3 Proyek infrastruktur kota Jepang-Indonesia dikebut awal 2014
3 Proyek itu ialah Pelabuhan Cilamaya, penyediaan air bersih di kota besar, dan kereta Ekspres Jakarta - Bandung.
Menteri Akuisisi Lahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang Akihiro Ohta melawat ke Indonesia. Dia membicarakan percepatan lima proyek unggulan infrastruktur perkotaan agar bisa dijalankan awal tahun depan bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa.
Ohta menilai, pihaknya siap membantu pemerintah dalam mewujudkan kelima proyek unggulan itu secepatnya. "Tadi bersama Pak Hatta kami sepakat meningkatkan kerja sama bidang infrastruktur. Jepang siap memberikan bantuan, termasuk teknologi," ujarnya selepas pertemuan di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (27/12).
-
Apa saja yang dilakukan Kemenko Perekonomian untuk mewujudkan transportasi berkelanjutan di Indonesia? Pemerintah telah menetapkan pengembangan infrastruktur sebagai salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dengan pembentukan Proyek Strategis Nasional (PSN). Pengembangan infrastruktur yang signifikan akan terus dilanjutkan sebagaimana dijelaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 guna mewujudkan visi strategis 100 tahun Indonesia. Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Pemerintah telah membangun lebih dari 2.000 km jalan tol yang menghubungkan pusat-pusat komersial, industri, dan perumahan utama di tanah air, menciptakan value chain perdagangan yang lebih kuat. Dalam program PSN tersebut, Indonesia juga mengembangkan proyek transportasi perkotaan seperti MRT yang telah selesai pada tahun 2019 dan proyek LRT Jabodebek yang baru saja selesai.
-
Mengapa pembangunan IKN penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia? “Ibu Kota Nusantara diharapkan menjadi penggerak ekonomi Indonesia di masa depan, mendukung transformasi ekonomi nasional menuju visi Indonesia Emas 2045,” jelas Teni dalam sebuah sosialisasi.
-
Bagaimana AI dapat meningkatkan kualitas jaringan di Indonesia? Chatbot berteknologi AI ini merupakan sebuah inovasi tepat sasaran, terlebih dalam meningkatkan Quality of Experience (QoE) pengguna. Inovasi MONA diyakini dapat menunjang perkembangan kualitas jaringan di Indonesia secara melejit atas chat dari pengguna.
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Bagaimana Pertamina membangun infrastruktur hijau? Langkah konkrit perseroan dalam pengembangan infrastruktur hijau, lanjut Fadjar tidak hanya dilakukan dalam Pertamina Group, tetapi juga bersama BUMN yang tergabung dalam Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik (EV).
-
Bagaimana Indonesia membangun konektivitas regional dalam mewujudkan transportasi berkelanjutan? Sebagai bagian dari komitmen ASEAN, Pemerintah Indonesia berusaha membangun konektivitas regional dan telah melibatkan diri dalam inisiatif seperti Indonesia-MalaysiaThailand Golden Triangle (IMT-GT) yang memiliki 36 proyek konektivitas senilai lebih dari USD 57 miliar.
Proyek yang dibicarakan itu merupakan bagian dari Metropolitan Priority Areas (MPA), kerja sama infrastruktur bilateral kedua negara. Di dalamnya, ada 45 proyek namun hanya 5 yang dianggap unggulan dan perlu direalisasikan segera. Dua proyek sudah berjalan, yakni pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) di DKI Jakarta, serta pengolahan limbah di ibu kota.
Sedangkan tiga lainnya yang akan dikebut awal 2014, yakni Pelabuhan Laut Internasional di Cilamaya, penyediaan air bersih di kota-kota besar, dan pembangunan kereta Ekspres Jakarta - Bandung, sebagai bagian dari rencana jangka panjang pembangunan kereta Jakarta-Surabaya.
Ditemui terpisah, Hatta mengaku bersama Ohta memilah mana proyek yang akan dipercepat melalui skema Kerja Sama Publik-Swasta (KPS), dari APBN, atau menggunakan pinjaman luar negeri dari Jepang.
Dari pengamatan awal, Pelabuhan Cilamaya memungkinkan dibangun dengan KPS. Sekalipun sebagian proyek dibangun dengan utang, tapi Hatta menilai bunganya rendah, sehingga tetap menguntungkan.
"Misalnya MRT itu kan loan, tapi bunganya rendah, cuma 0,1 persen per tahun. Sedangkan Cilamaya jangan utang, itu kan feasible secara bisnis," kata Hatta.
Tak cuma lima proyek itu, kedua pihak sekaligus membicarakan proyek infrastruktur lainnya, termasuk pembangkit listrik. Ohta, ditirukan Hatta juga menyinggung soal kemungkinan kerja sama pengembangan bandara. Pejabat Negeri Matahari Terbit itu mengeluhkan lamanya holding di landasan selepas pesawat mendarat di Soekarno-Hatta.
"Tadi dia juga singgung bandara. Bilang ke saya, muter-muter satu jam menunggu sehabis mendarat, berarti bandaranya sibuk, super sibuk," ujarnya.
Namun, kedua pejabat tidak menyinggung kebutuhan anggaran untuk merealisasikan lima proyek tersebut.
(mdk/bim)