4 Fakta impor daging beku tak turunkan harga & malah bikin rugi
Kandungan daging sapi rugikan konsumen dan pedagang.
Harga daging sapi di sejumlah pasar masih bertahan tinggi di kisaran Rp 120.000 per kilogram. Padahal, Presiden Joko Widodo menginginkan harga daging hanya Rp 80.000 per kilogram saat bulan Ramadan dan jelang Lebaran tahun ini.
Berbagai cara dilakukan pemerintah, termasuk mengimpor daging sapi beku dari beberapa negara seperti Australia, Selandia Baru dan India. Namun, impor daging beku ternyata belum ampuh menurunkan harga.
-
Apa perbedaan utama antara daging sapi dan daging kambing? Kedua jenis daging ini menawarkan berbagai keunggulan nutrisi yang unik, serta perbedaan dalam hal kandungan lemak, tekstur, dan aroma.
-
Apa perbedaan utama antara lemak daging sapi dan daging kambing? Serat pada daging sapi halus dan memperlihatkan garis-garis lemak yang mencolok. Lemaknya cenderung berwarna putih kekuningan. Sebaliknya, lemak pada daging kambing lebih berstruktur halus dengan warna putih.
-
Apa yang menjadi ciri khas bumbu krengsengan daging sapi? Seperti disebutkan di atas, bumbu krengsengan daging yang menjadi ciri khas pada hidangan ini adalah penggunaan petis udang.
-
Resep masakan apa saja yang cocok dibuat dari daging sapi? Resep masak daging sapi khas Nusantara bisa jadi referensi untuk mengolah daging kurban. Di momen Idul Adha, stok daging sapi biasanya akan melimpah. Anda bisa mencontoh resep-resep di bawah ini untuk membuat variasi hidangan dari daging.
-
Apa yang istimewa dari resep soto daging sapi? Resep soto daging sapi adalah salah satu makanan khas Indonesia yang mempunyai banyak penggemar.
-
Apa saja bagian daging sapi terbaik yang memiliki rasa enak dan tekstur lembut? Ada beberapa bagian daging sapi yang memiliki tekstur lembut dan memiliki cita rasa lebih enak saat dimasak. Bagian daging sapi terbaik bisa diolah menjadi aneka menu masakan yang enak dan sehat.
Badan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan bakal mengimpor 10.000 ton daging beku hingga akhir tahun ini. Namun, 5.000 ton akan dikebut untuk didistribusikan menjelang Lebaran tahun ini.
"Kita menambah pasokan, kita lihat yang penting turun dulu. Sekarang alhamdulillah tidak naik. Landai artinya artinya ada efek dikit meski kelihatannya pasokan belum cukup. Nah, kita mau tambah biar tren turun. Kalau sudah turun sudah enak. Target kita kan Rp 80.000," ujar Direktur Komersil Bulog, Fazri Sentosa di Pasar Rawamangun, Jakarta, Jumat (9/6).
Sampai saat ini, kata dia, dari 5.000 ton daging beku yang ditargetkan untuk puasa dan Lebaran, pihaknya sudah mendistribusikan ke konsumen sebanyak 960 ton. Diharapkan, sisanya sebanyak 2.900 ton bisa cepat masuk.
"Kalau daging yang sudah masuk ke bulog 2.100 ton. Cuma masalah kita di logistik," kata dia.
Namun demikian, Kepala Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Syarkawi Rauf mengatakan, upaya untuk membuat harga daging menjadi murah tidak bisa dilakukan sepihak. Perlu koordinasi dan kerja sama antar lembaga untuk saling mendukung menyelesaikan akar permasalahan dari mahalnya harga daging.
"Perlu waktu yang jangka menengah panjang untuk menyelesaikan persoalan ini. Sehingga koordinasi misalnya dari kementerian perdagangan, Kementerian pertanian, termasuk kementerian perindustrian sangat penting karena ini yang akan menyiapkan pekerjaan sebagian orang yang berada di rantai distribusi yang panjang itu," ujar Syarkawi Rauf di kantornya, Jakarta, Selasa (7/6) malam.
Selain koordinasi, ada hal lainnya yang perlu dilakukan pemerintah. Pertama, dengan menyederhanakan rantai distribusi. Rantai distribusi yang panjang membuat pedagang di kalangan menengah dan atas memainkan harga.
"Kedua, pemerintah perlu memberikan insentif terhadap transportasi untuk distribusi sehingga harga di end user tidak terlalu mahal. Kemudian bantu transportasinya, saya kira tinggal ini harus diintensifkan subsidi transportasi kapal ternak bisa jauh lebih efektif. Kemudian, berikan insentif segala bentuk retribusi, baik yang dipungut oleh pemerintah secara resmi maupun misalnya di pasar-pasar itu kan ada pemain-pemain informal juga," jelasnya.
Apa yang dikatakan ketua KPPU ada benarnya. Meski sudah ada daging beku, harga daging di pasar masih saja bertahan tinggi. Bahkan, daging beku cenderung tak laku dan hanya membuat rugi.
Berikut penjelasannya.
Daging beku banyak lemak
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengatakan kualitas daging sapi impor dan daging sapi lokal mempengaruhi tingkat beli masyarakat. Meski harga daging impor hanya sebesar Rp 80.000, namun kualitas daging yang dimiliki belum tentu lebih baik dari daging sapi lokal yang harganya bisa menembus Rp 120.000.
"Kalau yang lihat kualitasnya, daging impor beku kan banyak lemaknya. Jadi yang namanya daging baru malam motong dengan yang lima hari atau sebulan jelas beda," ujar Ngadiran di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (10/6).
Sehingga, meski pemerintah bisa membuat harga daging sapi lebih murah, namun hal tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging yang berkualitas.
"Daging baru datang suruh jual Rp 80.000, masyarakat tidak bodoh lah. Tapi kalau banyak lemak gimana? Memang laku, tapi kalau nanti dimasak alot, pemerintah tidak mikir. Kenikmatannya beda," jelas dia.
Harga daging segar tetap tinggi
Sejumlah pedagang di Kota Bandarlampung menjual daging sapi dengan harga tinggi. Impor daging beku dari Australia dan Selandia Baru yang telah dipasarkan sama sekali tidak mempengaruhi harga.
"Harga daging segar sapi tetap berkisar Rp 120.000- Rp 130.000 per kg atau belum turun, karena banyak warga yang memilih daging segar dibandingkan daging beku meski harganya lebih murah," kata Andre, salah satu pedagang daging sapi di Pasar Lelang Bandarlampung, seperti dikutip dari Antara, Kamis (9/6).
Menurut Andre, harga daging sapi hasil penggemukan tetap tinggi karena harga sapi di feedloter atau penggemukan dan rumah potong hewan masih bertahan tinggi.
"Hari ini (Kamis) saya beli sapi seharga Rp 42.700 per kg, padahal sebelumnya Rp 42.500 per kg. Bahkan harga sapi sudah ada yang mencapai Rp 43.000 per kg. Penyebab utama tingginya harga daging sapi bukan di pengecer," pungkas dia.
Kandungan air daging beku tinggi
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menyebut daging sapi beku yang diimpor pemerintah memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Hal ini berpotensi merugikan konsumen.
"Kandungan air daging beku bisa mencapai 20 persen hingga 30 persen. Bila konsumen membeli satu kilogram daging beku, volume dagingnya hanya tujuh ons hingga delapan ons saja," kata Tulus di Jakarta, Sabtu (11/6).
Tulus menyebut, daging beku akan mengalami penyusutan volume setelah mencair. Hal itu akan merugikan konsumen karena tidak mendapatkan volume sesuai yang mereka beli.
"Jadi harga daging sapi beku sebenarnya tidak murah karena akan mengalami penyusutan volume," ujarnya.
Rugikan pedagang tradisional
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan menjual daging sapi beku akan merugikan pedagang tradisional yang tidak memiliki lemari pendingin.
"Pedagang tradisional tidak memiliki lemari pendingin untuk menyimpan daging sapi beku. Bila dijual secara terbuka, daging hanya tahan maksimal tiga jam," kata Tulus seperti ditulis Antara, Sabtu (11/6).
Menurut Tulus, bila dibiarkan di udara terbuka selama tiga jam, daging beku akan mencair dan merusak kualitas daging. Hal itu akan merugikan pedagang karena konsumen tidak mau membeli daging kualitas buruk.
Harga daging sapi segar yang cukup tinggi, hingga mencapai Rp 120.000 per kilogram mendorong masyarakat untuk beralih ke daging beku. Pemerintah telah berupaya menekan harga daging sapi, salah satunya dengan rencana mengimpor dari Australia, Selandia Baru dan India.
Tulus mengatakan, impor daging sapi memang merupakan salah satu solusi paling praktis untuk menurunkan harga dalam jangka pendek. Konsumen memerlukan kepastian harga daging yang lebih terjangkau.
(mdk/idr)