4 Aspek ekonomi RI turun tajam akibat tertekan gejolak dunia
Ketidakpastian global akan memengaruhi berbagai aspek, salah satunya ekonomi. Di balik kabar gembira mengenai kemiskinan RI yang didaulat menjadi yang terendah sejak era krisis moneter, Indonesia harus menerima kenyataan turunnya berbagai aspek ekonomi.
Indonesia tengah dihadapkan pada ketidakpastian global, seperti kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, perang dagang China-AS, dan krisis keuangan Turki. Bahkan di dalam negeri pun Indonesia harus melewati tahun politik.
Hal-hal tersebut tentunya akan memengaruhi berbagai aspek, salah satunya ekonomi. Di balik kabar gembira mengenai kemiskinan RI yang didaulat menjadi yang terendah sejak era krisis moneter, Indonesia harus menerima kenyataan turunnya berbagai aspek ekonomi.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi nilai investasi? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Kenapa penting untuk membuat anggaran yang ketat dalam menghadapi potensi krisis ekonomi? Mulailah dengan membuat anggaran yang sangat rinci untuk memantau pendapatan dan pengeluaran secara teratur. Identifikasi area di mana Anda dapat mengurangi biaya, seperti langganan yang tidak perlu atau pengeluaran makan di luar.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Kenapa inflasi penting buat investor? “Itulah sebabnya pemahaman akan inflasi merupakan kunci dari perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan ekonomi yang efektif,” ujar Kar Yong Ang.
-
Kenapa investasi emas menjadi pilihan yang populer di tengah situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian? Dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian, biasanya investor memindahkan aset mereka dalam bentuk emas karena lebih aman dan kebal terhadap inflasi.
Berikut 4 aspek ekonomi Indonesia yang turun tajam akibat gejolak dunia.
Realisasi investasi asing terendah sejak 2013
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal II-2018 mencapai Rp 176,3 triliun, angka ini turun 4,9 persen dibandingkan kuartal I-2018 sebesar Rp 185,3 triliun.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis menilai, penurunan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di kuartal II-2018 hingga 12,9 persen, merupakan yang pertama terjadi dalam 5 tahun terakhir.
"Ini pertama kali sejak 2013. Ini data kami sejak 2013. Dari 2013 itu enggak pernah kejadian," ujar dia di Kantor BKPM, Jakarta, Selasa (14/8).
Dia mengungkapkan, sejak 2017, pertumbuhan investasi asing memang terus mengalami perlambatan. Hingga akhirnya pada kuartal II ini realisasi investasi ini mengalami penurunan.
Impor Juli 2018 tertinggi sejak 2008
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Juli 2018 sebesar USD 18,27 miliar, naik 62,17 persen apabila dibandingkan dengan kondisi impor pada Juni 2018. Impor ini merupakan terbesar sejak Januari 2008.
"Impor Juli 2018 terbesar sejak Januari 2008," ujar Kepala Sub Direktorat Impor BPS, Rina Dwi Sulastri, Jakarta di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (15/8).
Menurut data BPS, impor nonmigas selama Juli 2018 mencapai USD 15,66 miliar atau naik 71,54 persen dibanding Juni. Sementara impor migas pada Juli sebesar USD 2,61 miliar.
Naiknya impor migas selama Juli 2018 disebabkan oleh meningkatnya impor melalui beberapa negara. Di antaranya Tiongkok sekitar 93,44 persen, Jepang 75,79 persen dan Amerika Serikat 67 persen.
Nilai tukar Rupiah terburuk sepanjang sejarah
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak melemah beberapa hari ini. Bahkan, nilai tukar sempat menyentuh level Rp 14.644 per USD.
Pengamat ekonomi, Faisal Basri menyebut bahwa kondisi nilai tukar saat ini merupakan terburuk sepanjang sejarah.
"Nilai tukar Rupiah terburuk sepanjang sejarah ini sekarang. Terburuk sepanjang sejarah," kata Faisal dalam sebuah acara diskusi di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (15/8).
Faisal membandingkan kondisi saat ini dengan beberapa tahun ke belakang. Tahun ini, rata-rata nilai tukar Rupiah tidak lebih baik bahkan dari tahun 1998. "Rata-rata setahun tahun 1998 itu rata - rata Rupiah cuma 10.000. Sekarang 13.889. Terburuk sepanjang sejarah rata-rata setahunnya," ujarnya.
Dia menegaskan, Rupiah memang pernah jauh lebih buruk dari sekarang. Namun kondisi tersebut hanya berlangsung dalam hitungan hari tidak berlarut-larut seperti sekarang ini. "Pernah kita 17.000, Rp 16.000, tapi cuma dua hari. Jadi pemerintah cepat bertindak."
Defisit perdagangan terbesar sejak Juli 2013
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang Juli 2018 mengalami defisit sebesar USD 2,03 miliar. Angka ini merupakan defisit terbesar sejak Juli 2013.
"Neraca perdagangan kita pada Juli 2018 mengalami defisit USD 2,03 miliar. Jadi tahun ini, Januari defisit, Februari defisit, Maret surplus, April defisit, Mei defisit, Juni surplus dan Juli kembali defisit," kata Kepala BPS, Suhariyanto di Kantornya, Rabu (15/8).
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit ini terjadi karena anomali dari masa libur panjang puasa dan Lebaran Juni 2018 ke Juli 2018. Untuk itu, seharusnya faktor libur panjang puasa dan Lebaran dipisahkan untuk melihat perbandingan secara total.
"Statistik yang Juli ini agak anomali karena kemarin kan ada libur panjang. Jadi ada kegiatan impor, terutama itu banyak yang dilakukan sebelum Lebaran dan libur panjang dan kemudian dikompensasi pada bulan Juli. Jadi mungkin itu salah satu deviasi statistik yang perlu dibersihkan dulu untuk melihat trennya secara total," ujarnya di Kantor Kemenko, Jakarta, Rabu (15/8).
Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan, apapun persoalan statistiknya pemerintah akan tetap fokus melakukan perbaikan dari sisi neraca pembayaran baik defisit neraca perdagangan maupun defisit transaksi berjalan.
(mdk/azz)