mencakup pengelolaan perkebunan sawit yang ramah lingkungan, hilirisasi sektor pangan, serta peningkatan produktivitas melalui akselerasi peremajaan sawit rakyat.
"Saat ini terdapat 2,8 juta hektare sawit rakyat yang berusia di atas 25 tahun untuk segera diremajakan. Ini menjadi salah satu momentum bagi PTPN dalam memperkuat ketahanan pangan melalui program Intercropping," jelasnya.
Pendekatan intercropping merupakan metode budidaya dua komoditas berbeda dalam satu area yang sama melalui program peremajaan sawit rakyat (PSR). Ia menambahkan bahwa setiap tahun diperlukan akselerasi PSR hingga 400.000 hektare.
Mengenal Metode Intercropping
Program intercropping yang diterapkan di lahan PSR memiliki potensi untuk menciptakan area tanam padi seluas 136 ribu hektare pada tahun 2025, dengan proyeksi menghasilkan 476.000 ton gabah kering panen.
"Insya Allah dengan dukungan seluruh pihak, termasuk kolaborasi bersama RSI, maka akan dihasilkan sedikitnya 238.000 ton beras melalui program intercropping di areal PSR tadi," ungkapnya.
Ia menekankan pentingnya memperkuat kerjasama antara RSI dan PTPN di masa mendatang agar cita-cita Presiden Prabowo untuk mencapai swasembada pangan dapat terwujud.
Di sisi lain, Jatmiko Santosa, Direktur Utama PTPN IV PalmCo, menyatakan bahwa pihaknya siap mendukung program yang diusung oleh Holding Perkebunan Nusantara III Persero, terutama melalui pemanfaatan area PSR untuk intercropping padi gogo.
Ketahanan pangan merupakan isu penting yang perlu diperhatikan
Menurut pernyataan yang disampaikan, program tersebut akan segera diluncurkan di PTPN IV Regional III, khususnya di area replanting PSR Koperasi Produsen Mandiri Karya Maju yang terletak di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
"Kami sangat siap untuk mendukung dan memperluas program ini, serta mewujudkan kolaborasi dari semua pihak dalam rangka memperkuat ketahanan pangan nasional," ungkapnya.
Kacuk Sumarto, Ketua Umum Rumah Sawit Indonesia (RSI), menjelaskan bahwa berdasarkan analisis yang dilakukan oleh RSI, jika peremajaan kelapa sawit dilakukan secara berkelanjutan, terdapat potensi untuk menanam tanaman sela (intercropping) di lahan seluas satu juta hektar.
Hal ini akan sangat menguntungkan, terutama jika hasil panennya dapat dikonsumsi secara lokal, karena dapat mengurangi biaya logistik yang dikeluarkan.